Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
DUA hari jelang masa tenang, elektabilitas pasangan calon (paslon) nomor urut 2, AlHaris-Abdullah Sani dengan 57,2%, masih unggul jauh dibandingkan pasangan nomor urut 1, Romi Hariyanto-Sudirman, yang hanya 26,7%. Masih ada 16,1% pemilih yang menjawab rahasia dan tidak tahu/tidak jawab (swing voter).
Demikian hasil survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA tentang preferensi pemilih warga Jambi terhadap dua pasang calon yang berkontestasi di Pilgub Jambi, 27 November mendatang. Hasil survei disampaikan peneliti senior LSI Network Muhammad Khotib kepada pers di Jambi, Jumat (22/11).
Survei dilakukan pada 10-14 November 2024. Menggunakan metodologi standar multistage random sampling melalui wawancara tatap muka kepada 1.200 responden secara acak dengan margin of error plus minus 2,9%.
Menurut Khotib, jika merujuk pada posisi elektabilitas dua paslon di atas, potensi kemenangan lebih besar dan terbuka untuk paslon Al Haris-Sani. Apalagi, pasangan yang diusung partai paling banyak itu, sudah memiliki pemilih militan (strong supporters) yang cukup tinggi, 37,3%.
Sementara itu, kata Khotib, paslon Romi-Sudirman hanya memiliki pemilih militannya sekitar 17,8%. Angka strong supporter yang masih di bawah 20% ini tidak cukup menggembirakan buat seorang kandidat karena masih jauh di angka aman untuk menang. Yaitu, biasanya, harus 35% ke atas seperti yang sudah dimiliki Al Haris-Sani.
Meski begitu, Khotib mengingatkan, peluang masih terbuka buat siapa saja, karena ada pemilih soft supporter yang masih cukup tinggi, yaitu 44,9%. Soft supporter adalah pemilih cair, gabungan antara orang yang sudah memilih tapi bisa berubah dan mereka belum punya pilihan.
“Dari pengalaman kami melakukan ratusan kali survei, angka soft supporter seperti ini harus diwaspadai, termasuk paslon yang sudah unggul untuk tidak terlena. Kenapa? Karena pemilih yang berkategori seperti itulah yang selalu menjadi lahan tak bertuan yang masih bisa diperebutkan siapa saja,” katanya.
Namun, jika merujuk waktu yang tinggal dua hari jelang masa tenang, tak mudah buat kompetitor yang tertinggal jauh elektabilitasnya untuk bisa mengejar kompetitor di atasnya, yaitu Al Haris-Sani.
Apalagi, lanjut Khotib, Al Haris-Sani sudah punya modal dan bekal tingkat pengenalan dan kesukaan yang tinggi dibandingkan Romi-Sudirman. Padahal, dua isu tersebut, yakni pengenalan dan kesukaan itu selalu menjadi rumus hukum besi untuk terpilih yang wajib dimiliki siapapun kandidat yang ingin maju dan menang di Pilkada.
Khotib mencontohkan popularitas Al Haris secara personal sudah tembus di angka 89,8% dengan tingkat kesukaan 82,8%. Ini angka amat strategis untuk menang, karena berbanding lurus antara pengenalan dan kesukaan. Yang bahaya, kalau tingkat pengenalan tinggi, tapi kesukaan rendah.
Posisi sebaliknya, terjadi pada Romi Hariyanto yang secara personal, tingkat pengenalannya belum tembus di 70% ke atas. Tepatnya, baru 68,0% dan dengan tingkat kesukaan 74,6%. Dalam waktu sangat singkat, pasti tidak mudah mengejar baik pengenalan maupun kesukaan.
Khotib juga menyampaikan beberapa data penting yang menguatkan peluang Al Haris-Sani untuk menang. Yaitu, dukungan aneka segmen demografis yang merata, mulai dari segmen gender, usia, tingkat penghasilan dan pendidikan, pofesi, pemilih ormas, pemilih partai, dan bahkan dapil.
“Dari data kami, Haris-Sani itu hanya kalah di kabupaten Tanjung Jabung Timur, yakni Romi cukup unggul. Selebihnya, Haris-Sani cukup kokoh, kecuali di segmen tertentu yang masih kompetitif. Maka, jika tak ada tsunami politik dan money politic yang masif dari lawan, paslon nomor 2 yang berpotensi menang,” ungkapnya.
Terkait potensi menang itu, Khotib mencontohkan tren elektabilitas dari Al Haris-Sani yang terus naik. Dari survei sebelumnya, Oktober 2024, 44,5% meroket ke 57,2% pada November 2024. Sebaliknya, terjadi pada Romi-Sudirman yang sebelumnya 30,6% turun ke 26,7%. Begitu juga dengan strong supportersnya, Al Haris-Sani naik dan Romi–Sudirman turun.
Pada bagian lain, Khotib mengungkapkan temuan data survei tentang perilaku pemilih terhadap money politic. Hasilnya, mayoritas pemilih (56,8%) menganggap money politic itu wajar. Ini biasanya potret kecenderungan pemilih senang jika ada kandidat yang memberi uang atau sembako.
Dalam analisa Khotib, bisa jadi, gambaran umum pemilih yang seperti itu berkorelasi dengan temuan data lainnnya, yakni ada sekitar 31,7% pemilih yang baru akan menentukan pilihannya pada hari H pencoblosan atau saat datang ke TPS. Meski, sudah ada sekitar 37,9% pemilih yang sudah menentukan pilihannya dari jauh-jauh hari. (N-2)
Ibas-Puspa unggul telak sebesar 45,1% di atas margin of Error dengan petahana Budiman-Akbar yang hanya sebesar 38,3%, dan Pasangan penantang lainnya Isrullah-Usman sebesar 9,1%.
Elektabilitas pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen mengungguli Andika Perkasa-Hendrar Prihadi.
Pasangan calon nomor urut 2, Akhmad Gunadi Nadalsyah-Sastra Jaya dengan elektabilitas 58,0% masih mengungguli pasangan nomor urut 1, Gogo Purman Jaya-Hendro Nakalelo dengan 32,8%.
Elektabilitas calon bupati (cabup) Bandung nomor urut 1, Sahrul Gunawan masih unggul dibandingkan rivalnya cabup Bandung nomor urut 2, Dadang Supriatna.
Jokowi merupakan tokoh yang berpengaruh di Indonesia. Ia berharap, pendukung Jokowi pun ikit turut serta mendukung Rido.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved