Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
SELAMA masa pandemi ini, di depan minimarket, sekolah, kantor, bahkan perumahan, disediakan wadah untuk mencuci tangan. Dari yang sederhana menggunakan bekas kaleng Khong Guan hingga yang otomatis dengan sensor suhu tubuh. Begitu tangan mendekat ke keran, serrr…air langsung mengucur. Ini tentu patut disyukuri karena hingga hari ini kita belum mengalami krisis air yang parah.
Tahun lalu, Bloomberg mewartakan di wilayah perkotaan Yordania, masyarakat hanya bisa mengakses air sekitar seminggu sekali. Mengutip data World Resource Institute’s Aqueduct Water Risk Atlas, media milik konglomerat Michael Bloomberg itu menyebut Yordania sebagai salah satu negara di dunia yang mengalami krisis air terparah, selain Qatar, Libanon, dan Israel.
Air adalah sumber kehidupan. Sejak zaman batu hingga era kecerdasan buatan seperti sekarang, bahkan di era posthuman yang diramalkan para futurolog, manusia selalu butuh air. Itu sebabnya, pengelolaannya harus bijak, seperti yang selalu didengungkan pada momen peringatan Hari Air Sedunia setiap 22 Maret. Bayangkan, seandainya di masa pandemi ini kita tidak memiliki air bersih yang cukup untuk sekadar mencuci tangan. Sama sekali tidak berlebihan kiranya untuk mengatakan bahwa teknologi pengelolaan air bersih ialah salah satu kemajuan terbesar di bidang kesehatan dalam sejarah umat manusia.
Sayangnya, manusia suka alpa. Laju pembangunan, sejak era revolusi industri hingga sekarang, kadang mengabaikan salah satu unsur terpenting yang ada di alam ini. Penyedotan air tanah yang berlebihan, pencemaran sungai, penggundulan hutan, dan berbagai ekses pembangunan lainnya menyebabkan krisis air bersih di sejumlah wilayah di planet ini. Jakarta, yang sementara ini masih jadi Ibu Kota Republik Indonesia tercinta, bahkan dikhawatirkan tenggelam. Menurut sejumlah pakar lingkungan, skenario itu bisa terjadi jika eksploitasi air tanah yang berlebihan tidak dikendalikan. Studi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun lalu menyebut salah satu penyebab menurunnya permukaan tanah di Jakarta yang terjadi dalam setengah abad terakhir, salah satunya karena faktor tersebut.
Groundwater- Making the Invisible Visible yang jadi tema peringatan Hari Air Sedunia tahun ini, kiranya tepat untuk mengingatkan kita semua tentang pentingnya manajemen sumber daya air. Air tanah memang tersembunyi, tetapi dampaknya nyata di mana-mana. Di bawah bumi yang kita pijak, ada harta terpendam yang dapat menyejahterakan dan menyelamatkan umat manusia. Kita bisa terus mencuci tangan dengan sabun dan air untuk melaksanakan ‘Pesan Ibu’, memasak, mandi, dan berwudu, lantaran masih tersedianya air tanah.
Namun, sekali lagi, pengelolaan dan pemanfaatannya mesti selaras dengan alam karena air merupakan unsur terpenting bagi setiap ekosistem dan habitat makhluk hidup. Ia bagian dari siklus hidrologi abadi yang mesti dihormati jika ingin tata kehidupan di planet ini harmoni. Air yang dianugerahkan Tuhan ialah sahabat sekaligus bisa menjadi bencana bagi manusia. Kita pun dapat membaca kisahnya baik dalam lembar sejarah maupun jejak arkeologi. Selamat Hari Air.
UTUSAN Khusus PBB untuk Isu Air, Retno Marsudi, menerima penghargaan sebagai Champion untuk isu investasi air dari Pemerintah Afrika Selatan.
Hasil penelitian terbaru kami memberikan bukti terkuat sejauh ini bahwa setidaknya beberapa komet tipe Halley membawa air dengan tanda isotop yang sama seperti yang ditemukan di Bumi.
DI tengah serangan udara, pengungsian, dan kelaparan, kelangkaan air yang belum pernah terjadi menambah penderitaan penduduk Jalur Gaza, Palestina.
SUNGAI adalah indikator kemajuan. Pemulihan dan penataan aliran sungai merupakan pekerjaan strategis, karena menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
Kerusakan ginjal bisa memberi dampak kesehatan serius bagi organ tubuh lainnya seperti jantung, hati, dan bahkan otak.
Menurut laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2020, beberapa wilayah di Indonesia akan mengalami kelangkaan atau krisis air bersih pada 2045.
Water Footprint Network memperkirakan bahwa menerapkan pola makan berbasis nabati selama sebulan di Indonesia dapat menghemat 688,2 liter air.
Langkah-langkah cerdas, progresif, dan antisipatif harus diambil untuk mengatasi dampak buruk dari ulah manusia terhadap lingkungan dan sumber daya air.
HARI Air Dunia (HAD) 2024 memperoleh makna yang semakin mendalam seiring dengan kompleksitas tantangan global yang dihadapi umat manusia saat ini.
Perubahan iklim harus mendapat perhatian serius karena mengancam keberlangsungan kehidupan umat manusia.
Kementerian PU-Pera sengaja menggandeng perguruan tinggi pada peringatan Hari Air Sedunia ke-31 tahun ini. Acara dilakukan serentak di seluruh Indonesia
Memperingati Hari Air Sedunia, Danone-Aqua membeberkan sejumlah rahasia dalam mengelola sumber daya air di Indonesia yang sudah berlangsung 50 tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved