Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
MANTAN Ketua Mahkamah Konstitusi Mohammad Mahfud MD mengajak masyarakat untuk tidak golput pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019.
Hal itu diungkapkan Mahfud MD dalam khotbah salat Idul Adha 1439 Hijriah di Stadion Kridosono Yogyakarta, kemarin.
Dalam khotbahnya, Mahfud mengatakan Indonesia harus memiliki wakil rakyat dan presiden atau wakil presiden untuk menyalurkan aspirasi dan memimpin Indonesia untuk mencapai tujuan bersama. "Mari kita sukseskan pemilu dengan cara ikut memilih dengan penuh tanggung jawab," katanya.
Namun, menurut Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia Yogyakarta itu sangat sulit atau mungkin tidak ada calon-calon wakil rakyat atau calon pemimpin bangsa yang ideal Akan tetapi, sebagai warga negara yang baik, Mahfud mengajak untuk memilih yang relatif lebih baik dari alternatif yang ada.
Dalam khotbahnya yang berjudul Berqurban untuk Memanusiakan Manusia Indonesia yang Sejahtera, Mahfud MD mengutip pernyataan Franz Magnis Suseno.
Franz Magnis menyebut sebagai orang bijak, pemilu bukan hanya untuk memilih pemimpin baik dan ideal, melainkan juga lebih dari itu, untuk menghindari orang jahat menjadi pemimpin.
"Intinya orang harus memilih. Kalau mau cari yang baik betul tidak ada. Oleh karena itu, ada dalil dari Franz Magnis, sesungguhnya memilih itu bukan untuk mencari yang terbaik karena yang terbaik sulit tampil di pemilu. Namun, untuk menghindari orang jelek atau jahat memimpin, itu saja."
Sama dengan Mahfud, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia Grace Natalie mendorong para pendukung Jokowi menggunakan hak pilihnya di Pilpres 2019. Dia minta semua fokus pada dukungan Jokowi, seperti yang dilakukan partainya.
"PSI memohon kepada semua pemilih agar tetap solid mendukung Jokowi, tidak golput, dan sama-sama mencoblos pada 17 April tahun depan, demi masa depan Indonesia yang lebih baik," kata Grace.
1,2 juta jiwa
KPU menghitung jumlah pemilih pemula pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 mencapai 1,2 juta jiwa. Mereka tersebar di 34 provinsi se-Indonesia.
"Untuk data pemilih pemula jumlahnya mencapai 1.262.878 jiwa," kata Komisioner KPU Viryan Aziz.
Viryan mengatakan 1,2 juta pemilih pemula ini ialah mereka yang lahir pada periode 1 Januari-17 April 2002. Jawa Barat memiliki jumlah pemilih pemula terbanyak, yaitu 212.749 jiwa. Disusul Jawa Timur sebanyak 174.558 jiwa dan Jawa Tengah 154.188 jiwa.
"Data ini olahan Pusat Data Informasi (Datin) KPU bersumber dari Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) Pemilu 2019 dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri," imbuh Viryan.
Komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi pun gencar memberikan edukasi kepada pemilih pemula ini.
Edukasi dilakukan dengan menggelar acara di kampus hingga menggelar lomba pembuatan aplikasi yang berkaitan dengan pemilu. (*/P-1)
Surat dari DPP PDIP dibutuhkan untuk menyelesaikan perbedaan tafsir terkait penetapan caleg yang sudah meninggal pada Pamilu 2019. Dia juga menjelaskan surat balasan dari MA.
Yasonna keluar dari Gedung Merah Putih KPK sekitar pukul 16.45 WIB. Jalur pulang dia berbeda dengan saksi lainnya.
TKLN 01 Malaysia mendesak pihak KBRI Kuala Lumpur Malaysia, KPU RI, Bawaslu RI, Kepolisian Republik Indonesia untuk segera melakukan tindakan
Tidak sulit untuk menyelesaikan dugaan kecurangan pemilu. Negara sudah memfasilitasi dengan aturan dan lembaga yang berwenang.
KPU bekerja sama dengan Kementerian Agama dalam melakukan sosialisasi kepada pemilih di tempat ibadah.
Kurangnya sosialiasi dikhawatirkan dapat meningkatkan angka golput di pemilu. Surya sangat berharap proses demokrasi bisa berjalan dengan lebih baik secara berkelanjutan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved