Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Kekeringan di Jateng Meluas, 700 Desa Terdampak

Akhmad Safuan
30/8/2023 10:27
Kekeringan di Jateng Meluas, 700 Desa Terdampak
Kemarau mengakibatkan kekeringan di Jawa Tengah meluas, air sungai mengering hingga tidak ada air yang terdistribusi ke saluran irigasi.(MI/AKHMAD SAFUAN)

KEKERINGAN di Jawa Tengah kian meluas dari sebelumnya sekitar 300 desa di 22 daerah yang terdampak, kini mencapai 700 desa di 107 kecamatan tersebar di 27 kabupaten dan kota. Selain kekurangan air bersih, warga menjadi sulit bertani.

Kondisi menyedihkan itu paling terasa di sepanjang jalur pantura. Sungai dan saluran irigasi mengering, sehingga ribuan hektare lahan sawah dari mulai Demak-Rembang tampak kering kerontang dan tidak terlihat petani beraktivitas.

Sementara itu di permukiman, kondisi lebih mengenaskan karena warga kesulitan air bersih, bahkan sebagian terpaksa menggali dasar sungai yang telah mengering hanya untuk mendapatkan satu atau dua ember air dengan kualitas yang rendah.

Baca juga: Kekeringan di Kalsel Semakin Meluas

"Sudah keluar air tapi sedikit keruh dan terasa agak asin," ujar Maryono, warga Karanganyar, Demak.

Warga Batangan, Pati, Mustofa, mengatakan sudah empat bulan tidak turun hujan di lingkungan tempat tinggalnya. Sebagian petani mencoba menanam palawija dengan mengandalkan sumber air dari sumur bor tetapi bagi petani yang kurang mampu, tidak bisa membuat sumur sehingga pasrah.

Baca juga: Petani Tasikmalaya Gagal Panen, Stok Gabah Kering Kosong

Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng Bergas C Penanggungan secara terpisah mengatakan bulan ini diperkirakan puncak kemarau. Diharapkan pada September mendatang sudah turun hujan di beberapa wilayah, sehingga kekeringan terjadi saat ini tidak semakin meluas. "Sudah belasan juta liter air kita gelontorkan untuk warga di pedesaan yang alami krisis air bersih," imbuhnya.

"Kita minta warga bersabar, karena antrean permintaan air bersih cukup panjang dan ada keterbatasan sarana dan prasarana pendistribusian," ujar Bergas.

Bergas mengusulkan pembentukan Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) di setiap daerah sebagai mitra pemerintah, dunia usaha, akademisi, media, pemerintah dan masyarakat agar mempercepat  penanggulangan. (Z-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya