Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DALAM dunia yang saling terhubung secara global dan digital, peserta didik membutuhkan pengetahuan dan keterampilan baru untuk sukses. Pendidikan berusaha untuk mengembangkan keunggulan dengan membuat pembelajaran digital sebagai prioritas. Di abad ke-21, salah satu pembelajaran yang paling penting ialah nalar kritis. Berpikir kritis sebagai basis dalam membuat penilaian, dan penarikan kesimpulan yang tepat.
Banjir informasi ialah keniscayaan era digital. Tersedia sedemikian banyak data yang berserak di dunia maya. Kenyataan demikian, di satu sisi sangat memudahkan siswa mencari informasi yang dibutuhkan, pada sisi lain tidak jarang menyertakan kebingungan bagi sementara kalangan. Utamanya bagi mereka yang memiliki nalar kritis terbatas. Kelompok ini sering mengalami kesulitan untuk membedakan mana informasi yang benar dan mana yang sampah.
Fenomena kurang berkembangnya nalar kritis juga dapat dilihat dalam dinamika pembelajaran siswa di kelas. Komunikasi cenderung berlangsung satu arah. Guru lebih banyak menyampaikan materi secara monolog. Siswa duduk manis-pasif menerima. Jarang ditemukan interupsi, apalagi sanggahan, yang diberikan siswa. Di saat guru memberi kesempatan untuk bertanya sekalipun, hampir dapat dipastikan hanya sedikit siswa yang mengangkat tangan. Bertanya seakan menjadi sesuatu yang sangat sulit.
Nalar kritis
Berpikir kritis ialah kemampuan untuk memeriksa informasi secara rasional dan membuat penilaian berdasarkan analisis yang tajam. Pribadi dengan nalar kritis menolak untuk menerima begitu saja setiap materi yang tersaji. Dengan kesadaran adanya kemungkinan bias kognitif, siswa justru mampu mendekati kesimpulan secara lebih objektif. Berpikir kritis karenanya dapat disebut sebagai kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional, memahami hubungan logis di antara ide-ide.
Nalar kritis dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk terlibat dalam pemikiran reflektif dan mandiri. Intinya, pemikiran kritis mengharuskan kita menggunakan kemampuan bernalar secara optimal. Pemikir kritis mempertanyakan ide dan asumsi dengan ketat. Mereka mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah secara sistematis, bukan dengan intuisi atau naluri. Keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti ini memungkinkan seseorang untuk belajar secara aktif, bukan pasif menyerap informasi apa saja yang tersaji dihadapannya.
Siswa dengan nalar kritis memadai secara konsisten berusaha untuk hidup rasional, wajar, dan peduli. Dengan kemampuan ini diharapkan mereka dapat menyadari adanya kecenderungan cacat pemikiran, seperti terlalu egosentris, atau sebaliknya, sosiosentris. Dengan nalar kritis, siswa dapat menganalisis, menilai, dan meningkatkan kualitas pemikiran. Tidak terjebak dalam kesalahan argumentasi, irasionalitas, prasangka, bias, distorsi, dan kepentingan sesaat.
Manfaat terbesar nalar kritis adalah membantu siswa membuat keputusan yang lebih tepat berbasis informasi yang adekuat. Keterampilan membaca dan berpikir kritis memungkinkan mereka untuk terlibat dalam pembelajaran pada tingkat yang lebih tinggi. Nalar kritis juga merupakan keterampilan penting dalam kehidupan profesional. Pengusaha tentu lebih menghargai pekerja yang mengatasi masalah secara logis dan melihat situasi dari berbagai perspektif untuk menghasilkan solusi terbaik.
Penalaran moral
Keterampilan berpikir kritis memainkan peran penting dalam proses perkembangan moral, utamanya dalam menganalisis, mengevaluasi, dan menyintesis informasi yang dikumpulkan dari interaksinya dengan orang lain. Keterampilan ini digunakan untuk berdebat, membenarkan, dan merefleksikan pendapat dan motivasi masing-masing, yang berdampak pada rasa tanggung jawab dalam pengambilan keputusan moral (Weinstock et al, 2009). Perilaku moral yang ditunjukkan dalam tindakan, sangat dipengaruhi oleh tingkat penalaran moral individu.
Penalaran moral dapat dipandang sebagai suatu struktur, bukan isi. Dalam perspektif ini, penalaran moral bukanlah pada apa yang baik atau yang buruk, tetapi pada bagaimana seorang berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu itu baik atau buruk. Memperhatikan penalaran dari suatu tindakan yang dianggap salah, akan lebih memberi penjelasan dari pada hanya memperhatikan tindakan seorang atau bahkan mendengar pernyataannya bahwa sesuatu itu salah.
Jika penalaran moral dilihat sebagai isi, sesuatu dikatakan baik atau buruk sangat tergantung pada lingkungan sosial budaya tertentu sehingga sifatnya akan sangat relatif. Namun, jika penalaran moral dilihat sebagai suatu struktur, dapat dikatakan bahwa ada perbedaan penalaran moral seorang anak dengan orang dewasa, dan hal ini dapat diidentifikasi tingkat perkembangan moralnya.
Menurut Maskuriah (2000), penalaran moral ialah suatu pertimbangan pemikiran yang berkenaan dengan objek moral yang berupa tingkah laku, perbuatan, dan tindakan yang berlandaskan ukuran norma dan nilai moral, baik yang berkembang dan dianut di dalam kehidupan sosial ataupun yang berlandaskan agama, adat istiadat, dan ketentuan hukum yang berlaku secara umum.
Dengan demikian, penalaran moral pada intinya bersifat rasional. Suatu keputusan moral bukanlah soal perasaan atau nilai, melainkan mengandung suatu tafsiran kognitif yang bersifat konstruksi kognitif yang aktif dengan memperhatikan tuntutan, hak, kewajiban, dan keterlibatan individu atau kelompok terhadap hal-hal yang baik (Baswedan, 2006).
Kritis dan bermoral
Pengembangan keterampilan berpikir kritis memang perlu waktu, apalagi jika dikaitkan dengan penalaran moral. Meskipun demikian, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mempercepat prosesnya, menjadi pribadi yang kritis dan bermoral. Pertama, temukan masalahnya. Apa masalah yang harus dipecahkan atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Kita dapat memulai proses berpikir kritis dengan mengidentifikasi masalah yang dihadapi. Kedua, kumpulkan informasi. Akumulasikan sebanyak mungkin penelitian dan data tentang masalah yang sedang dihadapi. Pastikan untuk mencari sumber-sumber yang otoritatif.
Ketiga, periksa dan teliti. Periksa dengan saksama apakah sumber informasi dapat diandalkan, apakah terdapat bias atau tidak, dan pastikan pendapat tersebut didukung oleh bukti-bukti autentik. Keempat, putuskan apa yang relevan. Cari tahu argumen mana yang lebih relevan dengan masalah kita. Kelima, evaluasi diri. Tanyakan pada diri sendiri, "Apakah saya bias ketika mencari informasi?" Keenam. Ambil kesimpulan. Buat satu atau lebih kesimpulan yang mungkin. Evaluasi akurasi kesimpulan dan cari tahu siapa tahu masih terdapat kekurangan. Ketujuh, Jelaskan kesimpulan. Komunikasikan dengan jelas kesimpulan itu kepada pihak-pihak terkait.
Pada akhirnya kita meyakini, pertumbuhan keterampilan berpikir kritis memainkan peran penting dalam meningkatkan penalaran moral siswa. Sebuah kemampuan bertindak secara mandiri. Mampu berpikir merdeka, reflektif, dan sanggup mengambil keputusan dengan pertimbangan moral yang kuat. Melalui introspeksi sistematis, siswa dibiasakan untuk mengembangkan dan memperbaiki tindakan moral. Berpikir lebih mendalam manakala menghadapi masalah-masalah kompleks, termasuk menyelesaikan dilema moral.
Melalui ceritanya, Naftalie Tiara menekankan pentingnya manajemen waktu dan selalu berusaha dengan upaya yang terbaik dalam menghadapi tantangan tersebut
Meski telah berusia 14 tahun, band tersebut baru pertama kali menjalani tur album.
Penalaran deduktif cenderung menghasilkan kesimpulan yang lebih pasti. Penalaran induktif menghasilkan kesimpulan yang bersifat lebih probabilistik.
UJIAN Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT) resmi digelar serentak hari ini, Senin, 8 Mei 2023, diikuti oleh 803.853 peserta.
Aspek yang dinilai atau yang diukur itu jangan hanya aspek kognitif.
Materi cek fakta itu diyakini sebagai imunisasi bagi siswa dan mahasiswa agar mereka tahu membedakan fakta dan hoaks yang bertebaran melalui gawai dan piranti digital lain.
SEKOLAH saat ini tidak hanya dituntut mencetak siswa unggul akademik, tetapi juga membentuk manusia yang utuh: memiliki kedalaman spiritual, ketangguhan mental, dan kepedulian sosial.
Namun, di era digital saat ini, ruang digital atau internet juga menjadi lingkungan penting yang tak bisa diabaikan dalam pembentukan karakter anak.
SETIAP bulan Mei, kita diingatkan pada dua tonggak sejarah bangsa yang seharusnya memperkuat arah pembangunan pendidikan nasional.
DALAM sebuah seminar tentang pembelajaran mendalam (PM), seorang guru bertanya, “Bagaimana saya tahu kalau saya sudah mengajar sesuai prinsip PM dengan benar?”
BEKERJA dan mendidik sebagai guru hampir selalu beriring dengan kepercayaan bahwa masa depan kehidupan berada di tangan generasi yang lebih muda; para murid dan pembelajar
DALAM buku Tractatus Logico Philosophicus, Ludwig Wittgenstein menulis, “Tentang apa yang tidak dapat kita bicarakan, kita harus berdiam diri.”
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved