Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Kekuatan Sinergi Guru dan Orang Tua Hadapi Pandemi

Sukma Harahap, Dosen UIN Suska Riau, Fasilitator Pembelajaran Tanoto Foundation       
06/3/2021 22:50
 Kekuatan Sinergi Guru dan Orang Tua Hadapi Pandemi
Sukma Harahap(Dok pribadi)

TUJUAN ideal proses pendidikan adalah tercapainya tujuan pembangunan manusia sesuai dengan yang tertuang dalam UU Sisdiknas 2002; manusia berilmu pengetahuan teknologi, beriman dan bertakwa. Mewujudkan asa tersebut membutuhkan gerakan sistemastik yang didukung oleh semua stakeholder terkait seperti guru, orangtua dan masyarakat. 

Ketiga elemen ini digambarkan sebagai segitiga emas yang saling menopang satu sama lain. Guru mendidik dengan pola yang dilaksanakan di sekolah, orang tua membantu memberi penguatan proses yang dibawa dari sekolah, walaupun– seringnya— sebatas menyediakan fasilitas, masyarakat sekadar membangun milieu (lingkungan) yang mendukung ketercapaian yang sudah dibangun lewat pendidikan tersistem di sekolah. Namun kenyataannya selalu ada gap antara ke 3 elemen, sehingga berujung pada sulitnya mengontrol pola belajar, sikap dan perilaku anak, termasuk keterampilan berbasis pengetahuan yang diperoleh disekolah.  

Kurangnya sinergitas terutama antara guru dan orang tua telah menyebabkan orang tua tidak bisa lebur dengan proses pendidikan anaknya di sekolah. Ketika menemui permasalahan terkait anak, sekolah dalam kaitan ini guru sering dipersalahkan akibat siswa yang lemah, kurang ‘adab’ dan perilaku buruk lain yang diperlihatkan siswa pada masyarakat. Kasus tawuran siswa sekolah (detik.com, 9/2/21), perundungan (detik.com, 21/2/20), pergaulan bebas (merdeka.com/Jateng, 24/9/20), antara lain terlalu sering dikaitkan dengan sektor pendidikan di sekolah. Padahal masih ada orang tua dan masyarakat yang semestinya bersinergi secara simultan dalam membangun diri anak bangsa menjadi generasi tangguh sesuai dengan harapan.

Lantas ada apa dengan covid-19? Tidak ada yang menginginkan terjadi bencana, namun ketika datang tidak ada pula yang dapat menolak. Pandemi covid-19 menyentak semua lini kehidupan untuk bergeser membentuk situasi baru termasuk pendidikan. Bencana ini mau tidak mau menjadi kekuatan (hidden hand) yang telah memaksa orangtua dan guru berjalan beriringan saling menguatkan memenuhi hak pendidikan anak (erni,et.al:marwah,2020). 

Dengan berbagai cara dan gaya, orang tua terpaksa duduk mendampingi, menjelaskan, membantu pemahaman sampai anaknya mendapat sesuatu yang baru dari proses belajar di rumah. Dalam ketidaktersambungan komunikasi orang tua dan guru selama ini, kemudian komunikasi menjadi intens; orang tua bertanya, dan guru proaktif membuka komunikasi dengan orang tua. Bahkan ada guru yang bersedia membuka kelas untuk orang tua agar mampu membimbing anaknya dirumah (Siti Baheram; guru SD Bangsal Aceh Dumai ; Virtual showcase TF Riau, 2020).  

Ada orang tua justru bersyukur secara tidak langsung dengan fenomena ini karena dipaksa untuk dekat dengan anak khususnya ketika jam belajar (cahyati, kusumah: golden age; 2020). Dengan demikian orang tua lebih dapat memasuki emosional dan potensi anak yang semula temaram dan tak jarang sulit membangun kedekatan, karena anak ‘seolah’ punya dunia sendiri bersama komunitasnya, kemudian mencoba membantu mengoptimalkanya. 

Situasi demikian sangat jarang diperoleh pada masa pembelajaran normal di sekolah. Pandemi menjadi menarik karena sudah menjembatani orangtua dan guru untuk kepentingan pendidikan. Terlepas dari segala macam kelemahan yang tentu mengiringi situasi pembelajaran kolaboratif, siswa, orangtua dan guru, penting dibangun pola yang secara langsung akan bertanggung jawab atas ketercapaian tujuan pembelajaran yang tidak hanya pada aspek kognitif tetapi juga afektif dan psikomotor. 

Harus diakui, dengan pandemi menyebabkan semua segmen pendidikan untuk melek teknologi, melek konten yang tersedia dalam fasilitas media daring, melek pengaruh yang mungkin akan ditimbulkan dari kedekatan dan kepiawaian anak untuk mengakses informasi yang tersaji. Selama ini banyak sekolah yang tidak mengizinkan siswanya mengakses informasi daring, mengingat banyaknya konten negatif yang berpeluang mendatangkan pengaruh buruk pada siswa. 

Tetapi dengan kehadiran covid-19 tidak ada siswa yang tak mengakses informasi daring, setidaknya mengikuti pembelajaran daring dan tugas-tugas sekolah. Dalam posisi ini, konsep melek teknologi yang tidak dapat ditolak mesti senantiasa diwaspadai. Kendati ke depan proses belajar kembali normal, seyogyanya keterlibatan orang tua langsung dalam proses pembelajaran siswa tetap dijadikan model. 

Desain model kerja sama terarah antara orang tua dan guru dibutuhkan untuk memacu pembangunan manusia lewat pendidikan. Tentu dengan melibatkan masyarakat terutama pemerintah untuk mengontrol konten informasi yang tersaji secara daring agar tidak merusak bangunan yang sudah dimulai oleh sekolah dan orang tua secara bersama-sama. Wallahu a’lam.


Sukma Harahap, Peserta Peningkatan Skill Menulis bagi Tenaga Pengajar Se-Indonesia



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik