Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
ORGANISASI dokter Indonesia (IDI) lagi dikeroyok ramai-ramai oleh beragam kelompok. Hampir setiap hari muncul berita negatif tentang dokter dan organisasi profesinya. Kelihatannya aksi keroyokan ini terstruktur dan sistematis.
Dari depan, ada sekelompok orang yang punya persoalan pribadi dengan IDI. Mungkin pernah tersisihkan dalam lingkaran IDI atau gagal menduduki posisi tertentu di IDI. Di kanan, adalah sekelompok orang yang marah saat ‘dokter andalan mereka’ dipecat IDI. Kelompok ini membangun kekuatan untuk merubuhkan IDI.
Di kiri, ada Kementerian Kesehatan yang merasa sebagian wewenangnya diambil IDI. Mereka mau semua wewenang itu ada pada mereka. Isu wewenang ini tentu bercampur kepentingan lain. Di belakang, ada DPR. Institusi ini begitu bergairah menyelesaikan undang-undang kesehatan pada injury time. Salah satu alasannya, mereka ingin mengeksekusi kepentingan-kepentingan mereka di last minutes.
Dari dalam IDI sendiri, memang ada segelintir oknum atau proses yang merusak image organisasi ini, baik secara sengaja maupun tidak. Akibatnya sejumlah anggota terdampak.
Beragam kepentingan ini bercampur menghakimi dan mencederai IDI. Mereka menggunakan beragam cara. Termasuk pengerahan buzzer yang menyerang dengan kata-kata hinaan, hoax dan fitnah. Temanya senada: semua issu kegagalan kesehatan mesti dilarikan ke IDI.
Makanya beragam issu kesehatan, mulai dari ketidakseimbangan distribusi dokter hingga perundungan sekolah spesialis, IDI dianggap penyebab. Seolah IDI adalah Menteri Kesehatan. Padahal IDI jelas bukan Menteri Kesehatan.
Menariknya lagi, beragam manipulasi issu ini berusaha ditarik masuk ke ranah masyarakat. Biar tampak ada ‘clash of doctor-society’ atau benturan dokter dan masyarakat. Biar masyarakat membenci dan mengumpat IDI. Semua terjadi tidak kebetulan. Ini sebuah ‘pincher attack’.
Proyek humiliasi institusi sebenarnya sudah banyak terjadi dinegeri ini. Saat Presiden Soeharto jatuh tahun 1998, TNI dihumiliasi oleh politikus. Sampai muncul slogan ‘TNI : back barrack’. TNI dituntut untuk tidak cawe-cawe politik lagi. Tapi setelah titik nadir ini, TNI bangkit kembali di peta politik negeri ini.
Partai Golkar juga pernah dihumiliasi. Partai ini dirujak habis oleh masyarakat dan anggotanya sendiri. Bahkan sempat keluar Dekrit Presiden untuk bubarkan partai ini. Saat itu Akbar Tanjung leader-nya. Ia memimpin partai ini dalam keadaan kritis, hingga akhirnya bisa eksis kembali saat ini.
IDI itu sebuah organisasi besar dan kredibel. Latar belakang pendiriannya adalah gerakan moral. Ia telah bersama negeri ini sejak zaman kemerdekaan. Aksi-aksi nyata mereka bertebaran. Dengan kredibilitas ini, IDI tidak akan mati atau mengalami disfungsi fatal. Meski menghadapi begitu banyak serangan, IDI akan tetap berdiri tegar dan kuat.
Organisasi profesi besar seperti American Medical Association dan British Medical Association merupakan organisasi sangat powerful. Lobi politik mereka masif dan menentukan sistem kesehatan dinegeri mereka. Mereka berkolaborasi dengan industri dan universitas raksasa serta memiliki pressure power terhadap pemerintah.
Posisi kuat ini diperoleh setelah mereka menjalani perjalanan panjang. American Medical Association berusia 197 tahun dan British Medical Association 200 tahun. Dalam perjalanan panjang itu, mereka ditempa beragam persoalan namun justru menjadi makin kuat dan tegar.
IDI pun begitu. Kasak-kusuk yang terjadi saat ini hanyalah merupakan sebuah etape dalam perjalanan panjang organisasi ini. IDI tidak akan mengalami disfungsi fatal apalagi mati. Ia akan bermetamorfosis menjadi lebih kuat, matang dan profesional. Modalnya: kepemimpinan yang adekuat serta adanya soliditas anggota.
Hingga saat ini, apakah di Indonesia ini ada organisasi profesi yang lebih kredibel dari IDI? Belum ada kayaknya. Memang ada beberapa yang mengaku-ngaku tandingan IDI. Tapi mungkin umurnya tidak akan lama. Karena kelahiran mereka didasarkan oleh kepentingan sesaat dan bukan gerakan moral, gerakan kebangsaan dan gerakan kesejawatan seperti yang mendasari pendirian IDI dulu.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berencana melanjutkan wacana standardisasi kemasan rokok untuk seluruh bungkus rokok yang beredar di pasaran.
PENYAKIT hipertensi, diabetes melitus, hingga masalah gigi menjadi penyakit yang banyak ditemukan dalam program Cek Kesehatan Gratis (CKG).
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur melakukan penyelidikan epidemiolog menyusul temuan 2 kasus covid-19 di provinsi tersebut.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan pentingnya memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak-anak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Sejalan dengan penjelasan Kementerian Kesehatan yang menyebutkan vaksinasi booster covid-19 tetap direkomendasikan.
Lonjakan terbaru kasus covid-19 di sejumlah negara di Asia kembali menghadirkan tantangan kesehatan masyarakat yang harus segera ditangani.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved