Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
ENTAH sudah berapa ratus kali penyebab dan upaya pencegahan banjir dibahas dalam seminar, baik yang berskala lokal maupun nasional. Dari yang melibatkan akademisi kampus hingga pakar mancanegara. Faktanya, hingga kini banjir masih terjadi. Terbaru, hujan yang turun nyaris tanpa henti di kawasan Puncak, Bogor, Depok, Jakarta dan wilayah sekitarnya sejak sore menjelang malam pergantian tahun, membawa 'kado' Tahun Baru, berupa air bah bagi warga Jabodetabek pada Rabu (1/1) lalu.
Banjir, sesungguhnya bukanlah bencana alam seperti halnya gempa bumi atau tsunami. Dia adalah sisa air hujan yang berlimpah namun gagal menyesap ke tanah atau mengalir ke laut, sehingga menggenangi daratan. Sesuai sifatnya, air bergerak dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Itu sudah hukum alam. Makanya, saya sepakat dengan Gubernur DKI Anies Baswedan bahwa persoalan banjir ialah persoalan manajemen air. Namun, tidak elok juga jika menuding persoalan utamanya ada di hulu, entah itu Bogor atau pun Depok. Sebab, berkurangnya daerah resapan di kedua wilayah itu, juga terjadi di Jakarta dan berkorelasi dengan persoalan demografi, termasuk penduduk ibu kota.
Ketika Belanda membangun Batavia, wilayah di Puncak, Bogor, dan Depok, memang tidak sepadat seperti sekarang. Saat itu pun terdapat sejumlah situ di wilayah tersebut. Namun demikian, mereka tetap menyiapkan dan membangun kanal-kanal sebagai wadah untuk air lewat di Batavia menuju kawasan Bina Ria atau yang disebut Ancol sekarang. Sebagai pemangku kepentingan kota yang wilayahnya dilalui sejumlah sungai, Anies seharusnya juga memikirkan bagaimana air bisa bermuara di teluk Jakarta dengan lancar tanpa perlu berlama-lama bertamu tanpa kulonuwun di rumah warga.
Apalagi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun sudah sejak jauh-jauh hari mengingatkan bahwa Jabodetabek bakal dilanda cuaca ekstrem. Kita pun tahu Jakarta kota rawan banjir. Jadi masalahnya soal mitigasi. Normalisasi, naturalisasi sungai, entah apapun namanya, tetap diperlukan dalam mengatur laju air, tak perlu lagi diperdebatkan. Begitu pun pembangunan Deep Tunnel, Giant Sea Wall, dan sebagainya.
Hal sederhana tapi penting yang juga perlu adalah pengerukan sungai dan selokan, mesti rutin dilakukan. Ini tentunya bukan semata kegiatan fisik, tapi menyangkut mengubah mindset serta perilaku warga. Jangan pernah lelah mengedukasi mereka, terutama generasi muda. Mending diingatkan lagi dalam berbagai forum bahwa tidak membuang sampah sembarangan juga merupakan sebagian dari iman. Jangan mereka cuma ditakut-takuti cerita soal surga dan neraka, tanpa diingatkan 'neraka' sesungguhnya yang dapat terjadi di depan mata.
Tanpa menyepelekan derita warga yang rumahnya terendam, sebagai warga yang pernah bermukim dan merasakan banjir di Jakarta, saya memandang persoalan ini sebagai hal biasa yang pasti ada jalan keluarnya jika dipikirkan bersama. Oleh karenanya, pemerintah DKI dan daerah-daerah penyangga di sekitarnya mesti duduk bersama. Begitu pun kerja sama dengan instansi terkait.
Jangan seperti sekarang, di tengah air yang menggenang, yang menyeruak ke permukaan justru polemik antarpejabat di media massa maupun sesama warga di media sosial. Mereka sibuk saling tuding menyalahkan. Mereka bukan lagi bicara mitigasi, tapi sudah politisasi.
Untungnya, di tengah musibah ini, kita masih melihat orang-orang berjiwa sosial yang tergerak mengulurkan tangan. Berbagai aksi solidaritas ini tidak hanya dunia maya, tapi juga di kehidupan nyata. Jika kohesi sosial ini pun sampai ikutan tergerus, sepertinya bangsa ini memang sudah betul-betul dalam kondisi bahaya. (X-12)
Kebijakan hanya akan berhasil jika diterjemahkan secara nyata di tingkat kota dan komunitas.
perempuan di Jakarta masih terjebak dalam ketidakpastian. Mulai dari pencarian kerja, dunia akademik, hingga kehidupan sehari-hari.
Menjadi bagian dari perjalanan panjang bangsa, BUMD ini menanamkan pondasi bagi masa depan kota dan warganya.
DINAS Perhubungan DKI Jakarta menyiapkan rekayasa lalu lintas (lalin) saat penyelenggaraan Kirab Bendera Pusaka dalam rangka Upacara Pengibaran dan Penurunan Bendera Pusaka pada HUT ke-80 RI
Fitroh menyebut KPK menangkap pejabat badan usaha milik negara (BUMN), dalam OTT ini. Nama lengkapnya masih dirahasiakan, saat ini.
HUJAN deras yang mengguyur wilayah Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap, pada Senin (18/8) sore hingga malam hari, mengakibatkan banjir yang merendam puluhan rumah warga.
Banjir besar di Potiskum, Nigeria, merusak ratusan rumah dan memaksa ratusan warga mengungsi.
Mou diteken antara Pemkab Bogor- Pemkab Jawa Barat (Jabar)- Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), dan Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), di Pendopo Bupati Cianjur, Selasa (12/8).
Dari Pemkab Bogor, penandatanganan dilakukan langsung oleh Bupati Bogor Rudy Susmanto dan dari Provinsi Jabar oleh Gubernur Jabar Dedi Mulyadi atau KDM (Kang Dedi Mulyadi).
MENTERI Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno mengingatkan semua pihak untuk mewaspadai potensi banjir di wilayah Jabodetabek.
Untuk kota-kota besar di Indonesia, akan mengalami potensi berawan, berawan tebal, cerah berawan, hujan ringan, hujan sedang, hingga hujan disertai petir
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved