Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tersus LNG Sidakarya Dinilai Terintegrasi dengan Penataan Kawasan

Media Indonesia
28/4/2023 14:05
Tersus LNG Sidakarya Dinilai Terintegrasi dengan Penataan Kawasan
Ketut Sudiarta.(Dokumentasi pribadi.)

KAWASAN Pantai Sidakarya, Intaran, dan Serangan dinilai sebagai daerah paling ideal untuk membangun terminal khusus LNG. Dibandingkan daerah lain, sulit menemukan kawasan ideal untuk membangun tersus LNG seperti Sidakarya. 

Itu disampaikan pakar maritim Ketut Sudiarta. Lokasi tersebut, alasan Sudiarta, dapat meminimalisasi kerusakan lingkungan sekaligus menata kawasan pantai agar lebih bernilai ekonomi dan mempertahankan kelestarian budaya. "Saya pertaruhkan reputasi keilmuan saya, di situlah lokasi paling cocok dari sisi ekologi. Tidak merusak terumbu karang, karena di area dredging tidak ada terumbu karang," jelas Sudiarta dalam keterangan tertulis, Jumat (28/4).

Rencana pembangunan tersus LNG Sidakarya tidak berdiri sendiri, tetapi juga terintegrasi dengan melakukan penataan kawasan yang meliputi kawasan pesisir Intaran, Serangan, dan Sidakarya. Manfaatnya sangat besar, imbuh Sudiarta, karena material pasir hasil pengerukan bisa digunakan untuk menata kawasan tersebut. "Bahkan termasuk membantu menata kawasan banjir kota Denpasar. Di daerah Renon, muaranya belum dinormalisasi, terjadi pendangkalan karena pasir dan sampah. Meski ada embung di Sanur, tetap butuh normalisasi," jelasnya. 

Baca juga: Meninggal Dunia, Dua Wisatawan Hanyut di Pantai Santolo Garut

Karena itu sebagai ahli manjemen sumber daya perairan, Sudiarta menyampaikan bahwa pembangunan tersus LNG Sidakarya tidak boleh berdiri sendiri tanpa menata kawasan sekitarnya, termasuk merevitalisasi pelabuhan Serangan. Bali sebagai destinasa wisata bahari terbesar di Asia Tenggara butuh infrastruktur yang memadai. Pelabuhan Sanur untuk memenuhi pelayaran ke Nusa Penida sudah tidak memadai karena setiap pagi macet parah akses menuju pelabuhan. "Ini karena kapasitas untuk 1.000 dipakai oleh 10.000, sehingga sumbatan ini harus dipecah dengan mengaktifkan Pelabuhan Serangan," jelasnya. 

Hanya, sekarang Pelabuhan Serangan tidak punya cukup fasilitas. Lahan yang tersedia tak lebih hanya 600 meter persegi sehingga tak cukup sebagai tempat parkir. Karena itu material hasil keruk bisa menambah luasan lahan pendukung pelabuhan Serangan. Ini sekaligus digunakan untuk menata water front city-nya, sehingga pembangunan terintegrasi, termasuk pemberian akses jalan menuju pantai dari Sidakarya. Warga pun memperoleh akses langsung ke pantai untuk berbagai keperluan, baik melaut maupun mengadakan acara adat Melasti, yang sekarang tertutup mangrove.

Baca juga: Festival Marandang, Upaya Mewariskan Kekayaan Leluhur

Sederet manfaat itulah yang membuat warga senang dan sekarang mendukung. Apalagi konsep pembangunan Tersus LNG Sidakarya melibatkan ekonomi warga lewat kepemilikan saham dari badan usaha desa sekitar lokasi. "Ini model privat partnership plus community yang bisa dicontoh di tempat lain," jelasnya. 

Terkait dengan kemungkinan terjadinya bahaya ledakan, Ketut Sudiarta menyampaikan bahwa LNG berbeda dengan elpiji. Hampir tidak ada ledakan karena LNG. Tidak seperti batu bara yang menimbulkan polusi, LNG lebih bersih dan ramah lingkungan sehingga sangat cocok dengan destinasi wisata seperti Bali yang harus terjaga kelestarian lingkungannya. 

Ia menyambut baik Rakortek yang diselenggarakan Kemenko Marves bersama dengan Pemprov Bali, Pemkot Denpasar, dan unsur BUMN/BUMD untuk membahas tindak lanjut pembangunan Tersus LNG. "Saya optimistis permasalahan teknis bisa diselesaikan, karena memang dari teknis serta segi kajian tidak ada masalah dan isu lingkungan dalam pembangunan Tersus LNG Sidakary",” jelasnya.

Karena itu, ia menyayangkan sikap organisasi Walhi yang tidak diundang dalam Rakortek tetapi ikut dalam forum rapat itu, sehingga berujung pengusiran oleh pimpinan rapat. Rapat koordinasi dilakukan atas undangan Kemenko Marves terkait LNG Sidakarya ialah rapat pemerintah yang dihadiri Pemprov Bali, Pemkot Denpasar, dan undangan saja. "Ini rapat pemerintah, LSM tidak diundang karena bukan forum dengar pendapat atau sosialisasi. Kalaupun dengar pendapat seperti di DPR, publik termasuk LSM hanya bisa mendengar tanpa boleh berbicara," ujarnya. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya