Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
POLDA Jawa Tengah melimpahkan kembali berkas kasus pemerasan dan perundungan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) ke Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah.
Berkas kasus dengan korban mendiang dokter Aulia Risma Lestari, mahasiswi PPDS Anestesi Undip Semarang itu memiliki tebal 40 sentimeter.
"Kita sudah serahkan kembali berkas kasus PPDS Anestesi Undip Semarang dan telah dilengkapi, setelah sebelumnya dikembalikan oleh jaksa ke Polda Jawa Tengah," kata Direktur Reserse dan Kriminal Umum Polda Jawa Tengah Kombes Dwi Subagio Selasa (4/2).
Sebelumnya berkas itu pernah dikembalikan oleh kejaksaan ke Polda Jawa Tengah untuk dilengkapi. Kemudian setelah dipenuhi kelengkapannya sesuai dengan hasil koreksi dan penelitian kejaksaan, berkas diserahkan kembali ke Kejati Jawa Tengah.
Kepala Bidang Humas Polda Jateng Kombes Artanto mengatakan berkas kasus pemerasan dan perundungan PPDS Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang tersebut cukup tebal yaitu mencapai 40 sentimeter, sehingga harus diteliti satu per satu dan butuh kecermatan dari Jaksa Penuntut Umun (JPU) untuk menelaah berkas tersebut.
"Setelah diserahkan berkas yang sudah dilengkapi oleh penyidik Direktorat Reserse dan Kriminal Umum Polda Jawa Tengah, selanjutnya menunggu keputusan sebelum dilimpahkan untuk disidangkan," ujar Artanto.
Sementara itu kasus kasus terhadap PPDS Fakultas Kedokteran Undip Semarang mencuat setalah korban dr Aulia Risma Lestari, mahasiswi PPDS Anestesi Undip Semarang, ditemukan meninggal dunia di kamar kos dan menimbulkan adanya dugaan pemerasan dan perundungan dalam kasus kematian tersebut.
Petugas Polrestabes Semarang yang pertama kali melakukan penyelidikan, kemudian melimpahkan kasus tersebut ke Polda Jawa Tengah hingga kemudian ditemukan titik terang usai pemeriksaan terhadap puluhan saksi secara maraton baik itu dari pihak keluarga, teman, senior maupun dosen Undip Semarang.
Bahkan, penyidik di Direktorat Reserse dan Kriminal Umum Polda Jawa Tengah akhirnya menetapkan tiga orang tersangka dalam kasus ini yakni Ketua Program Studi Anestesiologi Fakultas Kedokteran Undip berinisial TEN, staf administrasi di prodi Anestesiologi berinisial SM, dan senior korban di program anestesi, ZYA.
Meskipun penetapan tersangka tidak diikuti dengan penahanan, namun Polda Jawa Tengah mengeluarkan pencekalan kepada ketiga tersangka agar tidak dapat meninggalkan Indonesia. Selanjutnya kasus itu terus bergulir hingga berkas bolak-balik dari Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah dan Polda Jawa Tengah karena belum dinyatakan lengkap (P21).
Dalam kasus dugaan pemerasan ini, kepolisian mengendus ada perputaran uang senilai Rp2 miliar per semester. Bahkan penyidik juga berhasil menemukan barang bukti uang tunai sebesar Rp97, 7 juta yang diduga merupakan hasil pemerasan terhadap mahasiswa PPDS Anestesi Fakultas Kedokteran Undip Semarang itu.
"Ketiga tersangka dijerat tiga pasal berlapis meliputi kasus pemerasan pasal 368 ayat 1 KUHP, penipuan pasal 378 KUHP, pengancaman atau teror pasal 335 dengan ancaman hukumannya maksimal 9 tahun penjara," ujar Dwi Subagio. (AS/J-3)
Kasus perundungan dan pemerasan PPDS Anestesi Undip Semarang tersebut masih dalam penanganan jaksa penuntut umum.
KASUS dugaan perundungan dan pemerasan mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang memasuki babak baru.
Namun, salah satu tersangka, Ketua Program Studi (Kaprodi) Anestesiologi Undip, TEN, mangkir dari pemeriksaan dengan alasan sakit.
JURU bicara kuasa hukum Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Khairul Anwar menegaskan agar segala tudingan mengenai adanya pungutan liar di luar biaya akademik dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Fakultas Kedokteran Undip agar dibuktikan di pengadilan.
Sugeng pun enggan menanggapi seputar pungutan kepada mahasiswa PPDS Anestesi FK Undip yang disebut-sebut nilai perputaran uangnya mencapai Rp2 miliar per semester.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved