Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Elpiji Sulit Dicari, Warga Kembali Memasak dengan Kayu Bakar

Akhmad Safuan
05/2/2025 10:57
Elpiji Sulit Dicari, Warga Kembali Memasak dengan Kayu Bakar
Warga Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan terpaksa kembali memasak dengan kayu bakar karena elpiji 3 kilogram sulit dicari.(MI/Akhmad Safuan)

SUDAH hampir dua pekan gas elpiji 3 kilogram sulit dicari di Kabupaten Grobogan, Blora dan Jepara, Jawa Tengah. Akibatnya, warga ketiga daerah tersebut terpaksa kembali menggunakan kayu bakar.

Meskipun Presiden Prabowo Subianto telah mengembalikan tata niaga gas elpiji ukuran 3 kilogram dengan menghidupkan kembali pengecer agar dapat menjual elpiji tabung melon tersebut, kebijakan itu tidak serta merata dapat langsung terealisasi. Di tingkat pengecer, yakni warung dan toko stok gas melon masih kosong.

Kesulitan memperoleh gas elpiji ukuran 3 kilogram itu sangat dirasakan warga di Grobogan, Blora, dan Jepara yang sudah hampir dua pekan harus mencari ke berbagai wilayah hingga di luar kecamatan tempat mereka tinggal. Bahkan jikapun masih ada yang menjual harganya melambung hingga Rp40.000 per tabung atau naik 100% dibanding sebelumnya Rp20.000-Rp22.000 per tabung.

"Keluarga tetap harus makan, karena elpiji sulit dicari maka untuk memasak makanan guna memenuhi kebutuhan keluarga kembali ke jaman dulu menggunakan kayu bakar," ujar Sriasih, 35, warga Kedungtuban, Kabupaten Blora.

Meskipun tidak biasa menggunakan kayu bakar, lanjut Sriasih, namun dipaksakan juga, bahkan suaminya membuat tungku untuk memasak di luar rumah karena dapur yang ada sempit dan asap yang ditimbulkan cukup banyak, sedangkan kayu yang digunakan dari bekas bongkaran ataupun mencari ranting-ranting di hutan jati.

"Setiap memasak saya menangis karena sulit menghidupkan api," tambahnya.

Hal serupa juga diungkapkan Sunarti, 40, warga Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, meskipun sudah berusaha mencari gas elpiji tabung melon hingga ke beberapa kecamatan tetangga, namun tidak juga dapat sehingga usaha warungan yang digeluti sebagai matapencaharian sering tutup karena tidak dapat memasak.

Bahkan, jikapun masih ada di beberapa warung, menurut Sunarti, tidak mampu membeli karena harganya melonjak Rp40.000 per tabung. Anehnya, beberapa pangkalan juga tidak melayani pembelian eceran sehingga untuk dapat bertahan hidup terpaksa menggunakan kayu bakar.

"Setiap hari suami harus keliling mencari kayu bekas bongkaran di proyek-proyek, karena di sini juga tidak ada pohon yang dapat ditebang," imbuhnya.

Demikian juga Suranto, 30, warga Mlonggo, Kabupaten Jepara, yang mengaku kesulitan memperoleh gas elpiji ukuran 3 kilogram sejak sepekan lalu. Meskipun pemerintah daerah mengatakan stok elpiji cukup besar, hingga Selasa (4/2) ini masih sulut dicari.

"Istri memasak menggunakan kulit padi sebagai sekam, karena sudah seminggu tidak dapat elpiji dan daripada tidak dapat memasak," ujarnya.

Sementara itu Effendi, pemilik pangkalan gas elpiji di Jalan Mr Iskandar, Jetis Kauman, Kecamatan Blora, mengatakan adanya larangan warung atau toko menjadi pengecer gas melon membuat masyarakat panik, sehingga begitu mendapatkan kiriman langsung ludes habis diserbu pembeli yang sudah antre sejak pagi.

"Terakhir kali saya mendapat kiriman elpiji 3 kilogram Senin (3/2) sebanyak 140 tabung. Hanya kurang dari satu jam sudah ludes habis diserbu pembeli," ujar Effendi.

Berdasarkan informasi dari agen, demikian Effendi, pengecer akan dirubah menjadi sub pangkalan, tetapi itu juga tidak mudah karena harus terdaftar dan harus ada Nomor Induk Berusaha (NIB). Ke depan tampaknya ia akan menemui kendala untuk menjadi sub pangkalan. Dus, ia pun memperkirakan, warga akan tetap sulit mendapatkan stok. (AS/J-3) 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya