Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
WALI Kota Sukabumi Ayep Zaki mengungkapkan duka cita yang mendalam atas meninggalnya seorang anak berusia tiga tahun bernama Raya. Balita asal Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, itu mengalami peristiwa medis yang menyayat hati publik Indonesia.
Raya meninggal dunia dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Tubuhnya dipenuhi cacing gelang. Cacing-cacing tersebut keluar dari hidung, mulut, kemaluan, hingga anus Raya.
"Innalillahi wainnailaihi rojiun. Berpulangnya anak kita, Raya, adalah duka kita semua. Sekaligus memberikan peringatan bagi kita semua bahwa ada masalah pada pelayanan kesehatan yang terjadi di sekitar kita. Saya Ayep Zaki sebagai Wali Kota Sukabumi turut berduka dan prihatin atas peristiwa ini," ungkap Ayep Zaki dalam keterangannya, Kamis (21/8/2025).
Duka Ayep Zaki selaku Wali Kota Sukabumi atas meninggalnya Raya karena Raya mengembuskan napas terakhirnya di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi. Dalam konteks ini, Ayep Zaki mengaku terlibat dalam proses penanganan medis terhadap almarhumah Raya.
"Saya mendapatkan laporan dari pihak RSUD Bunut (sebutan lain dari RSUD R Syamsudin SH) bahwa mereka menerima pasien dari Cianaga, Kabupaten Sukabumi, seorang anak bernama Raya dengan kondisi memprihatinkan. Setelah mendapatkan laporan secara utuh, saya instruksikan kepada Plt Dirut RSUD Bunut agar segera berikan pelayanan terbaik sesuai SOP (standar operasional prosedur) rumah sakit," terang Ayep Zaki.
Ada beberapa hal menarik yang diungkapkan Ayep Zaki di balik kasus meninggalnya Raya. Pertama, dia mengapresiasi hadirnya komunitas sukarelawan bernama Rumah Teduh yang dimotori Iin Achsien dari Kota Bandung yang terlibat dalam evakuasi Raya. Kedua, Ayep Zaki mengungkapkan diagnosa penyebab meninggalnya Raya.
"Dari laporan Plt Dirut RSUD Bunut, bahwa hasil CT Scan, gambarannya cacing sudah masuk ke Hemisfer otak. Namun pada saat dibahas dengan Kemenkes RI dan ahli parasitologi untuk jenis cacing tanah, tidak mungkin sampai ke hemisfer otak. Sehingga penyebab kematian Raya yaitu radang otak (meningitis) TB serta ada sepsis. Demikian laporan yang saya terima (dari pihak RSUD)," jelas Ayep Zaki.
Hal ini pun dibenarkan dan dipaparkan secara detail oleh Plt Direktur Utama RSUD R Syamsudin SH, Yanyan Rusyandi. Pihak RSUD melakukan diskusi dengan sejumlah pihak terkait mulai dari dengan pihak Kementerian Kesehatan RI yang terkait dengan parasitologi, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, perwakilan Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, para pakar dan ahli parasitologi, dan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Disimpulkan bahwa pasien tersebut didiagnosa secara medis mengalami penurunan kesadaran yang disebabkan karena ada meningitis TB, yakni peradangan pada selaput otak yang disebabkan oleh adanya infeksi yang diawali oleh TBC.
"Nah, ada pun memang kondisi kecacingannya, memang itu kami temukan dari hasil pemeriksaan CT Scan, baik CT Scan di abdomen, CT scan perut, dan juga di CT scan kepala. Nah dari hasil diskusi, salah satu yang menjadi faktor utama penyebab kematian itu adalah karena ada immunocompromised," kata Yanyan.
Lebih jauh Yanyan menjelaskan, immunocompromised adalah kondisi sistem kekebalan tubuh melemah atau terganggu sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit. Kondisi inilah yang cenderung memperberat kondisi pasien sehingga cacingnya lebih leluasa untuk berkembang biak secara masif di dalam tubuh almarhumah Raya.
"Sehingga kami menemukan pada saat perawatan itu, cacing keluar dari hidung dan juga cacing keluar dari anus dengan jumlah yang cukup banyak," jelas Yanyan.
Kemudian, hal menarik lain yang diungkap wali kota dan diaminkan oleh Yanyan yakni mengenai tagihan penanganan medis Raya. Seperti diketahui, Raya tidak terdaftar sebagai peserta dalam BPJS Kesehatan dan dalam proses 3×24 jam sesuai ketentuan rumah sakit tidak berhasil membuat Surat Eligibilitas Peserta atau SEP. Maka berdasarkan SOP rumah sakit, pasien terpaksa menggunakan cara bayar sistem tunai atau pasien umum.
"Maka untuk proses pelayanan kami tetap melaksanakan pelayanan berdasarkan panduan praktik klinis kami. Jadi kami tidak membeda-bedakan. Karena ini belum ada jaminan, maka pelayanannya ditunda, tidak. Jadi dari mulai pasien dari UGD harus masuk ke PICU kami tetap masukkan ke PICU," ujar Yanyan.
"Nah berikutnya yang terkait tadi dengan pemeriksaan penunjang, harus dilakukan CT scan dan lain-lain kami tetap lakukan. Tidak melihat cara bayar," lanjutnya.
Selama masa perawatan Raya, lanjut Yanyan, total data billing pasien yaitu Rp23.259.106. Dari total tersebut, pada 22 Juli rumah sakit menerima surat dari Rumah Teduh yang meminta untuk memberikan keringanan.
Setelah diskusi secara internal, direksi RSUD R Syamsudin SH mengarahkan pada bagian keuangan beberapa hal yang berkaitan peringanan pembayaran. Pertama sumbangsih dari Unit Pengelola Zakat RSUD R Syamsudin SH sebesar Rp2.000.000. Kedua, diskon sebesar Rp6.259.106 yang merupakan program CSR dari rumah sakit untuk pengurangan biaya layanan yang terdiri dari pengurangan biaya perawatan, pembebasan biaya ruangan, pengurangan biaya obat yang hanya membayar harga pokok.
"Sehingga sisa yang harus dibayar itu adalah Rp15 juta. Nah Rumah Teduh sudah membayar Rp15 juta dengan mentransfer ke rekening kas BLUD itu sebesar Rp15 juta. Transfernya itu pada tanggal 23 Juli. Ya jadi memang pada saat pasien meninggal, kami rumah sakit tidak menerapkan kebijakan menahan dulu pasien sampai pembayarannya lunas. Jadi pasien almarhumah dibawa langsung pulang dan pembayaran baru diselesaikan pada hari besoknya," ungkap Yanyan.
Belajar dari kasus Raya, Wali Kota Sukabumi Ayep Zaki mewanti-wanti kepada jajarannya agar jangan abai dalam hal urusan pelayanan terhadap masyarakat. Untuk itu, Wali Kota menginstruksikan kepada para Ketua RW dan Ketua RT agar aktif mengecek kondisi warganya. "Harus segera gercep (gerak cepat) kalau ada laporan. Segera laporkan ke wali kota agar kita cepat tangani," kata Ayep Zaki.
Bukan hanya itu, Ayep Zaki meminta kepada TP-PKK Kota Sukabumi agar langsung menangani jika mendapatkan kejadian-kejadian serupa. "Intinya, yang ingin saya tegaskan adalah jangan bicara uang. Pokoknya tangani dulu masyarakat kita yang membutuhkan pertolongan," pungkas Ayep Zaki. (RO/*/I-2)
Turunnya angka stunting mengindikasikan implementasi aksi konvergensi berjalan sesuai rencana.
KOTA Sukabumi, Jawa Barat, kembali diterjang bencana hidrometeorologi, Sabtu (9/8) malam.
Langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi yang bisa memicu terjadinya banjir.
Perwakilan FPK Kota Sukabumi, Amir Mahmud, mengatakan kegiatan bertujuan menanamkan rasa cinta Tanah Air serta nilai wawasan kebangsaan.
Selama Januari-Juni terdapat 131 kejadian bencana. Mayoritas merupakan bencana hidrometeorologi karena dampak curah hujan.
Sanitasi buruk, akses air bersih terbatas, serta perilaku hidup bersih yang belum membudaya membuat infeksi kecacingan sulit diberantas.
ANGGOTA Komisi IX DPR RI, Irma Suryani, prihatin terhadap kasus balita asal Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal dunia dalam kondisi tubuhnya dipenuhi cacing.
Seorang anak di Sukabumi meninggal akibat cacingan. Ahli menjelaskan cacingan dapat menyerang semua umur tapi paling sering dialami anak TK dan SD. Kenali gejala dan dampak cacingan
Meski dikatakan ada kepedulian, namun tak cukup, sangat telat, karena R sudah meninggal.
Kasus cacingan terjadi di Sukabumi, Jawa Barat, Kemenkes melakukan penyelidikan dan pecegahan agar kasus serupa tidak terjadi pada anak lain
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved