FIFest 2025 Dorong Kontribusi Filantropi Dalam Capaian SDGs dan Agenda Iklim

Despian Nurhidayat
04/8/2025 22:34
FIFest 2025 Dorong Kontribusi Filantropi Dalam Capaian SDGs dan Agenda Iklim
(MI/Despian)

Dalam dua dekade terakhir filantropi di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan, serta tumbuh menjadi pendukung strategis dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan agenda iklim. 

Data Bappenas pada 2024 menunjukkan bahwa gerakan filantropi berbasis keagamaan serta bentuk-bentuk filantropi lainnya tumbuh pesat dengan kontribusi nyata dalam pengentasan kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan. 

Untuk itu, Perhimpunan Filantropi Indonesia menggelar Filantropi Indonesia Festival 2025 (FIFest 2025) untuk merayakan dan mempromosikan berbagai capaian dan kemajuan filantropi di Indonesia, serta memperkuat kolaborasi para pemangku kepentingan dalam pengembangan sektor filantropi. 

Ketua Badan Pengurus Filantropi Indonesia, Rizal Algamar, menjelaskan bahwa FIFest 2025 dirancang sebagai wadah pertukaran ide, fasilitasi kolaborasi, serta mendorong aksi strategis untuk memperkuat budaya dan ekosistem filantropi agar bisa berkontribusi dalam pencapaian SDGs dan agenda iklim.

“Dari studi kami dalam Indonesia Philanthropy Outlook 2024, 89% program filantropi telah selaras dengan tujuan dan target SDGs, dan jumlahnya meningkat dari 84% pada 2023. Selain itu, Indonesia konsisten menduduki peringkat pertama dalam World Giving selama lima tahun terakhir, yang mencerminkan budaya kedermawanan yang mengakar,” ungkapnya dalam Opening Ceremony FIFest 2025 di Kantor Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, Senin (4/8). 

Dengan ratusan lembaga filantropi aktif di berbagai bidang, ekosistem ini memiliki potensi strategis untuk mempercepat transformasi sosial dan lingkungan. Namun, pertumbuhan ini belum sepenuhnya terintegrasi dengan kebijakan pembangunan nasional dan menuntut kolaborasi lebih sistematis.

Untuk itu, pihaknya melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Kementerian PPN/Bappenas agar filantropi dapat mendukung prioritas pengembangan SDGs Indonesia dan indikator yang menjadi prioritas. 

Selain itu, pihaknya juga akan menyusun Peta Jalan Filantropi Indonesia 2045 bersama Kementerian PPN/Bappenas. 

“Peta Jalan itu ownershipnya ada di pemerintah. Tapi kita akan membawa komunitas filantropi kita untuk bisa memberikan masukan, terutama untuk mengatasi tantangan-tantangan kebijakan apa yang masih kurang, sehingga filantropi itu berkembang di Indonesia dan mendorong program-program prioritas dari pemerintah, serta capaian semua SDGs InsyaAllah bisa tercapai dengan lebih cepat,” kata Rizal. 

Di tempat yang sama, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, menegaskan bahwa potensi dana yang dihimpun dari filantropi di Indonesia dapat mencapai Rp600 triliun baik itu sumber filantropis berbasis keagamaan maupun dari perusahaan atau CSR. 

“Ini kalau bisa dilanjutkan maka akan menjadi ladang amal kita ke depan dan kami di Bappenas harus berdampingan bersama filantropis Indonesia karena arah SDGs dan Sekretariat Nasional SDGs itu juga ada di kami,” ujar Rachmat. 

“Jadi memang kita harus bersama membangun Indonesia dengan cara yang baru dan oleh dunia diakui bersama yaitu SDGs. Dalam program SDGs kita bicara dalam konteks lebih luas dan saya mengucapkan terima kasih sebesarnya dan semoga program ini mendunia. Karena persoalan SDGs merupakan persoalan dunia,” lanjutnya. 

Ketua Dewan Penasihat Filantropi Indonesia, Franciscus Welirang, menambahkan bahwa FIFest 2025 menjadi ajang yang membangun visi bersama tentang masa depan filantropi yang lebih kuat dan kolaboratif. 

“Tidak ada yang bisa berjalan sendiri. Semua harus berjalan bersama. Di sini lah budaya dan ekosistem filantropi memegang kunci dalam kolaborasi bersama pemerintah,” urai Welirang. 

Sementara itu, Deputi Bidang Pangan, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup, Kementerian PPN/Bappenas, Leonardo A. A. Teguh Sambodo, menegaskan bahwa kolaborasi bersama para filantropis Indonesia diharapkan dapat membantu mencapai hal-hal yang mungkin masih tertinggal dalam SDGs. 

“Dalam pencapaian SDGs kita sebetulnya sudah 61% dibandingkan dunia yang baru 17% dan kami optimis untuk pencapaian lebih tinggi dari ini. Tapi memang ada beberapa yang tertinggal dan disitulah sebenarnya kami berharap dengan bantuan filantropi gapnya itu dikurangi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah ini bisa digabungkan,” kata dia. 

Beberapa capaian SDGs yang dikatakan masih kurang di antaranya berkaitan dengan kesehatan, gender, lapangan kerja yang layak, pemberdayaan perempuan, dan lain sebagainya yang membutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak. (H-1)

Images



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya