Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
CALON presiden Ganjar Pranowo memaparkan gagasannya dalam kuliah kebangsaan bertajuk ‘Bonus Demografi Menuju Indonesia Emas 2045’.
Dalam kuliah yang digelar di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Toraja, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (25/11), Ganjar menjelaskan potensi anak muda membangun bangsa di masa depan.
Salah satu mahasiswa UKI Toraja bernama Suhardi pun mengomentari gagasan yang diberikan mantan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) dua periode dan eks Anggota DPR RI itu.
Baca juga: Generasi Muda Harus Mampu Menjadi Pembelajar untuk Menjawab Tantangan di Masa Depan
Pasalnya, Suhadi menyebut gagasan yang disampaikan Ganjar sesuai dengan kondisi Indonesia. Terlebih dalam gagasan itu pula anak muda bisa mengeksplor lebih banyak ide untuk mewujudkan Indonesia unggul.
“Pak Ganjar memotivasi anak-anak muda ini tentang bidang pendidikan,” kata Suhadi.
Baca juga: Pesta Demokrasi di Tengah Bonus Demografi, Kesempatan Pemuda Jadi Aktor Utama
Selain itu, kata Suhadi, Ganjar juga membeberkan tentang bagaimana pemuda bisa berkontribusi membangun Indonesia lewat bidang-bidang yang diminati.
Adapun Ganjar menyampaikan bahwa Indonesia memiliki bonus demografi di masa depan, tepatnya pada tahun 2030 hingga 2040 mendatang. Pasalnya di masa tersebut proporsi penduduk usia produktif di Indonesia mencapai 60 persen dari total populasi.
Sebab itu Ganjar mengajak pihak kampus mengambangkan SDM untuk membangun bangsa Indonesia di masa depan. Khususnya di bagian timur.
“Bicaranya dan konsennya sama adalah mengembangkan SDM oleh perguruan tinggi, wabil khusus untuk Indonesia Timur,” tutur Ganjar kepada ribuan mahasiswa UKI Toraja.
Menurut Ganjar, kampus memiliki peran besar di bidang riset, inovasi, hingga teknologi pendidikan untuk menciptakan SDM terbaik yang mampu membangun Indonesia bagian timur dengan baik.
“Saya bayangkan kalau ada keunggulan-keunggulan perguruan tinggi ya swasta, ya negeri, punya komitmen tinggi, rasa-rasanya penting untuk memberikan penugasan kepada mereka,” pungkasnya. (RO/Z-7)
Pemutaran film Believe yang mengangkat kisah hidup Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dimanfaatkan sebagai sarana membangun kebangsaan dan nasionalisme.
Di tengah dinamika kebangsaan yang kerap diwarnai ketegangan antara identitas agama dan tenun pluralitas, sebuah pertanyaan fundamental layak kita ajukan kembali.
Kepala BPIP Yudian Wahyudi mengungkapkan Magelang Kebangsaan Fun Run 2025 bukan sekadarperlombaan lari, tetapi Jadi Simbol Persatuan dan Semangat Pancasila
SEBANYAK tujuh pemuda-pemudi purna paskibraka terpilih dilantik dan dikukuhkan sebagai Pelaksana Duta Pancasila Paskibraka Indonesia (DPPI) Kota Yogyakarta untuk masa jabatan 2025–2029
BPIP dan UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan menggelar diskusi bertajuk “Aktualisasi Nilai Ketuhanan dan Kebangsaan dalam Menjaga Moderasi Beragama di Indonesia”. Edukasi Pancasila
Jika bonus demografi ini bisa dikapitalisasi dengan benar, negara akan bisa melakukan saving dan reinvestasi setiap tahun.
Saat bonus demografi, terjadi surplus usia produktif yang sangat tinggi. Angkanya rata-rata 70% dari keseluruhan jumlah penduduk usia produktif.
Meski tingkat pengangguran terbuka turun ke angka 4,7%, jumlah absolut pengangguran justru meningkat.
Masih terlalu fokus mencetak ijazah, bukan menyiapkan talenta, baik dari sisi keterampilan, etos kerja, maupun literasi digital.
SULIT menjadi Indonesia. Bukan lantaran tak punya sumber daya, melainkan karena harapan selalu membuncah melebihi kapasitas institusi yang mengelola.
Proses mempertemukan pelaku usaha atau business matchmaking dianggap menjadi jurus ampuh bagi Indonesia untuk bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved