Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PESONA rempah-rempah Indonesia sudah mengglobal jauh sebelum abad masehi, melalui aktivitas perdagangan komoditas tersebut di Jalur Sutera hingga jalur Dupa Romawi. Bahkan juga sampai ke Afrika Timur, yakni pada sekitar abad 5 SM hingga abad 11 Masehi.
Daya tarik dari tanaman herbal dan bumbu dapur atau rempah-rempah yang banyak terdapat di Nusantara juga mengundang bangsa Eropa untuk datang pada ratusan tahun yang lalu. Kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara tidak terlepas dari kebijakan Dinasti Turki Utsmani yang menutup jalur darat perniagaan rempah-rempah ke Eropa pada 1453 Masehi. Dinasti tersebut sangat dominan dalam konstelasi politik global pada saat itu.
Dampak dari kebijakan tersebut membuat bangsa-bangsa Eropa melakukan ekspedisi melalui jalur maritim yang juga dikenal sebagai Ekspedisi Timur Jauh untuk mencari sumber rempah-rempah hingga ke wilayah Nusantara. Rempah-rempah yang dibutuhkan bangsa Eropa seperti cengkih, lada, dan pala sebagian besar ada di Indonesia. Nilai dari rempah-rempah tersebut pada waktu itu melebihi logam mulia.
Bangsa Eropa yang pertama kali menjejakkan kaki di bumi Nusantara adalah Portugal. Niat awal hanya ingin berniaga rempah-rempah, berganti menjadi hasrat untuk menguasai dan memonopoli perdagangan, kemudian diikuti oleh Belanda melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang juga datang untuk mengeksploitasi kekayaan alam tersebut dan menjadi cikal bakal penjajahan di Indonesia.
Upaya membangkitkan kembali
Ratusan tahun bangsa Eropa menjejakkan kaki dan kuasanya di Indonesia hingga akhirnya negara ini mendapatkan kemerdekaannya setelah proklamasi pada 17 Agustus 1945. Kini, setelah merdeka seyogyanya rempah-rempah dapat semakin ditonjolkan sebagai primadona komoditas ekspor perdagangan Indonesia.
Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, rempah-rempah belum menjadi 10 produk utama ekspor Indonesia. Ada 10 produk utama ekspor Indonesia saat ini antara lain udang, kopi, minyak kelapa sawit, kakao, karet dan produk karet, TPT, alas kaki, elektronika, komponen kendaraan bermotor, dan furnitur.
Namun, bukan berarti rempah-rempah Indonesia tak lagi berdaya di pasar global. Rempah-rempah masuk daftar 10 produk ekspor potensial Indonesia dengan negara tujuan Singapura, Thailand, UEA, Maroko, Aljazair, Tunisia, AS, Belanda, Brasil, Jerman, Tiongkok, Belgia, dan beberapa negara lainnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah pada 2021 mencapai US$765,6 juta dengan total berat bersih 295 ribu ton. Thailand menjadi negara penyerap produk tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah asal Indonesia pada 2021 dengan nilai US$199,2 juta dan bila dilihat berdasarkan berat bersih impor yang dilakukan Thailand dari Indonesia untuk komoditas ini mencapai 117 ribu ton.
Sebagai langkah untuk kembali menggeliatkan daya tarik rempah-rempah Indonesia di mancanegara, pemerintah telah memiliki kampanye program bernama Indonesia Spice Up the World dengan harapan dapat meningkatkan perdagangan rempah-rempah dan bumbu Indonesia. Kampanye tersebut menargetkan dapat mengatrol nilai ekspor rempah-rempah Indonesia pada 2024 menjadi US$2 miliar serta dapat menambah jumlah restoran Indonesia di mancanegara hingga 4.000 restoran baru.
Negara yang menjadi tujuan utama Indonesia untuk bisa meningkatkan penetrasi ekspor rempah-rempah antara lain AS, Tiongkok, India, Vietnam, dan Belanda. Produk rempah-rempah yang menjadi ujung tombak ekspor di antaranya pala, cengkih, lada putih, kayu manis, dan kapulaga.
Melalui program bersama lintas kementerian/Lembaga ini diharapkan dapat kembali menciptakan citra Indonesia sebagai negara utama penghasil rempah-rempah yang pada masa lalu menjadi penyebab dari banyaknya pertumpahan darah akibat penjajahan. Kini, pesona dan daya tarik rempah-rempah dapat kembali diusung tanpa perlu ada setetes darah pun yang tumpah, serta dapat menjadi salah satu katalis utama peningkatan kinerja ekspor Indonesia.
DELEGASI Indonesia dalam misi pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah singgah di Kota Melaka, Malaysia, pada 30 Juni-3 Juli 2024.
Pemerintah Negeri Melaka menyatakan masyarakat Malaysia mendukung dan siap berkolaborasi dengan Indonesia untuk mengajukan Jalur Rempah sebagai warisan dunia ke UNESCO.
"Anak-anak akan bertemu langsung pelaku sejarah sesungguhnya. Apa yang dialami dan apa yang dirasakan serta bagaimana menatap masa depan,"
Tujuan dari Jalur Rempah ini yaitu menyalakan kembali ingatan dan kebanggaan jati diri sebagai bangsa bahari dan memperkuat tali Indonesia yang sejak ribuan tahun lalu telah dirajut
Dengan banyaknya kegiatan yang menonjolkan budaya sekitar, Banda dan segala keindahannya diharapkan akan terekspos luas demi menarik wisatawan lokal dan mancanegara.
Maluku Kie Raha adalah istilah untuk menyebut empat kerajaan di Maluku pada zaman bahari yang sangat berpengaruh secara politis dan ketatanegaraan, yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan.
Kegiatan yang diinisiasi Kemendag bersama Kadin ini menghadirkan peragaan busana, gelar wicara, pameran dagang, business matching, dan lainnya.
Kemendag meminta Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) untuk melakukan antisipasi dan memasok kebutuhan agar harga-harga bahan pokok stabil.
Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, mengkritisi langkah PD Pasar Jaya yang menjual masker dengan harga Rp 300 ribu per kota. Ada dugaan PD Pasar Jaya sengaja menimbun masker.
Tim Satgas Pangan bersama Menteri Perdagangan telah mendistribusikan gula ke pasar Jatinegara sebanyak 12 ton dan pasar baru Bekasi sebanyak 5 ton, pada Selasa (26/5).
"Nanti didata BPBD Kota Bekasi yang sebelumnya telah mendistribusikan beras untuk warga yang menjalani isolasi mandiri," ujarnya.
PEMKOT Tangsel, Banten menyalurkan bantuan Kemendag sebanyak tiga ton telur, 100 box masker dan kaos bagi warga yang mengikuti vaksinasi covid-19.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved