Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Perang Pola Pikir Ancam Indo-Pasifik

Golda Eksa
27/9/2019 08:20
Perang Pola Pikir Ancam Indo-Pasifik
Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu(MI/Susanto)

SELURUH anggota Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) diharapkan memahami upaya untuk membangun stabilitas keamanan merupakan kunci dasar dalam membangun kesejahteraan. Negara-negara di kawasan juga perlu menyatukan kesamaan cara pandang dalam melihat ancaman bersama.

Hal itu dikemukakan Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu di sela-sela acara Jakarta Geopolitical Forum III/2019: From World Disarray Toward a New Normal di Jakarta, kemarin. Kegiatan tersebut diprakarsai Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia.

Ryamizard mengemukakan saat ini perkembangan lingkungan strategis global maupun regional sangat dinamis dan demikian kompleks. Kesejahteraan pun akan sulit direalisasikan tanpa upaya membangun stabilitas keamanan.

"Ancaman yang paling berbahaya, yaitu perebutan pengaruh yang lebih bersifat ideologis yang mengatasnamakan agama dan mengancam kawasan Indo-Pasifik dengan adanya konsep khilafah," ujarnya.

Tiap negara, sambung dia, tentu memiliki kepentingan strategis masing-masing. Kepentingan strategis negara pada hakikatnya juga memiliki tujuan yang sama, yaitu menyejahterakan rakyat.

Menurut dia, kawasan Indo-Pasifik telah menjadi pusat gravitasi keamanan global dan terus berevolusi menjadi barometer terbentuknya tatanan peradaban dunia baru.

Di sisi lain, negara kawasan Indo-Pasifik juga sangat dipengaruhi rivalitas negara-negara adidaya.

Pola pikir (mindset) merupakan ancaman yang paling berbahaya.

Selain perang tersebut, ada dua dimensi ancaman utama yang harus dihadapi secara bersama. Pertama, ancaman belum nyata atau ancaman tradisional yang dianggap masih sangat kecil kemungkinannya terjadi.

Kedua, ancaman nyata yang terdiri atas ancaman terorisme dan radikalisme, separatisme dan pemberontakan bersenjata, termasuk bencana alam, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian sumber daya alam, wabah penyakit, perang siber dan intelijen, serta peredaran dan penyalahgunaan narkoba.

Tidak terikat

Gubernur Lemhannas Letjen (Purn) Agus Widjojo menilai perkembangan dinamika politik dan internasional yang terjadi kini telah mengubah wajah dunia ke dalam blok-blok kekuatan baru yang tidak terlalu terikat pada blok geopolitik klasik.

Selain itu, pusat pertumbuhan ekonomi, teknologi, dan peradaban diperkirakan tidak hanya bergeser ke kawasan Asia Pasifik, tapi juga diprediksi akan menjadi pusat konflik.

Saat ini Prancis sebagai salah satu pemimpin masyarakat Eropa juga mulai memperkuat kembali kemitraan keamanannya. Demikian juga Rusia yang telah memperkuat dirinya dan merumuskan strategi hybrid dan cyber warfare.

"Sementara itu, perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat yang kini sudah bergeser menjadi perang teknologi pun belum dapat diramalkan kapan akan ber-akhir," kata dia.

Satu hal lagi yang mengemuka ialah gerakan terorisme akan semakin merambah ke perkotaan dan gelombang migran di berbagai wilayah masih akan terus mewarnai isu kemanusian. (P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik