Melayang di Langit Tahura Sultan Adam dengan Paralayang

Denny Susanto
07/10/2022 12:45
Melayang di Langit Tahura Sultan Adam dengan Paralayang
Seorang pengunjung tengah menikmati olahraga paralayang sambil berwisata di atas Taman Hutan Raya Sultan Adam, Kalimantan Selatan(MI/DENNY SUSANTO)

Angin berhembus cukup kencang, saat pagi menjelang siang di kawasan puncak Taman Hutan Raya (Tahura) Mandiangin Sultan Adam, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Sebuah parasut terbang (paralayang) berwarna oranye terlihat meliuk-liuk di langit Tahura.

Cuaca yang cerah menyuguhkan spot terbaik bagi sayap kain parasut mengembang di udara. Sesuai namanya Mandiangin, tiupan angin yang kencang memberikan keleluasaan bagi pengemudi paralayang untuk terbang tinggi dengan mengandalkan angin.

Paralayang yang merupakan kombinasi antara olahraga terbang bebas dan wisata ini, menjadi daya tarik baru objek wisata andalan di kawasan Tahura Sultan Adam. Beberapa waktu lalu, Gubernur Kalimantan Selatan, Sahbirin Noor meresmikan wisata paralayang dan gantole ini.

Spot terbang (take off) paralayang ini berada di kawasan Bukit Batu Besar atau puncak Tahura dengan ketinggian 425 meter di atas permukaan laut. Berada di sekitar objek wisata Pesanggrahan atau dikenal dengan sebutan Benteng Belanda.

Wisata paralayang dan gantole dikelola oleh Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel bersama UPT Tahura Sultan Adam dan Komunitas Paralayang Merapi Wasaka. "Ini merupakan inovasi Provinsi Kalimantan Selatan dalam mengembangkan pariwisata serta diharapkan dapat membantu sektor ekonomi daerah," kata Sahbirin.

Peresmian Wisata Udara Paralayang & Gantole Tahura Sultan Adam ini juga diawali dengan kegiatan penanaman bibit pohon Mahoni secara simbolis oleh Gubernur bersama pejabat di lingkup Provinsi Kalsel serta Forkopimda.

Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Fatimatuzzahra menjelaskan wisatawan dapat menikmati terbang bersama instruktur (tandem), dengan terbang hingga 20 menit di udara. "Terbang sambil menikmati keindahan Tahura Sultan Adam Mandiangin dari udara," ujarnya.

Adapun tarif sekali terbang, masih dalam masa tahap promosi yaitu Rp500 ribu. Tarif normal paralayang seperti di Pulau Jawa mencapai Rp1 juta. Selain pengalaman terbang dengan paralayang, wisatawan juga akan mendapatkan dokumentasi foto dan video.

Induk organisasi olahraga paralayang adalah PLGI (Persatuan Layang Gantung Indonesia) di bawah naungan FASI (Federasi Aero Sport Indonesia). Sebelumnya paralayang pernah diujicobakan di sejumlah perbukitan di Kalsel. Salah satunya Bukit Mamake yang berada di tepi pantai Kabupaten Kotabaru. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya