Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Menguak Fenomena Prostitusi di Obyek Wisata Religi Gunung Kemukus Sragen

Akhmad Safuan
05/2/2025 06:06
Menguak Fenomena Prostitusi di Obyek Wisata Religi Gunung Kemukus Sragen
Kawasan wisata religi Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah.(MI/Akhmad Safuan)

CUACA hujan gerimis ketika menjelang petang di ruas Jalan Penghubung Solo-Purwodadi (Grobogan). Jalan raya cukup ramai lalu-lalang kendaraan ketika baru keluar dari Terminal Bus Tirtonadi, Solo, namun ketika mulai melintas menuju arah Grobogan, suasana sedikit lebih sepi dan hanya satu dua kendaraan melintas dari dua arah.

Jalan kembali terasa padat setelah berjalan sekitar 15 kilometer perjalanan memasuki simpang empat Gemolong dan kembali sepi setelah berjalan sekitar 1 kilometer dan di daerah Barong. Hujan mulai berhenti, terlihat puluhan orang lelaki dan perempuan turun dari bus umum di pertigaan desa itu hingga suasana cukup riuh. Sebagian memilih jalan kaki menuju ke arah Gunung Kemukus yang terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumber Lawang, Kabupaten Sragen, dan sebagian lainnya menggunakan transportasi ojek yang mangkal tidak jauh dari warung makan di persimpangan. Bahkan, semakin mendekati malam puluhan sepeda motor dan mobil pribadi terlihat mengalir menuju ke arah yang sama.

"Kemukus, Mas. Sangat ramai karena bertepatan malam Jumat Pon," ujar Suparno, 40, seorang tukang ojek menawari seorang lelaki yang baru turun dari bus.

Benar saja setelah berjalan sekitar 10 menit menyusuri jalan aspal mulus selebar 8 meter, suasana keramaian sudah terasa. Begitu sampai di sebuah jembatan menyeberangi alur Sungai Kedung Ombo, kelap-kelip lampu hias terlihat dari kejauhan dan lampu jalan cukup terang di sudut dermaga kecil yang berada di ujung jalan. Ratusan orang tidak terlalu banyak cakap terus berjalan menyeberangi jembatan setelah menitipkan motor di bangunan rumah yang menjadi penitipan kendaraan, tetapi sebagian lainnya memilih membawa motor atau mobil menyeberangi jembatan langsung menuju ke Gunung Kemukus yang terlihat cukup terang benderang serta menitipkan kendaraan di kaki gunung yang tidak terlalu besar.

Memasuki kawasan Gunung Kemukus setiap pengunjung membayar retrebusi. Murah, hanya Rp5.000 per orang hingga dapat melenggang masuk lebih dalam ke jalan menanjak. Sejumlah perempuan tampaknya merupakan penduduk setempat terus menawarkan bunga tabur yang telah dibungkus dengan daun pisang berukuran kecil. "Harga bunga tujuh rupa Rp10.000 per bungkus," ujar Martinah, 30, penjaja bunga.

Udara cukup dingin, namun tetap berkeringat karena berjalan menanjak melalui ke undakan yang tertata rapi dengan lampu hias di sepanjang jalan, hingga tidak sampai 10 menit berjalan kaki keramaian terasa seperti sebuah pasar malam dengan banyak pedagang menawarkan barang dari mulai makanan hingga kebutuhan ritual serta perhiasan dan cinderamata.

Ziarah Gunung Kemukus

"Pengunjung datang ke Gunung Kemukus ini ada dua tujuan, pertama adalah untuk berziarah dan ritual ke makam Pangeran Samudro (Samudra) diyakini putra dari raja terakhir Majapahit Prabu Brawijaya V dan kedua bersenang-senang," ujar Hasta, seorang juru kunci tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Seorang perempuan Titik, 35, peziarah yang mengaku sudah berkali-kali berkunjung ke Gunung Kemukus ini mengatakan pengunjung melakukan ritual dan berziarah ke makam Pangeran Samudra pada umumnya mempunyai keinginan agar berlimpah rejeki dan usahanya seperti berdagang dapat laris atau pekerjaan yang ditekuni membuahkan hasil besar. Namun untuk memenuhi keinginan itu, lanjut Titik, pengunjung harus menjalani ritual khusus, yakni selain berziarah dan berdoa di makam Pangeran Samudra, juga menjalankan ritual mandi di dua sendang yang ada di kaki bukit serta berhubungan badan dengan lawan jenis yang bukan suami atau istrinya.

"Jadi jangan kaget kalau banyak wanita di situ menjual diri," ujarnya sambil menunjuk di bangunan ujung makam.

Untuk tempat untuk berhubungan badan, ungkap Suharti, 60, salah seorang pemilik warung makan di sisi barat pendopo makam, cukup menyewa kamar yang disediakan di warung atau rumah dengan yang sewa Ro20.000-Ro40.000 sekali main dan disediakan air untuk mencuci.

"Dulu sebelum banyak warung pengunjung pada main di bawah pohon sekitar makam, di tempat terbuka dan hanya menyewa tikar Rp2.000," imbuhnya.

Akibat persyaratan ritual ini, menurut Suharti, banyak wanita nakal memanfaatkan dengan menjual diri di sekitar makam, meskipun tidak terang-terangan. Sebab, mereka juga umumnya sudah berusia paruh baya dan juga berdandan layaknya seorang peziarah. Namun, transaksi itu sangat terang benderang dengan tarif sekitar Rp100 ribu.

Fenomena ritual seks ini sempat menjadi sorotan media asing pada November 2014 lalu. Meskipun saat itu banyak dibantah, media seperti Dailymail, yang salah satunya saat itu memuat berita terkait Gunung Kemukus sebagai 'Sex Mountain' (Gunung Seks), demikian juga melalui acara Dateline produksi stasiun televisi SBS Australia yang menggambarkan ritual seks di gunung tersebut.

Ritual Asli Gunung Kemukus

Namun, persyaratan ritual dengan berhubungan seks tersebut dibantah Hasta, juru kunci makam Pangeran Samudra. Bahwa ritual sebenarnya hanya mandi di sendang dan berziarah serta berdoa di makam.

Munculnya ritual berhubungan badan dengan lawan jenis yang bukan suami atau istri tersebut tidak mempunyai landasan dan hanya cerita yang dirangkai kemudian diyakini peziarah itu.

"Menurut cerita beredar yang belum diketahui kebenarannya, Pangeran Samudra berada di Gunung Kemukus bersama salah seorang ibu tirinya bernama Dewi Ontrowulan dan berkumpul kebo di sini, kemudian peziarah yang ingin sukses hidupnya mengikuti jejaknya, itu yang muncul hingga banyak yang salah kaprah," kata Hasta.

Pembenahan Gunung Kemukus Jadi Wisata Religi

Munculnya fenomena buruk di Gunung Kemukus mendorong Pemerintah Kabupaten Sragen dan Provinsi Jawa Tengah untuk mengubah stigma negatif. Selain meningkatkan edukasi keagamaan tentang ritual yang benar di gunung itu, juga mulai dilakukan pembenahan sarana dan prasarana hingga menjadi destinasi wisata religi yang menarik pelancong.

Tidak tanggung-tanggung, Kementerian PUPR melalui Pemkab Sragen melakukan pembenahan sarana dan prasarana wisata di Gunung Kemukus dengan menggelontorkan anggaran Rp48 miliar dan pada April 2022 lalu secara resmi kawasan tersebut resmi dibuka dengan nama New Kemukus yang diharapkan mampu merubah stigma buruk yang selama ini telah tertanam.

Bahkan, bukan hanya dilakukan pembenahan fisik Gunung Kemukus hingga menjadi destinasi wisata religi yang menarik dan indah dengan pemandangan pemandangan gunung dan Waduk Kedung Ombo, melainkan juga diterapkan standar operasional prosedur (SOP) wisata religi yaitu mendoakan Pangeran Samudro. Untuk di sendang mendoakan Dewi Ontrowulan.

Upaya lain dilakukan Pemkab Sragen adalah menghidupkan membumikan tradisi budaya jamasan (pencucian) kelambu makam Pangeran Samudra setiap 1 Sura yang sebetulnya sudah berlangsung selama bertahun-tahun lamanya. Bahkan prosesi pencucian kelambu itu ditunggu-tunggu warga dari berbagai daerah yang ingin ngalap berkah dari air bekas cucian atau air sisa bilasan kain kelambu. Dalam dua tahun terakhir ribuan wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia berdatangan untuk mengikuti tradisi jamasan kelambu makam Pangeran Samudra. Suasana semakin menarik karena tidak hanya dilakukan ritual saja, tetapi juga disuguhkan kesenian tradisional dan diikuti oleh tokoh warga seperti juru kunci makam tetapi juga para pejabat di lingkungan Pemkab Sragen.

"Event Larap Kelambu Makam Pangeran Samudra tersebut masuk dalam kalender event Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Sragen," kata Wakil Bupati Sragen Suroto. (AS/J-3) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya