Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Meneropong Keberagaman Jawa Timur dari Panggung Kampanye

Faishol Taselan
26/11/2024 20:58
Meneropong Keberagaman Jawa Timur dari Panggung Kampanye
Salah satu cagub Jawa Timur berkampanye.(MI/Faishol Taselan)

JAM menunjukkan pukul 23:00. Jalanan di Surabaya, Jawa Timur (Jatim), terlihat sepi. Hanya sesekali terlihat sepeda motor dan kendaraan pribadi melintas, akan tetapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Di pertengahan malam itu, kendaraan pengawal pribadi (walpri) calon Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa melintas dengan kecepatan sedang, menembus dinginnya malam. Dari radio panggil terdengar sepi jaga jarak tetap fokus kata Meggy salah satu pengawal pribadi memberitahukan semua rombongan yang ikut dalam satu rangkaian.

Lima kendaraan yang dikawal dengan tujuan Banyuwangi mengawal cagub melakukan kampanye di wilayah tersebut. Kecepatan digenjot agar sampai Banyuwangi pagi hari.

“Tetap fokus ya, perjalanan kita jauh,” lagi-lagi Meggy mengingatkan semua sopir yang ikut dalam rombongan tersebut. Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo, dilalui. Waktu menunjukkan pukul 04.00, ketika tiba di lokasi tujuan, Bumi Blambangan, Banyuwangi.

Raut wajah lelah dari seluruh tim kampanye calon gubernur terlihat. Mereka bergegas istirahat di salah satu hotel, sebelum berangkat ke titik pertama kampanye.

Baru beberapa menit istirahat, jadwal menanti. Rombongan harus kampanye di kawasan Ketapang, Banyuwangi. Mereka bergegas, perjalanan memakan waktu 30 menit. Ribuan relawan dari berbagai profesi, mulai buruh, aktivis hingga pedagang sudah menanti.

Calon Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa berorasi. Berdialog dengan mereka yang hadir, mulai buruh, aktivis hingga pedagang. Mereka juga dari berbagai etnis dan suku seperti Suku Osing yang ikut hadir dalam kampanye tersebut.

Satu jam berkampanye, pindah lagi ke Pelabuhan Muncar Banyuwangi. Khofifah menemui para nelayan yang datang dari berbagai wilayah tangkapan ikan.

Tiga puluh menit kemudian pindah lagi ke sebuah perusahaan pengalengan ikan. Di Lokasi ini kembali menemui para pekerja dari berbagai usia, tumpah ruah.

Perjalanan panjang itu dilalui selama masa kampanye. Mulai dari banyuwangi, Jember, Lumajang, Pasuruan, Ponorogo, Kediri, Nganjuk, Ngawi, Madiun, Magetan, daerah di Madura, Tuban, Bojonegoro dan Lamongan.

Selama masa kampanye sudah tidak terhitung lagi berapa massa dan etnik yang ditemui oleh calon. “Saat di Ponorogo bertemu dengan para seniman reog. Mereka juga menampilkan budaya yakni tari reog khas Ponorogo,” kata Sekretaris Tim Pemenangan Provinsi Ghofirin dalam sebuah perbincangan.

Saat di kawasan Brondong, Lamongan bertemu dengan para nelayan, serta para santri di Pondok Pesantren Karangasem. Belum lagi saat kampanye akbar selalu ditampilkan budaya khas Jatim.

Selama kampanye banyak sekali budaya yang ditampilkan sebagai upaya untuk mengenalkan kepada masyarakat yang hadir di kampanye. Belum lagi jika bertemu face to face dengan suku dan etnik di Jatim.

“Kami benar benar menyerap apa yang menjadi keinginan mereka. Mereka hadir dalam berbagai suku, budaya dan etnik. Selama ini kampanye benar-benar kita meneropong beragamnya budaya Jatim,” katanya.

Bebas kampanye
Kebebasan yang diberikan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim dalam kampanye, memberi akses para calon bebas menemui siapapun yang dikehendaki. Ini sekaligus memberikan peluang melihat dari dekat apa yang menjadi keinginan mereka, dari budayawan, pelukis, penari, pedagang, guru serta para santri.

“KPU tidak membatasi pertemuan dengan siapapun selama kampanye, aturan jelasnya. Jadi, kami memberi kebebasan kepada setiap calon mengekspresikan keinginannya untuk bertemu dengan siapapun,” kata Ketua KPU jatim Aang Kunaifi.

Mereka mau menemui buruh, guru, santri, nelayan, relawan termasuk dari suku dan etnik mana saja asalkan tidak melanggar aturan yang sudah ditetapkan oleh KPU.

KPU Jatim sudah menyusun tahapan secara jelas. Calon memanfaatkan tahapan kampanye itu dengan berinteraksi dengan pendukungnya dari berbagai etnik dan suku.

Pengamat Politik dari Universitas Airlangga, Hari Fitriyanto menilai cara KPU memberikan kebebasan bagi calon dalam berkampanye sangat efektif. Calon bisa melihat dari dekat bagaimana keragaman Jawa Timur, seperti budaya, aspirasi, etnik dan sukunya. “Ini kesempatan yang bagus. Calon bisa mengajak pemilih untuk menyukseskan Pilkada, terlepas harus mencoblos yang bersangkutan,” kata Hari.

Para calon, menurut Hari, bisa membuka ruang tanpa batas selama kampanye untuk meyakinkan pemilihnya dari seluruh pendukungnya di Jatim dengan cara kampanye akbar atau face to face.

Calon akhirnya bisa sangat paham bagaimana Jawa Timur yang sesungguhnya. Bisa memahami teritorial wilayahnya, budayanya serta kebiasan-kebiasaan pendukungnya. “Makanya butuh ekstra tenaga,” kata  Hari.

Butuh energi luar biasa bagi calon untuk bisa menembus semua lapisan masyarakat. Dia mencontohkan Khofifah, Emil, Luluk, Lukman, Risma dan Gus Hans, setiap hari harus melintasi berbagai wilayah daerah di Jatim.

Mereka mengajak pendukung untuk memilihnya pada pencoblosan. Meraih simpati ke pendukung, meski harus menguras tenaga dan pikiran untuk melenggang ke Gedung Negara Grahadi. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya