Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
KEBANGKITAN awal nasionalisme dipicu gerakan yang muncul pada awal abad ke-20. Saat itu, gerakan nasionalisme lahir di seluruh dunia, khususnya wilayah Asia dan Afrika, yang berupaya terbebas dari kolonialisme.
Kini di abad ke-21, progresivitas dipelopori dunia Timur. Nasionalisme di era milenial sekarang muncul dari Asia.
"Persoalannya, apakah kehebatan abad Timur ini nantinya akan berada di sini atau kita akan mengekor dari bangsa-bangsa lain? Inilah tantangan milenial," cetus Koordinator Presidium Keluarga Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Hamdan Zoelva.
Pernyataan itu dikemukakan Hamdan dalam sarasehan bertajuk Aktualisasi Nasionalisme di Era Milenial yang digelar Perhimpunan Organisasi Alumni Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (Himpuni) di Kantor DPP Ikatan Alumni (IKA) Universitas Diponegoro di Jakarta, Senin (19/8) malam.
Menurut Hamdan, tantangan nasionalisme yang harus disadari milenial ialah betapa ketatnya persaingan di masa akan datang. Bangsa dengan peradaban dan kebudayaan yang unggul diyakini bakal memenangi kompetisi.
Ketua Umum Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Akhmad Muqowam menambahkan bahwa perekat nasionalisme ialah budaya. Oleh sebab itu, budaya bangsa ini harus menjadi bagian dari upaya yang melibatkan sinergi seluruh elemen bangsa.
"Apa pun namanya perekat kita adalah budaya. Karena itu, saya mencoba menawarkan bahwa saat ini kebudayaan bangsa ini harus menjadi bagian dari upaya yang sistematis oleh negara, pemerintah dan juga bagi masyarakat," ujar Muqowam.
Sebelumnya, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengingatkan pemerintah untuk memperkuat sejarah bangsa Indonesia bagi generasi milenial agar mengerti dan memahami perjuangan pahlawan, tokoh, serta kiai terdahulu dalam mendirikan bangsa Indonesia.
"Catatan saya yang harus dilakukan segera laksanakan tentang paham kebangsaan bagi generasi milenial. Kondisi sekarang ini mereka banyak tidak mengerti tentang Indonesia dulu seperti apa," tutur Ketua PBNU Marsudi Syuhud.
Menurut Marsudi, pemerintah harus melakukan sesuatu untuk mencegah lunturnya sejarah bangsa Indonesia di kalangan generasi muda.
Seiring dengan fokus pemerintah membangun sumber daya manusia, dia berharap pemerintah terus menanamkan sejarah bangsa Indonesia kepada generasi muda. Dengan begitu, bangsa Indonesia tetap utuh dari generasi ke generasi.
"Judulnya mengembangkan SDM, tetapi yang dirasakan sekarang malah belum tersentuh. Ini harus mendapat sentuhan pemerintah. Kalau tidak, bubar Republik ini," tandas Marsudi. (*/Ant/P-2)
Nama “Bones” yang berarti tulang diangkat sebagai simbol kerangka nilai kebangsaan, fondasi yang menyatukan masyarakat Indonesia.
Sehingga film apapun yang dimunculkan ke publik yang mengangkat isu nasionalisme, termasuk film animasi viral yang akan tayang di bioskop pada 17 Agustus ini.
Ia juga menyampaikan apresiasinya kepada Gubernur Bali Wayan Koster yang dalam beberapa program pembangunan telah menempatkan nasionalisme sekaligus mencintai produk lokal Bali.
Media sosial dapat menjadi sarana efektif untuk menumbuhkan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda.
Pemutaran film Believe yang mengangkat kisah hidup Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dimanfaatkan sebagai sarana membangun kebangsaan dan nasionalisme.
"Menurut saya dalam logika kita berpikir berbangsa dan bernegara tidak etis, banyak kritik dan saran dituangkan dalam sesuatu yang lebih baik,"
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved