Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Kasus Cacingan di Sukabumi, Kemenkes Lakukan Penyelidikan Epidemiologi

Atalya Puspa    
20/8/2025 17:34
Kasus Cacingan di Sukabumi,  Kemenkes Lakukan Penyelidikan Epidemiologi
Ilustrasi.(freepik)

KASUS kecacingan atau cacingan  menjadi sorotan setelah seorang anak di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dilaporkan terinfeksi cacing gelang (Ascaris lumbricoides) hingga meninggal dunia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan melakukan penyelidikan dan mencegah agar kasus tidak terjadi lagi pada anak lain.

"Penyelidikan epidemiologi juga dilakukan untuk menggali riwayat dan faktor risiko pada  penderita, dan upaya pencegahan agar tidak terjadi infeksi lagi," kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes Aji Muhawarman saat dihubungi, Rabu (20/8). 

Menindaklanjuti kasus tersebut, Puskesmas Kabandungan bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi telah melakukan sejumlah langkah. Di antaranya Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi anak dengan gizi kurang, pembagian obat pencegahan massal (POPM) berupa Albendazol. 

Aji menegaskan bahwa obat cacing Albendazole tersedia gratis di puskesmas dan dibagikan secara rutin dua kali setahun untuk anak usia 1–12 tahun. Distribusi biasanya dilakukan melalui posyandu atau kegiatan UKS di sekolah, bersamaan dengan pembagian vitamin.

Aji menjelaskan, ada tiga jenis cacing yang kerap menginfeksi anak-anak, khususnya usia prasekolah, yakni Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Ancylostoma duodenale (cacing tambang), serta Trichuris trichiura (cacing cambuk). Ketiganya dikenal sebagai Soil Transmitted Helminths (STH) karena siklus hidupnya memerlukan tanah untuk berkembang biak.

“Infeksi cacing gelang, cambuk, dan tambang erat kaitannya dengan kebiasaan buang air besar sembarangan, tidak mencuci tangan sebelum makan, dan bermain di tanah tanpa alas kaki,” jelas dia. 

Pada kasus di Sukabumi, anak yang terinfeksi mengalami kecacingan akibat cacing gelang. Jenis cacing ini berukuran relatif besar, dapat mencapai 10–35 sentimeter, sehingga mudah terlihat dengan mata telanjang. 

Bila telur cacing masuk ke tubuh, larva akan menetas di usus halus, lalu masuk ke pembuluh darah hingga terbawa ke jantung dan paru-paru. Kondisi ini bisa memicu pneumonia dengan gejala batuk berkepanjangan, pilek yang tak kunjung sembuh, sesak napas, bahkan keluarnya cacing dari hidung.

Kemenkes menegaskan bahwa kecacingan berbahaya karena mengganggu penyerapan nutrisi, metabolisme, hingga menyebabkan kekurangan kalori, protein, dan darah. Dampaknya dapat menghambat pertumbuhan fisik, kecerdasan, serta menurunkan daya tahan tubuh anak.

Untuk mencegah kasus serupa, masyarakat diimbau menjaga kebersihan diri dan lingkungan.  (H-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya