Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Kekhawatiran Masyarakat Bali Terhadap Perubahan Iklim Terus Meningkat

Arnoldus Dhae
07/7/2024 11:49
Kekhawatiran Masyarakat Bali Terhadap Perubahan Iklim Terus Meningkat
Seminar internasional dengan tema Harvesting Resilience: Navigating Food Security Challenges in a Changing Climate(MI/Arnoldus Dhae)

MASYARAKAT Bali sangat mengkhawatirkan dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan dan kesediaan air. Kekeringan menjadi kekhawatiran terbesar masyarakat Bali di antara semua bencana yang berhubungan dengan cuaca untuk produksi padi.

Hal tersebut disampaikan Dr Rodney Westerlaken, Pendiri Yayasan Westerlaken Alliance Indonesia saat menjadi narasumber dalam seminar internasional dengan tema Harvesting Resilience: Navigating Food Security Challenges in a Changing Climate yang diselenggarakan  serangkaian HUT Badan Kekeluargaan (BK) Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa di Denpasar Sabtu (6/7).

Westerlaken mengutip data Inisiatif Matangi Bali tentang perubahan ikim di Bali sejak Oktober 2023 - Januari 2024 mendapatkan fakta bahwa 97,5% responden mengungkapkan kecemasan yang tinggi terhadap perubahan iklim, 53% mengkhawatirkan dampak kesehatan dan 47% mengkhawatirkan ketersediaan makanan dan air.

Baca juga : Masyarakat Bali Alami Kekhawatiran Tinggi pada Dampak Perubahan Iklim

"Dampak lokal yang terasa, menurunnya aliran sungai di Tigawasa, Buleleng, meningkatnya banjir sejak tahun 2010 di Jembrana, Ubud, dan Renon. Naiknya permukaan air laut di Kabupaten Klungkung," papar Westerlaken.

Menurutnya, kekeringan mungkin merupakan kekhawatiran terbesar di antara semua bencana yang berhubungan dengan cuaca untuk produksi padi. Konversi lahan pertanian ke penggunaan non-pertanian diidentifikasi sebagai ancaman besar terhadap produksi padi. Data statistik menunjukkan menyusutnya penggunaan lahan untuk pertanian.

Direktur Pusat Penelitian Fungsi Pangan dan Kesehatan, Universitas Ehima, Jepang, Prof. Takuya Sugahara mengakui perubahan iklim juga telah mempengaruhi produksi jeruk di Jepang. Kawasan yang cocok untuk budidaya jeruk rata-rata memiliki suhu antara 15 hingga 18 derajat Celcius. Namun, ke depan wilayah bersuhu tinggi yang tidak cocok untuk bercocok tanam juga diperkirakan akan semakin meluas.

Baca juga : Ketahanan Pangan Hadapi Tantangan Perubahan Iklim

Takuya menjelaskan tantangannya saat ini produksi limbah kulit jeruk cukup besar yang dihasilkan dari pabrik jus. Pemanfaatannya mesti dilakukan sebagai upaya mengurangi emisi dari limbah yang dihasilkan.

"Kulit jeruk mengandung berbagai bahan yang bermanfaat bagi kesehatan, dan pemanfaatan kulit jeruk secara efektif tidak hanya mengurangi emisi limbah, namun juga mengarah pada pengembangan pangan fungsional," paparnya.

Prof. B. Ravindran, PhD dari Departemen Energi & Teknik Lingkungan Universitas Kyanggi, Korea Selatan menyampaikan upaya mitigasi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim wajib dilakukan untuk mendukung pertumbuhan tanaman guna mencapai ketahanan pangan.

Baca juga : ADB Dukung Bisnis Pabrik Daur Ulang Alba Tridi

Pengomposan menjadi salah satu alternatif dalam mengurangi limbah dan disisi lain membantu menjaga kesuburan tanah. "Proses pengomposan dapat diterima secara sosial dan merupakan salah satu teknologi yang paling sesuai untuk pengolahan dan pembuangan limbah. Kompos memperbaiki struktur tanah, menghemat air, mengisi kembali nutrisi yang hilang, dan mendukung mikroorganisme yang bermanfaat," ungkap Ravindran.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan, Dr. I Nyoman Sujana, M.Hum dalam sambutannya mengatakan perubahan iklim ini memiliki pengaruh besar dalam sektor pertanian. Situasi ini dikatakan berpengaruh terhadap ketidaktahanan pangan serta berdampak kepada kesejahteraan petani maupun masyarakat konsumen.

Sujana menambahkan bahwa peran pemerintah juga sangat penting dalam pengambilan keputusan dan penerapan kebijakan yang membantu pertanian berkelanjutan ini dapat terwujud. Ia juga menekankan peran pemerintah dalam pengembangan pertanian, distribusi, serta kesejahteraan masyarakat sangat penting dalam penerapan kebijakan yang berhubungan dengan hal ketahanan pangan ini.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya