Selasa 06 Juni 2023, 11:35 WIB

Harapan Kebangkitan Peran Perempuan di Indonesia

Rana Anis Baswedan, Mahasiswa Pascasarjana FIA Universitas Indonesia | Opini
Harapan Kebangkitan Peran Perempuan di Indonesia

Dok pribadi
Rana Anis Baswedan

 

HARI Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang selalu diperingati setiap 20 Mei memang sudah lama berlalu. Setidaknya masih ada ruang yang harus selalu dibangkitkan dalam kehidupan berbangsa, utamanya bagi kalangan perempuan Indonesia.

Berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 menjadi lambang semangat persatuan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di tengah banyak ancaman serta gesekan antargolongan dan ideologi yang bergejolak saat itu. Boedi Oetomo merupakan organisasi modern pertama di Indonesia.

Organisasi itu bergerak pada berbagai bidang dengan melibatkan para pemuda untuk bisa terus mempertahankan persatuan, dan aktif mengembangkan sektor pendidikan serta sektor lainnya untuk kemajuan bangsa Indonesia. Dengan begitu peran pemuda menjadi sangat signifikan terutama untuk bisa melawan diskriminasi dan tindak ketidakadilan pada seluruh kalangan di negeri ini.

Bagaimana keterkaitan Harkitnas yang tahun ini memasuki angka 115 pada aspek keadilan? Bagaimana relasinya dengan kebangkitan hak-hak kaum perempuan pada kehidupan sehari-hari di berbagai sektor? Kaum perempuan sudah banyak berkiprah di sektor pendidikan, politik, kesehatan, dan beragam profesi yang tadinya identik dengan profesi cuma untuk laki-laki. 

Tanpa diskriminasi

Kini kita semua bisa dengan jelas melihat kehadiran, keterwakilan, bahkan kepemimpinan dari para perempuan hampir di seluruh bidang pekerjaan. Mereka banyak yang berprofesi sebagai pilot, politisi, polisi, CEO, pengacara, hakim, dan lain sebagainya. Pertanyaan menariknya, apakah kehadiran perempuan memang diberikan ruang untuk berperan secara maksimal tanpa diskriminasi, judgement dari lingkungan, atau sebenarnya masih dalam perjuangan untuk bangkit di tengah kondisi yang sebenarnya masih tidak ramah pada perempuan?

Diskriminasi atau sindiran seringkali terjadi pada perempuan, misalnya, ketika berkontestasi di politik legislatif tingkat daerah maupun tingkat pusat. Seandainya berhasil memenangkan kontestasi tersebut, masih banyak anggapan sukses itu pasti ada 'sesuatu' di balik kemenangan itu seperti 'dia kan istrinya si anu, anaknya si itu', dan masih banyak lagi atribusi yang pada dasarnya meragukan prestasi sang perempuan.

Memang tidak semua warga bersikap demikian karena meyakini kualitas dan kapabilitas sang perempuan menjadi wakil rakyat. Tapi tak bisa dimungkiri masih banyak yang meragukannya bahwa sosok perempuan itu  bisa menjadi wakil rakyat, dengan perjuangan sendiri yang murni ingin memperjuangkan aspirasi rakyat. 

Hal lain yang masih sering terjadi juga pada perempuan ketika hanya menjadi formalitas angka bagi partai politik. Secara aturan parpol harus memenuhi syarat 30% keterwakilan perempuan. Sayangnya, hal itu tidak secara penuh didukung, tak maksimal dilibatkan secara substansial dalam proses pengambilan keputusan.

Kalau sudah begitu, perempuan tersebut bisa jadi memang hadir namun sangat minim peran terutama dalam kondisi-kondisi genting yang krusial bagi elektabilitas partai ke depannya. Secara tidak langsung hal itu dapat melemahkan potensi perempuan di ruang politik. 

Hal tersebut sejatinya harus menjadi motivasi kita bersama untuk bisa mengingat bahwa semangat para pendahulu yang sudah memperjuangkan persatuan, menghilangkan ketimpangan, dan menolak diskriminasi seharusnya terus kita perbarui untuk saling mendukung. Berikan hak yang sama tanpa melihat gender, ras, dan lainnya.

Lebih tangguh

Kehadiran perempuan seharusnya beriringan dengan peran besar yang diberikan di manapun dia berada. Mengutip konsep glass cliff yang mengacu pada situasi ketika perempuan dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi selama masa krisis, masa tekanan yang besar atau masa resesi ketika peluang kegagalan cenderung besar terjadi, perempuan sebenarnya lebih siap untuk mengadapi situasi tersebut.

Hal itu berdasarkan penelitian terhadap 100 perusahaan yang dipublikasikan para peneliti di University of Exeter, Inggris. Penelitian tersebut juga memaparkan tidak ada hubungan antara potensi kepemimpinan dan gender. Dengan menjauhkan perempuan dari posisi serta peran kepemimpinan, bisa jadi perusahaan tersebut kehilangan pemimpin yang paling berkualitas dan berbakat. Itu karena dengan keterbatasan ruang yang pernah diciptakan bagi perempuan, perempuan tumbuh menjadi individu dengan daya juang tinggi untuk melakukan segala sesuatu yang terbaik dari kemampuannya.

Hal tersebut bisa dirasakan terutama di Indonesia dengan semakin hari angka working mom semakin meningkat, yang berarti perempuan di Indonesia memiliki potensi yang begitu besar ketika diberikan kesempatan yang sama dan seimbang. Terbukti dari banyak tokoh perempuan yang diberikan akses dan ruang yang tidak terbatas bisa menjadi menteri, founder startups, founder e-commerce, dan masih banyak lagi yang hampir semuanya menjadi pemimpin berkualitas serta tangguh. 

Artinya, ketika seluruh lapisan kelompok perempuan diberikan peluang yang sama dengan menyesuaikan passion dan ketertarikan pada suatu bidang, mereka bisa mengambil peran secara signifikan. Peluang jangan cuma diberikan kepada segelintir perempuan yang memang harus diakui, mayoritas saat ini, masih di dominasi oleh kelompok menengah ke atas yang memiliki akses lebih. Oleh karena itu negara harus hadir untuk menyentuh seluruh kalangan, memberikan dukungan dan ruang untuk berkembang sehingga seluruh perempuan bisa bangkit dan menggapai harapan.

Harkitnas sudah satu abad lebih, yang berarti selama periode tersebut semangat persatuan dan perjuangan penegakan keadilan terus bermetamorforsa secara lebih matang. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang mendukung kemajuan tersebut harus dimanfaatkan bagi seluruh masyarakat tidak terkecuali bagi kaum perempuan. 

Perempuan Indonesia kini, bukan saja harus diberikan ruang kontribusi, melainkan juga kesempatan untuk berkompetisi dengan adil, tanpa intervensi kuasa, dan rasa aman dari tindak kekerasan serta pelecehan. Mari bersama bangkit untuk menyusul para perempuan yang telah berhasil membuktikan perannya dalam memajukan bangsa Indonesia!

Baca Juga

Dok. Pribadi

Awas Budaya Tiktok

👤Khoiruddin Bashori Dewan Pengawas Yayasan Sukma Jakarta 🕔Senin 02 Oktober 2023, 05:10 WIB
AKHIR-AKHIR ini pendidik sering mengeluhkan siswa yang lebih suka bermain-main, bercanda, dan kurang serius dalam...
MI/Duta

Guru dan Kecerdasan Buatan

👤Muazzah Muhammad Guru Sekolah Sukma Bangsa Pidie 🕔Senin 02 Oktober 2023, 05:05 WIB
KINI dunia dihebohkan banyaknya penemuan di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang diyakini dapat memudahkan hidup...
Dok pribadi

Efektifkah Bea Masuk Menahan Laju Impor?

👤Marsanto Adi Nurcahyo, Politeknik Keuangan Negara STAN 🕔Minggu 01 Oktober 2023, 20:50 WIB
SUDAH sering kita dengar kalau barang dari Tiongkok itu lebih murah harganya dibandingkan produk dalam...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

MI TV

Selengkapnya

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya