Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Kabinet Obesitas, Pengamat: Hati-hati Kinerja Lambat

Cahya Mulyana
26/10/2019 20:20
Kabinet Obesitas, Pengamat: Hati-hati Kinerja Lambat
Kabinet Indonesia Maju(MI/Ramdani)

DIREKTUR Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno menilai Kabinet Indonesia Maju berisi orang-orang yang menguasai tugasnya. Namun formasinya yang banyak berpotensi menjadi beban yang berujung kinerja yang kurang memuaskan.

"Biasanya obesitas pada koalisi menandakan terjadi pelambatan dalam pengambilan keputusan, sama seperti kepemimpinan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) pada periode kedua," katanya pada diskusi bertajuk Kabinet Bikin Kaget, di Jakarta, Sabtu (26/10).

Pada kesempatan itu hadir pula Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fahmi Salim, juru bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedek Prayudi, Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Amanat Nasional, Rosaline Romaseuw, Ketua DPP Partai Gerindra, Hendarsam Marantoko, Ketua Bidang Organisasi DPP Projo (ProJokowi), Freddy Alex Damanik, Wakil Sekjen Bidang Organisasi DPP Partai Hanura, Bona, dan Ketua Umum Emak-Emak Semok Pejuang Andalan Sejati (ESPAS), Dewi Herawati.

Menurut dia, penambahan 12 wakil menteri memberikan ujian bagi Presiden Joko Widodo. Pasalnya, kabinet ini merangkul semua unsur, mulai dari partai penguasa, partai yang tak lolos ke parlemen, hingga relawan. Jika tidak ditangani dengan baik, kabinet ini akan menjadi tekanan pada periode kepemimpinan kedua Jokowi.


Baca juga: Erick: Masing-masing Tiga Kandidat untuk Dirut Mandiri dan Inalum


Pasalnya, gemuknya kabinet kali ini akan menjadi hambatan pada sistem pengambilan keputusan penting. Dia menyebut keputusan sulit ambil dengan cepat karena ada banyak negosiasi dari kepentingan yang ada.

Kemudian diia mengatakan kondisi politik saat ini memberikan pesan penting bagi semua pihak yakni mengenai sikap tegas saat memberikan dukungan. Banyak partai dan kelompok yang malu-malu meminta jatah dengan mengatakan tanpa syarat namun saat pembentukan kabinet semua berlomba mendapatkan jatah.

"Adanya yang kecewa menujukan tidak ada yang ikhlas dalam politik dan ini bukan cara masuk surga. Jadi ke depan jangan lagi bawa-bawa ayat suci dan menyatakan tanpa syarat dan lainnya langsung saja sodorkan portofolio karena akhirnya juga meminta jatah dan kecewa jika tidak diakomodir," pungkasnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya