Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Gunung Karangetang sudah Picu 53 Gempa Vulkanik di Sepanjang 2025

Andhika Prasetyo
13/1/2025 09:08
Gunung Karangetang sudah Picu 53 Gempa Vulkanik di Sepanjang 2025
Ilustrasi(Antara)

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat ada 53 kali gempa vulkanik Gunung Karangetang di Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, pada periode 1-10 Januari 2025.

"Pada periode tersebut juga terekam sebanyak 54 kali gempa embusan, satu kali gempa Tornillo, 28 kali gempa hybrid/fase banyak, 24 kali gempa vulkanik dangkal, lima kali gempa tektonik lokal, dan 143 kali gempa tektonik jauh serta tiga kali gempa tremor menerus," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid AN, Senin (13/1).

Kendati cukup banyak, Muhammad Wafid mengatakan, berdasarkan data pengamatan visual, aktivitas vulkanik Gunung Karangetang menunjukkan penurunan. Secara visual, di sekitar gunung juga tidak teramati adanya perubahan morfologi berupa guguran atau kondisi lainnya.

Kemudian, kejadian embusan tampak masih fluktuatif. Hal ini diakibatkan dari pelepasan gas yang masih ada, serta terukur curah hujan sebanyak 271,53 milimeter. Pengamatan visual terhadap tinggi kolom asap dominan tinggi sekitar 100 meter di atas puncak, kondisi kawah utara belum menunjukkan adanya perubahan yang signifikan, api diam di atas kubah masih tampak setinggi 25-400 meter.

Dalam laporan yang dibagikan dalam grup percakapan "Info Gunung Api Sitaro' disebutkan rekaman gempa menunjukkan adanya penurunan. Kegempaan didominasi gempa permukaan, yaitu gempa embusan yang tiap hari terekam umumnya lima kejadian per hari, gempa vulkanik didominasi gempa vulkanik dalam terekam sebanyak lima kejadian per hari, sedangkan gempa guguran yang merupakan indikasi terjadinya erupsi efusif tidak terjadi.

Selanjutnya, potensi ancaman bahaya, yaitu akumulasi material hasil erupsi efusif yang berada di lembah-lembah jalur luncuran/guguran lava pijar berpotensi menjadi guguran lava ke bagian hilir, sehingga perlu kewaspadaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya, masyarakat yang akan melintasi lembah/sungai tersebut, serta perlu mewaspadai lahar di waktu hujan.

Kementerian ESDM menyebutkan berdasarkan hasil evaluasi aktivitas vulkanik Gunung Karangetang diturunkan dari level III (siaga) menjadi level II (waspada) terhitung sejak 11 Januari pukul 18:00 WITA. (Ant/Z-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya