Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Elpiji 3 Kg Langka, Horor Antrean Warga di Pangkalan Gas

Amiruddin Abdullah Reubee
23/10/2024 16:42
Elpiji 3 Kg Langka, Horor Antrean Warga di Pangkalan Gas
Warga menyerbu pangkalan gas untuk mencari gas elpiji 3 kg yang langka di Pidie, Aceh.(MI/Amiruddin Abdullah Reubee)

KELANGKAAN dan permainan harga gas elpiji 3 kg diduga telah menyebabkan horor antrean warga di pangkalan-pangkalan gas maupun agen gas di Aceh. Setelah tiga pekan terakhir meresahkan warga di Kabupaten Pidie, sekarang kelangkaan gas elpiji 3 kg juga menyebar luas ke berbagai kabupaten/kota lain. Di antaranya adalah Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, dan Kota Lhokseumawe. 

Sedikitnya sudah empat kabupaten/kota yang mengalami kelangkaan bakar gas cair itu. Hal itupun memperpanjang kekecewaan masyarakat yang mengandalkan gas melon itu untuk kebutuhan sehari-hari.

Di Kabupaten Pidie misalnya, kelangkaan dan tingginya harga elpiji terjadi menyeluruh pada 23 kecamatan setempat. Antara lain adalah Kecamatan Kota Sigli Ibu kota Kabupaten Pidie, Kecamatan Pidie, Kecamatan Indrajaya, Delima, Simpang Tiga, Peukan Baro, Kecamatan Kambang Tanjung, dan Kecamatan Pidie. 

Pengamatan Media Indonesia sepekan terakhir, cukup banyak terlihat warga mondar-mandir dengan sepeda motor di jalan raya membawa tabung gas kosong. Mereka hendak mencari penjual gas elpiji bersubsidi 3 kg. Ada yang memboyong tabung itu pada pagi hari sambil pergi menuju ke tempat kerja. 

Cukup sering juga terlihat para kaum ibu berjalan kaki dengan menggendong atau memikul tabung gas elpiji 3 kg kosong untuk menyusuri kios-kios pengecer. Dalam kondisi sulit atau terdesak seperti ini, meski harga tinggi mereka tidak peduli lagi apakah elpiji bersubsidi tersebut terdapat di pangkalan resmi di bawah kendali pertamina atau di tempat pengecer ilegal. 

Sayangnya, pencarian mereka sering berakhir kecewa karena gagal menemukan bahan bakar cair itu di pangkalan resmi. Anehnya, gas elpiji 3 kg itu justru lebih sering didapati di kios atau tempat pengecer liar di luar kontrol Pertamina. 

Kalaupun elpiji itu ditemukan dan dibeli pada kios liar, tentu haganya mencekik leher. Yakni jauh di atas harga eceran tertinggi (HET). Misalnya dari HET yang ditetapkan saat ini adalah Rp18.000/tabung, pihak pengecer liar di luar Pertamina berani menjual Rp25.000 hingga Rp35.000/tabung.

"Di pangkalan biasanya harus antre berjam-jam sampai larut malam menunggu gas masuk. Ada pangkalan menjual dengan harganya mencapai Rp22.000-Rp23.000/kg, padahal untuk Pidie HET-nya Rp18.000/tabung. Itupun begitu gas masuk ke pangkalan, sebentar saja habis. Kalau kita datang lagi dua jam saja setelah itu, tentu tidak ada stoknya" tutur Azmi, tokoh masyarakat Kecamatan Peukan Baro, Pidie, kepada Media Indonesia, Rabu (23/10). 

Menyikapi persoalan elpiji itu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Pidie, Anwar Sastra Putra, meminta Pj Bupati Pidie melalui dinas terkait supaya mencari tahu penyebab kelangkaan gas melon 3 kg. 

"(Pemkab) Jangan hanya menonton saat rakyat kesulitan mendapatkan gas untuk memasak," ucapnya.

Dikatakannya, harus ada perhatian serius untuk mencari tahu penyebab terjadinya kelangkaan itu.

"Pemerintah harus tahu penyebab kelangkaan, apakah ada permainan dari agen dan pangkalan untuk mengambil keuntungan lebih besar. Jika ini benar terjadi, maka masyarakat miskin menjadi korban," ucapnya. 

"Bila perlu panggil distributor dan pengusaha pangkalan gas elpiji," kata Anwar. 

Adapun di Kecamatan Pirak Timu, Kecamatan Paya Bakong, dan Kecamatan Matang Kuli, Kabupaten Aceh Utara, sebagian warga terpaksa membeli elpiji 3 kg di kios pengecer liar. Itu harus mereka lakukan karena stok di pangkalan resmi sering tidak tersedia. 

Parahnya harga yang harus ditebus warga di pengecer liar ilegal itu mencapai kisaran Rp25.000-Rp 35.000/per tabung. Bukan saja di kecamatan pedalaman itu, sedangkan di Kota Lhok Sukon, sebagian pengecer leluasa menjual elpiji 3 kg bertabung warna hijau muda pucuk pisang itu mencapai Rp35.000/kg. 

"Kalau menunggu di pangkalan, kadang sering tidak dapat. Karena dalam sekejap saja sudah habis. Gas pun masuk sering tidak menentu waktu" tutur Abdullah, warga Kampung Alue Bungkoh, Kecamatan Pirak Timu.

Sedangkan di Kecamatan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, untuk mencari tahu penyebab kelangkaan elpiji melon itu, jajaran kepolisian setempat sempat terjun ke lapangan bersama personel koramil setempat. Informasi sementara pasokan elpiji 3 kg ke pangkalan tidak mencukupi sebagaimana kebutuhan masyarakat. 

Tidak diketahui secara pasti apakah kekurangan itu akibat permainan pengusaha besar atau terjadi pengurang jatah kuota dari distributor. Juga belum diketahui penyebab gas elpiji 3 kg lebih sering tersedia di kios liar dengan harga tinggi mencapai Rp30.000/tabung.

Kondisi serupa juga terjadi di Kota Lhokseumawe. Di tengah kelangkaan seperti ini banyak pihak yang ikut bermain dengan harga tinggi. (MR/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya