Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
SAAT berusia 10 tahun, Lloyd Harris duduk di Centre Court Wimbledon untuk menyaksikan sang idola, Roger Federer, bermain.
Dua belas tahun kemudian, ia menjadi lawan Federer di lapangan dan memberikan juara delapan kali Wimbledon tersebut kejutan besar sebelum akhirnya ia kalah di pertandingan putaran pertama 3-6, 6-1, 6-2, dan 6 -2 pada Selasa (2/7).
"Saya berusia 10 tahun dan itu pertama kalinya saya melihat pertandingan tenis pro," kenang Harris.
"Orangtua saya membawa kami ke Centre Court dan saya melihat Federer bermain melawan Marat Safin. Saya pikir sangat luar biasa melihat orang-orang ini bergerak dan melihat cara mereka bermain. Sekarang saya berdiri di sini, bermain dengannya, beberapa tahun kemudian," lanjutnya.
Safin, selalu menjadi favorit banyak orang. Namun bagi Harris, melihat petenis asal Swiss itu menang pada pertandingan babak keempat 2005 merupakan awal mula keputusannya untuk menjadi pemain tenis.
Baca juga: Meski Kalah di Set Pertama, Federer Melaju ke Putaran Kedua
"Federer selalu menjadi idola saya. Dia luar biasa dengan kemahirannya bermain dan menjadi panutan terbaik bagi para pemain," ungkap pemain yang kini berada di posisi 86 dunia dan melakukan debutnya di Wimbledon.
Meski kalah dan terganggu oleh cedera betis kiri, Harris akan selalu mengingat debutnya di Centre Court selama bertahun-tahun yang akan datang.
"Aku merinding ketika berjalan," katanya. "Kerumunan bersorak keras dan saya harus mengambil beberapa detik untuk menyerapnya."
Harris mengatakan reaksi terhadap pertandingannya menghadapi juara delapan kali Wimbledon sangat luar biasa baik sebelum dan sesudah pertandingan.
"Itu luar biasa. Saya tidak pernah mendapatkan begitu banyak pesan. Saya mendapat ribuan pesan dari orang yang saya kenal dan dari orang yang tidak saya kenal," pungkasnya. (AFP/OL-2)
PENYELENGGARA Wimbledon meminta maaf dan menjelaskan bahwa kesalahan manusia menjadi alasan di balik sistem pelacakan bola elektronik yang dimatikan selama pertandingan pada Minggu (6/7).
Carlos Alcaraz dengan cepat bangkit dari ketertinggalan satu set, mengalahkan Andrey Rublev 6-7 (5), 6-3, 6-4, dan 6-4 di putaran keempat Wimhledon.
Aryna Sabalenka mengalahkan Elise Mertens dengan skor 6- 4 dan 7-6 (4) di putaran keempat Wimbledon, memperpanjang catatan head to head menjadi 11-2 atas lawannya itu.
Pada akhir set pertama, Galloway mengalami cedera jari saat menangkap bola. Pertandingan set pertama masih sempat dilanjutkan dan Aldila/Galloway kalah 6-7 (7).
Novak Djokovic tampil percaya diri jelang duel lawan Miomir Kecmanovic di Wimbledon. Iga Swiatek dan Jannik Sinner juga mantap melangkah ke babak ketiga.
Emma Raducanu bangga bisa memberikan perlawanan sengit terhadap Aryna Sabalenka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved