Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Program Pelatnas Jangan Dihentikan

Beo/R-3
01/9/2018 07:30
Program Pelatnas Jangan Dihentikan
(ANTARA FOTO/INASGOC/Wahyudin)

TIM basket putra Indonesia gagal mendapatkan kemenangan ketika melawan tim putra Jepang, kemarin, dalam perebutan peringkat ketujuh di Asian Games 2018.

Bertanding di Istora, Senayan, Jakarta, kemarin, Indonesia kalah 66-84 dan harus puas dengan finis di urutan kedelapan. Dengan demikian, tim basket putra Indonesia nantinya akan menjadi unggulan ke delapan di Asian Games 2022.

"Pelajaran yang didapat dari Asian Games kali ini ialah kita tahu bagian mana yang harus ditingkatkan untuk bisa bertanding dengan negara lain. Ini pertama kalinya Indonesia berjumpa dengan negara-negara di luar Asia Tenggara," kata kapten tim putra Indonesia, Arki Dikania Wisnu, seusai pertandingan.

Menurut Arki, jika Indonesia ingin bersaing, sebaiknya pemerintah setelah Asian Games 2018 tetap melanjutkan program pelatnas. Apalagi, tahun depan juga akan ada SEA Games yang bakal digelar di Manila, Filipina.

"Asal program latihan benar, jangan gitu-gitu aja, nanti hasilnya gitu-gitu aja. Maksudnya, setelah SEA Games 2019, masuk 2020 dan tidak ada turnamen internasional yang bisa diikuti," ucap Arki.

"Lalu apa? Tidak ada latihan atau apa pun untuk membuat tim meningkat kualitasnya. Ya, pemerintah bagaimana, lah, caranya, terserah," tegas Arki yang mencetak enam poin ketika melawan tim Jepang.

Sementara itu, Fictor Gideon Roring menyatakan harus ada lebih banyak kompetisi agar Indonesia bisa berbicara banyak di dunia basket internasional. Fictor menilai pertandingan yang digelar di liga basket nasional masih terlalu sedikit.

"Memang penyelenggaraannya sekitar tujuh bulan, tapi per pekan jumlah pertandingan sangat sedikit sekali. Lebih baik dipadatkan saja," ujar dia.

Selain itu, Indonesia juga belum memiliki pebasket yang secara postur tubuh bisa mengatasi permainan negara lawan yang umumnya menggunakan pemain naturalisasi. Walau ada pertimbangan untuk mengajukan pemain asing, tapi tetap saja kemampuannya juga harus dilihat.

"Sembari kita cari pemain lokal. Mudah-mudahan ada yang tinggi, besar, dan jago. Soalnya kalau dengan pemain yang sekarang, seperti Arki dan lainnya," ujar Fictor yang juga merupakan manajer Pelita Jaya.

"Selain itu, saya juga mau ketemu Yao Ming (mantan pebasket Tiongkok). Kami ingin belajar dari Tiongkok. Mereka lakukan apa saja, sih," pungkas Fictor.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik