Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
INOVASI perahu tep-tep berbahan fiberglass mendapatkan penilaian positif dari para nelayan di Aceh. Fiber boat buatan tim Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) itu berhasil diuji coba di perairan Ulee Lheue, Banda Aceh.
“Setelah saya mencoba perahu nelayan berbahan fiber buatan AMANAH atau Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat saya merasakan kapal ini mempunyai beberapa keunggulan,” kata salah seorang nelayan dan pelaku usaha perikanan lokal, Nasri.
Inovasi utama dalam pembuatan perahu itu adalah bahan baku dari material fiberglass. Menurutnya, perahu tradisional khas Aceh atau yang biasa disebut perahu tep-tep oleh para nelayan, umumnya masih terbuat dari kayu.
Baca juga : KM Soneta Tenggelam, Nakhoda Selamat, Enam ABK belum Ditemukan
Perahu berbahan kayu dinilai memiliki banyak kelemahan dibandingkan fiber boat. Nasri menyebut salah satunya perbedaannya adalah biaya pembelian hingga perawatan fiber boat bisa lebih murah dibandingkan perahu kayu.
“Karena kapal ini berbahan fiber, maka biaya perawatannya itu bisa ditekan sampai dengan nol (rupiah). Karena, bahan fiber ini bisa bertahan hingga beberapa tahun tanpa perlu adanya pergantian seperti perahu berbahan kayu,” dikutip Senin (2/9).
Dalam uji coba perdana fiber boat itu disimpulkan bahwa bobotnya yang ringan bisa menghemat bahan bakar. Alasannya, mesin perahu tidak memerlukan tenaga yang kuat untuk mendorong badan perahu beserta muatan di atasnya.
Baca juga : KM Soneta Tenggelam, Area Pencarian Korban Hilang Diperluas
Menurut perhitungan mereka, bahan bakar yang bisa dihemat oleh fiber boat mencapai sekitar 50% dibandingkan perahu berbahan kayu. Oleh karena itu, perahu tep-tep berbahan fiberglass dipercaya bisa meningkatkan keuntungan para nelayan di Aceh.
“Karena berbahan fiber, kapal ini jauh lebih ringan sehingga tidak diperlukan mesin dengan kapasitas yang besar untuk dapat membawa kapal ini dengan cepat. Apabila harga ini bisa ditekan sedemikian rupa, sehingga akan lebih ekonomis bagi nelayan,” ujar Nasri.
Pembuatan perahu itu termasuk dalam program AMANAH untuk sektor teknologi. Pada proyek inovasi tersebut, mereka bekerja sama dengan tim beranggotakan mahasiswa Teknik Mesin Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Ke depannya, AMANAH akan memiliki workshop teknologi yang berlokasi di Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Nasri berharap program unggulan Presiden Joko Widodo itu bisa memberikan wadah untuk menciptakan inovasi-inovasi teknologi.
“Saat harga kayu yang semakin tinggi, biaya pembuatan kapal berbahan kayu juga semakin besar. Makanya, terobosan dari AMANAH ini dengan membuat proyek kapal nelayan berbahan fiber ini, menurut saya dapat membantu nelayan dalam meringankan biaya operasional dalam mencari ikan,” katanya.
Kerja sama ini merupakan komitmen JNE untuk terus bermanfaat bagi masyarakat luas
Kecelakaan laut yang terjadi di Pantai Batu Hiu itu menimpa tiga nelayan. Satu nelayan bisa diselamatkan,
Upacara adat itu merupakan bentuk rasa syukur para nelayan di Desa Ciwaru atas hasil tangkapan ikan. Acaranya rutin digelar setiap tahun.
Terjebaknya ke 75 nelayan itu akibat terjangan gelombang tinggi yang memutus jembatan terbuat dari bambu, pada Rabu (16/10)
Kegiatan mencari ikan dilaut tetap dilakukan meski kondisi cuaca saat ini sangat tidak bersahabat dan mengancam jiwa.
Di tengah laut cuaca bisa cepat berubah atau yang awalnya cerah tiba-tiba turun hujan deras disertai angin kencang dan petir, sehingga membahayakan keselamatan nelayan.
“Kami menyambut dengan gembira, karena jenis perahu ini berbeda dengan yang lainnya,”
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved