Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
AHLI epidemiologi Pusat Kedokteran Tropis (PKT) UGM, dr. Riris Andono Ahmad, MPH, Ph.D., mengatakan munculnya pro kontra terhadap vaksin tuberklosis (Tb) Bill Gates merupakan hal yang wajar. “Ini menunjukkan bahwa masyarakat juga concern (menunjukkan perhatian),” ucap epidemiolog yang akrab disapa dr. Donnie tersebut.
Namun, ia mengingatkan pentingnya mencari informasi dari sumber-sumber yang dapat dipercaya agar masyarakat dapat bersikap berdasarkan informasi yang memadai. Sehingga masyarakat dapat mengetahui yang benar dan tidak sekadar muncul anggapan bahwa masyarakat akan dijadikan kelinci percobaan.
Dalam konten TropmedAsk yang diunggah di kanal media sosial PKT UGM Jumat (16/5) siang, dr. Donnie menilai bahwa diksi tersebut terdengar menakutkan. “Kelinci percobaan di laboratorium itu kan tidak berdaya untuk menolak ketika diperlakukan apapun,” ucapnya.
Sementara dalam konteks uji klinis, seseorang tidak bisa dipaksa untuk ikut, karena sifatnya voluntary (sukarela). Bahkan ada syarat tertentu yang harus dipenuhi, sehingga meskipun seseorang sudah sukarela namun tidak memenuhi syarat, maka ia tetap tidak dapat berpartisipasi dalam uji klinis.
Dalam konten TropmedAsk #5 bertajuk: 'Indonesia Jadi 'Kelinci Percobaan' Vaksin Bill Gates? Ini Kata Ahli!' PKT UGM telah mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan netizen yang bertebar di media sosial. Salah satu aspek yang paling banyak ditanyakan adalah perihal keamanan uji klinis.
Terkait aspek ini, dr. Donnie mengatakan uji klinis vaksin Tb telah melalui beberapa fase. Uji klinis yang akan dilakukan ini merupakan fase ketiga yang fokus pada efek yang dituju. “Bahwa vaksin ini benar-benar dapat mencegah terjadinya Tb,” jelas dr. Donnie.
Ia meyakinkan bahwa uji terkait aspek keamanan sudah dilakukan di dua fase sebelumnya yang jika tidak terpenuhi maka tidak akan lanjut hingga ke fase ini. Seluruh fase penelitian juga dilaksanakan dengan pengawasan dari badan-badan independen, baik di tingkat nasional maupun internasional, yang berperan mendeteksi adanya risiko yang mungkin terjadi.
KASUS Tb TERTINGGI
Lebih lanjut dr. Donnie menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara dengan beban kasus Tb tertinggi kedua di dunia. Setiap tahun ada 1 juta kasus Tb di Indonesia dengan angka kematian mencapai sekitar 130.000.
“Jadi sebetulnya kita juga ada kepentingan (terhadap uji klinis ini),” ungkap dr. Donnie. Hal tersebut untuk memastikan bahwa vaksin Tb yang akan diujikan aman dan efektif untuk populasi di Indonesia. Dengan tingginya beban kasus Tb di Indonesia, tinggi pula kebutuhan terhadap vaksin ini untuk mencegah terjadinya penularan dan mengurangi kematian akibatnya.
Hal lain yang mengemuka di masyarakat adalah terkait urgensi terhadap vaksin Tb ini karena sebetulnya sudah ada vaksin BCG yang diberikan kepada anak-anak. Terkait hal tersebut, dr. Donnie menyampaikan bahwa sejatinya vaksin BCG tidak memberikan proteksi yang penuh terhadap penularan. “Meskipun sudah divaksin BCG, vaksin tersebut tidak mencegah penularan,” jelas dr. Donnie.
KURANGI DERAJAT KEPARAHAN
Manfaat vaksin BCG, sejatinya, untuk mengurangi derajat keparahan Tb pada anak-anak namun tidak dapat melindunginya hingga dewasa dari penularan Tb. Jadi, kita perlu vaksin yang lebih baik lagi untuk melindungi dari penularan. Namun untuk mendapatkannya, perlu dilakukan uji klinis terlebih dahulu.
Pada penghujung TropmedAsk, dr. Donnie menyinggung keterlibatan Bill Gates dalam uji klinis vaksin Tb ini. “Saya melihatnya masih dalam koridor filantropi atau kemanusiaan,” papar dr. Donnie.
Hal itu karena peran Bill Gates menyumbangkan dana untuk pengendalian berbagai penyakit. Merupakan hal yang wajar jika ada sementara pihak yang menuduhnya mengambil keuntungan dari aktivitasnya tersebut.
Namun secara umum dr. Donnie berharap bahwa pro dan kontra yang saat ini nampak lebih fokus pada ketakutan dan ancaman segera berakhir. Masyarakat perlu melihat bahwa ada manfaat dari uji klinis ini. Jika manfaat itu lebih besar dengan risiko yang dapat dikelola, maka alangkah baiknya untuk mendukung karena pada akhirnya yang akan merasakan manfaatnya adalah masyarakat Indonesia. (H-1)
Jemput bola dilakukan ke 20 titik lokasi yang tersebar di enam kecamatan yang ada di Kota Bogor.
Jika tidak ada konsistensi maka penderita Tb bisa berhenti mengonsumsi obat di tengah jalan yang menyebabkan menjadi resisten terhadap obat.
Ia menjelaskan, pengobatan Tb umumnya membutuhkan waktu antara 6 hingga 9 bulan.
Akibat penyakit tersebut 15 orang meninggal dunia sebelum mendapatkan pengobatan.
Penemuan kasus Tb secara aktif bertujuan untuk menemukan terduga Tb di populasi berisiko dan mendeteksi Tb lebih dini guna mengurangi keterlambatan diagnosis.
Indonesia menduduki negara dengan jumlah pasien TB terbesar kedua di dunia.
Skrining rutin pada kelompok berisiko tinggi, seperti petugas kesehatan dan orang yang tinggal di rumah dengan penderita Tb harus rutin dilakukan
Indonesia melakukan tiga uji vaksin Tuberkulosis (Tb). Selama 200 tahun terakhir, TBC telah merenggut lebih dari 1 miliar nyawa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved