Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Cek Pencemaran, KKP Ambil Sampel dari Waduk Cirata dan Saguling

Depi Gunawan
07/7/2025 20:31
Cek Pencemaran, KKP Ambil Sampel dari Waduk Cirata dan Saguling
Pembudi daya ikan keramba jaring apung (KJA) di Waduk Saguling.(MI/Depi G)

KEMENTERIAN Kelautan dan Perikanan (KKP) mengambil sampel untuk mengetahui tingkat pencemaran air dan kontaminasi logam berat merkuri pada budidaya ikan di perairan waduk Cirata dan Saguling. Petugas membawa sampel air permukaan, bagian dasar waduk, serta ikan hasil budi daya di perairan waduk dari lima titik meliputi 4 titik di waduk Saguling dan 1 titik di Cirata.

Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Bandung Barat, Lukmanul Hakim, menyampaikan, pengambilan sampel itu dilaksanakan pada Jumat (27/7) lalu didampingi pihak Pemprov Jabar.

"Petugas mengambil sampel air permukaan, air bagian dalam dan dasar, serta ikan. Pengambilan sampel ini untuk mengecek kadar pencemaran air dan kontaminasi terhadap ikan, nantinya ini jadi dasar untuk mengambil kebijakan," kata Lukmanul, Senin (7/7).

Seluruh sampel dibawa ke laboratorium untuk diperiksa tingkat pencemarannya. Hal ini dilakukan menyusul pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono terkait ikan hasil budi daya di Waduk Cirata mengandung merkuri tinggi dan tidak layak konsumsi.

"Hasil pengecekan sampel bakal jadi dasar bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan. Karena kalau lihat data, Cirata dan Saguling ini jadi pemasok 50% ikan di Jawa Barat. Jadi perlu kebijakan menyeluruh dan terukur," ujarnya.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bandung Barat, Ade Zakir, menyatakan, temuan kontaminasi merkuri di perairan Waduk Cirata tidak bisa diselesaikan secara parsial dan harus ditangani secara menyeluruh oleh berbagai pihak. Menurutnya, pencemaran di kawasan itu terjadi secara kompleks. Meskipun locus-nya ada di wilayah Bandung Barat, sumber limbah merkuri bisa saja berasal dari hulu Sungai Citarum sehingga penyelesaiannya tidak bisa hanya di satu titik, tapi harus komprehensif dan melibatkan semua pihak.

"Kontaminasi merkuri ini berdampak langsung terhadap pembudi daya ikan keramba jaring apung (KJA) yang selama ini menggantungkan hidup dari sektor perikanan di kawasan tersebut," ungkapnya.

Pihaknya telah menghitung dampak tingkat pencemaran dalam program Citarum Harum, termasuk rencana penutupan KJA. Namun rencana tersebut harus dengan solusi karena banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sana.

"Kita sudah diskusi mengenai penanganan jangka panjang, termasuk kemungkinan alih profesi para pembudidaya ikan. Bagaimana keberlangsungan mata pencaharian masyarakat harus menjadi perhatian utama dalam proses pemulihan lingkungan ini."(M-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik