Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
KASUBDIT Bina Masyarakat Direktorat Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Sujatmiko mengatakan bahwa persentase paling tinggi, yakni sebesar 45,45%, tentang mengapa narapidana terorisme melakukan tindak pidana terorisme (proses radikalisasi) dilatarbelakangi alasan ideologi.
"Berdasarkan hasil penelitian terhadap napiter di Indonesia, persentase paling tinggi mengapa napiter melakukan tindak pidana terorisme (proses radikalisasi) sebanyak 45,45% ialah karena alasan ideologi," ujar Sujatmiko seperti dikutip Antara di Jakarta, Sabtu (8/4).
Pernyataan tersebut ia sampaikan ketika memaparkan empat poin penting tentang proses radikalisasi, bentuk radikalisasi, alasan terjadinya radikalisasi, dan indikator radikalisasi.
"Kita sering menyamakan ideologi itu dengan wahyu Ilahi, padahal wahyu Ilahi sangat agung, sangat tinggi, dan wahyu Ilahi tidak hanya mengenai Islam saja. Jangan sampai memiliki pemikiran yang berbeda, lalu merasa benar sendiri, dan menjadi eksklusif," ucapnya.
Lebih lanjut, terkait dengan proses radikalisasi, Sujatmiko menyampaikan proses radikalisasi di Republik Indonesia sampai sekarang masih berjalan.
Baca juga: Peringati Nuzulul Quran, Temanggung Gelar Khataman
Ciri-ciri proses radikalisasi antara lain anti-ideologi negara atau Pancasila, anti-NKRI, anti-Bhinneka Tunggal Ika, dan anti-UUD 1945.
"Radikalisasi tersebut berbentuk intoleran, mengusung kekerasan, dan mengafirkan orang lain," tutur Sujatmiko ketika mengungkapkan bentuk radikalisasi.
Mengenai indikator proses radikalisasi, Sujatmiko merujuk pada ajaran agama yang distorsi dan pengetahuan agama yang dangkal.
"Radikalisasi yang selama ini terjadi ditandai dengan agama didistorsi dan dimanipulasi untuk kepentingan kelompok dan kepentingan politik. Tidak ada kejahatan yang luar biasa, selain mendistorsi dan memanipulasi agama yang menimbulkan kerusakan," ujarnya.
Ia menegaskan bahwa bukan agama yang salah, melainkan orang yang mendistorsi atau memanipulasi agama.
Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam silaturahim sambil berbuka puasa bersama dengan mitra deradikalisasi atau mantan narapidana kasus terorisme (napiter) di Palembang, Sumatra Selatan, Jumat (7/4).
Kegiatan ini dihadiri oleh 16 mitra deradikalisasi yang merupakan mantan napiter yang telah kembali ke tengah-tengah masyarakat. (Ant/I-2)
TERORIS merupakan ancaman serius yang setiap saat dapat membahayakan keselamatan bangsa dan Negara serta kepentingan nasional.
Ia pun berpesan kepada masyarakat, terutama generasi penerus bangsa agar terus berpegang tangan menjaga ideologi bangsa dari paham intoleransi dan radikalisme.
“Kita harus mewaspadai akan adanya transnasional ideologi terutama adalah intoleransi dan radikalisme yang bertentangan dengan jati diri bangsa,” tegasnya.
Tugas guru bukanlah sekadar memberikan pelajaran pada anak murid, melainkan mengajarkan budi pekerti dan pendidikan karakter pada mereka.
Dalam konteks inilah, generasi muda dari para relawan duta damai ini diharapkan mampu untuk berperan aktif dalam membendung konten dan narasi kekerasan
Pengasuh Ponpes Al-Muayyad Windan, Sukoharjo, menuturkan bahwa yang dilihat dan dibaca oleh orang-orang adalah tutur kata, pola pikir, pola sikap.
Para mantan napiter mengaku sudah tidak pernah mempergunakan hak pilihnya selama beberapa tahun
“Fase yang sangat penting adalah ketika eks napiter kembali hidup di masyarakat, BNPT perlu terus melakukan pendampingan."
Mereka bercerita tentang bagaimana dulu salah jalan sehingga akhirnya menjadi teroris dan mendekam di penjara.
Penghijauan untuk penyelamatan lingkungan sungai dan lereng Lawu ini bersamaan dengan momen perayaan Hari Bumi.
SEBANYAKk 75 orang mantan Narapidana Teroris dan Kombatan menjadi petugas dan pengibar bendera merah putih di HUT Kemerdekaan ke 77 di Ponpes Alam Tahfidz Hamalatul Qur'an, Tasikmalaya.
Ia berharap para Napiter itu dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat supaya tidak terpapar paham radikalisme dan terorisme serta mewujudkan Indonesia aman dan damai.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved