Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Tantangan Milenial, Mengekor atau Unggul

Media Indonesia
21/8/2019 10:10
Tantangan Milenial, Mengekor atau Unggul
Koordinator Presidium KAHMI Hamdan Zoelva (kanan) bersama Ketua Umum IKA PMII Akhmad Muqowam (kiri).(MI/MOHAMAD IRFAN)

KEBANGKITAN awal nasionalisme dipicu gerakan yang muncul pada awal abad ke-20. Saat itu, gerakan nasionalisme lahir di seluruh dunia, khususnya wilayah Asia dan Afrika, yang berupaya terbebas dari kolonialisme.

Kini di abad ke-21, progresivitas dipelopori dunia Timur. Nasionalisme di era milenial sekarang muncul dari Asia.

"Persoalannya, apakah kehebatan abad Timur ini nantinya akan berada di sini atau kita akan mengekor dari bangsa-bangsa lain? Inilah tantangan milenial," cetus Koordinator Presidium Keluarga Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Hamdan Zoelva.

Pernyataan itu dikemukakan Hamdan dalam sarasehan bertajuk Aktualisasi Nasionalisme di Era Milenial yang digelar Perhimpunan Organisasi Alumni Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (Himpuni) di Kantor DPP Ikatan Alumni (IKA) Universitas Diponegoro di Jakarta, Senin (19/8) malam.

Menurut Hamdan, tantangan nasionalisme yang harus disadari milenial ialah betapa ketatnya persaingan di masa akan datang. Bangsa dengan peradaban dan kebudayaan yang unggul diyakini bakal memenangi kompetisi.

Ketua Umum Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Akhmad Muqowam menambahkan bahwa perekat nasionalisme ialah budaya. Oleh sebab itu, budaya bangsa ini harus menjadi bagian dari upaya yang melibatkan sinergi seluruh elemen bangsa.

"Apa pun namanya perekat kita adalah budaya. Karena itu, saya mencoba menawarkan bahwa saat ini kebudayaan bangsa ini harus menjadi bagian dari upaya yang sistematis oleh negara, pemerintah dan juga bagi masyarakat," ujar Muqowam.

Sebelumnya, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengingatkan pemerintah untuk memperkuat sejarah bangsa Indonesia bagi generasi milenial agar mengerti dan memahami perjuangan pahlawan, tokoh, serta kiai terdahulu dalam mendirikan bangsa Indonesia.

"Catatan saya yang harus dilakukan segera laksanakan tentang paham kebangsaan bagi generasi milenial. Kondisi sekarang ini mereka banyak tidak mengerti tentang Indonesia dulu seperti apa," tutur Ketua PBNU Marsudi Syuhud.

Menurut Marsudi, pemerintah harus melakukan sesuatu untuk mencegah lunturnya sejarah bangsa Indonesia di kalangan generasi muda.

Seiring dengan fokus pemerintah membangun sumber daya manusia, dia berharap pemerintah terus menanamkan sejarah bangsa Indonesia kepada generasi muda. Dengan begitu, bangsa Indonesia tetap utuh dari generasi ke generasi.

"Judulnya mengembangkan SDM, tetapi yang dirasakan sekarang malah belum tersentuh. Ini harus mendapat sentuhan pemerintah. Kalau tidak, bubar Republik ini," tandas Marsudi. (*/Ant/P-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik