Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Tembus Segara Anakan dengan Perahu Kecil, Antarkan Bantuan Pangan untuk Daerah Terpencil

Lilik Darmawan
30/8/2024 10:16
Tembus Segara Anakan dengan Perahu Kecil, Antarkan Bantuan Pangan untuk Daerah Terpencil
Perahu compreng mengangkut bantuan untuk warga di daerah terpencil melewati Segara Anakan.(MI/Lilik Darmawan)

SEJUMLAH pekerja terlihat menurunkan kantong-kantong beras seberat 10 kilogram (kg) dari truk. Mereka memanggul dan menumpuknya di perahu compreng yang diparkir di dermaga kecil Desa Grugu, Kecamatan Kawunganten, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) pada pertengahan Agustus lalu. Tumpukan itu sekitar 200 kantong atau beratnya mencapai 2 ton.

Setelah menumpuk, sopir perahu compreng menyalakan mesinnya. Ia harus berhitung dengan pasang surut air, agar beras bantuan pangan bisa sampai kepada warga secara cepat. Karena jika air surut, maka perahu akan kandas dan tidak bisa jalan.

Deru perahu compreng yang berbahan bakar solar mulai terdengar. Pengemudi perahu secara mengarahkan jalan perahunya dari dermaga di Desa Grugu menuju ke Desa Panikel, Kecamatan Kampung Laut. Karena membawa bantuan beras yang cukup berat, perahu compreng harus pelan-pelan menyeberangi Segara Anakan, perairan yang memisahkan Cilacap dengan Kampung Laut.

Baca juga : BNPB Salurkan Kebutuhan Logistik dan Dana Operasional untuk Penanganan Banjir Bandang Ternate

"Satu-satunya akses untuk ke Kampung Laut dari Cilacap adalah melewati perairan. Demikian juga dengan bantuan beras yang dipasok Gudang Bulog di Cilacap. Maka, pendistribusiannya harus dengan perahu compreng," kata Dartim, 54, pengemudi compreng.

Menurutnya, untuk sampai ke tujuan di Desa Panikel membutuhkan waktu perjalanan sekitar satu jam dari dermaga kecil di Desa Grugu. Perjalanan ke Panikel bukan tanpa kendala. Salah satunya adalah pasang surut. "Kami biasanya mengirimkan pada saat laut pasang. Sebab, jika sedang surut biasanya perahu compreng akan kandas. Jika kandas, maka akan sulit untuk mengantarkan sampai tujuan," ungkapnya.

Selama di perairan juga perlu waspada. Karena perahu compreng ukurannya rata-rata hanya 8 meter x 1,5 meter, maka akan rawan jika berpapasan dengan kapal lainnya pada jarak dekat. Makanya, jika ada perahu lain dari arah yang sama maupun berlawanan, akan saling memberikan kode. "Tujuannya supaya tidak terlalu dekat, apalagi jika tengah membawa beras yang berat bobotnya," ujar Dartim.

Baca juga : Korban Banjir di Halmahera Tengah Dapat Bantuan

Di sepanjang perjalanan Segara Anakan, masih terdapat hutan mangrove yang cukup lebat. Dulunya, di kawasan ini banyak buaya. Namun sekarang sudah sangat jarang terlihat. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, akhirnya sampai juga ke Panikel. Di sana masyarakat sudah menunggu untuk mendapatkan jatah beras seberat 10 kg. Jumlah penerima bantuan pangan (PBP) sebanyak 1.011 keluarga.

"Kami sangat berterima kasih, karena kebanyakan warga di sini tidak memiliki sawah. Kalau pun ada, hanya sedikit. Pada umumnya, warga adalah nelayan kecil yang menangkap ikan, udang dan kepiting di sekitar kawasan hutan bakau di Segara Anakan," ungkap Kasirin, 51, warga desa setempat.

Tak hanya Desa Panikel, desa lain di Kampung Laut adalah Ujung Alang. Sama seperti ke Panikel, distribusi beras bantuan pangan ke Ujung Alang juga harus menggunakan perahu compreng. Di desa setempat, ada sebanyak 617 keluarga PBP. Sama seperti pengakuan warga Desa Panikel, salah seorang penduduk Desa Ujung Alang, Tugiman, 47, mengatakan bahwa bantuan beras yang diterimanya sangat berarti.

Baca juga : Sinar Mas Land Berikan Bantuan Pendidikan kepada 286 Anak

"Kalau tidak ada bantuan, maka ya bingung. Karena saya tidak punya sawah, sehingga jika ingin makan harus membeli beras. Dengan adanya bantuan pangan ini, maka setidaknya mengurangi beban sebagai warga kurang mampu. Kalau bantuan habis, kami baru membeli beras dengan harga Rp14 ribu hingga Rp15 ribu di sini," jelasnya.

Sebagai nelayan, rata-rata dia hanya mendapatkan sekitar Rp70 ribu hingga Rp80 ribu dari hasil tangkapan kepiting atau kisaran seberat 1 kilogram (kg).

Warga lainnya, Slamet, 52, menuturkan dirinya memiliki areal pertanian, tetapi tidak luas dan hasilnya kurang memuaskan. "Saya hanya mempunyai sawah sekitar 200 ubin atau 2.800 meter persegi, hanya menghasilkan 10 kuintal atau 1 ton gabah. Hasil tersebut tidak akan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Apalagi dalam setahun, kami hanya dapat menanam dan panen sekali. Ini karena sawah di Ujung Alang merupakan tadah hujan," ungkapnya.

Baca juga : Mensos Salurkan Bantuan untuk Suku Anak Dalam di Jambi

Kepala Dusun Lempongpucung, Desa Ujung Alang, Wahyono mengakui warga di dusunnya sangat terbantu dengan adanya bantuan beras. Meski perjalanannya cukup berat karena harus melewati Segara Anakan dan hutan bakau yang lebat, tetapi tidak mengalami keterlambatan. "Ini penting, supaya bantuannya langsung dapat dirasakan oleh warga," katanya.

Menurut Wahyono, Bulog sebagai penyalur bantuan bertanggung jawab penuh sampai ke desa-desa wilayah di Kecamatan Kampung Laut. "Khususnya ke Dusun Lempongpucung, bantuan beras yang disalurkan oleh Bulog bisa membantu beban masyarakat," ujarnya.

Pemimpin Perum Bulog Cabang Banyumas Prawoko Setyo Aji mengakui distribusi bantuan pangan paling susah di wilayah kerjanya adalah ke desa-desa di Kecamatan Kampung Laut, Cilacap.

"Akses untuk empat desa di Kampung Laut yakni Panikel, Ujung Alang, Ujung Gagak dan Klaces hanya bisa diangkut dengan perahu compreng. Salah satu kesulitannya adalah terbatasnya daya angkut perahu dan waktu pasang surut. Sekali waktu, ada perahu yang kandas karena laut posisi surut. Sehingga perahu harus ramai-ramai didorong sampai ke tengah, baru bisa bergerak lagi. Inilah salah satu tantangan yang harus dihadapi di wilayah kerja Bulog Banyumas," kata Prawoko pada Jumat (30/8).

Diungkapkan oleh Prawoko, bantuan pangan di Kampung Laut diberikan kepada 2.539 keluarga di empat desa. Rinciannya adalah Desa Klaces sebanyak 209 keluarga, Panikel 1.011 penerima, Ujung Alang 617 keluarga serta Ujung Gagak 702 penerima. Masing-masing penerima mendapat 10 kg beras. Total yang didistribusikan sebanyak 25.390 kg atau 25,39 ton per satu kali jatah. Pada 2024 ini, ada sebanyak 9 kali penyaluran. Yang belum terdistribusi pada Oktober dan Desember mendatang.

"Warga di Kampung Laut sangat terbantu, karena masyarakat di sana pada umumnya berprofesi sebagai nelayan. Sehingga beras harus membeli. Beruntung ada bantuan pangan sehingga benar-benar bisa mengurangi beban pengeluaran. Kalau pun ada petani di Kampung Laut, hasil panenan tidak sebanyak di wilayah daratan Cilacap," ujarnya.

Untuk bantuan pangan di Kabupaten Cilacap, ada penyaluran bagi 196.685 PBP dengan masing-masing jatah 10 kg. Sementara di 4 kabupaten wilayah kerja Bulog Banyumas yang meliputi Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Banjarnegara totalnya sebanyak 692.843 PBP.

Penyaluran bantuan pangan yang merupakan tugas Bulog harus tepat sasaran, sehingga benar-benar mampu meringankan beban warga. Meski pendistribusiannya membutuhkan perjuangan agar tepat sasaran dan sampai ke tempat tujuan seperti ke desa-desa di Kampung Laut yang merupakan salah satu wilayah terpencil di Jawa. (N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya