Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Suhu Panas di Yogyakarta tak Berkaitan dengan Erupsi Merapi

Ardi Teristi H
13/3/2023 15:48

PAKAR Iklim dan Bencana dari UGM Emilya Nurjani mengatakan perlu ada penelitian lebih lanjut terkait pengaruh erupsi Gunung Merapi yang terjadi mulai Sabtu (11/3) dengan suhu udara yang terasa lebih panas di wilayah Yogyakarta. Pasalnya, banyak faktor yang bisa menyebabkan kenaikan suhu udara.

"Kenaikan suhu di wilayah Jogja ini (menurut dia) bukan karena erupsi Merapi, tetap lebih karena fenomena urban heat island yang umum terjadi di wilayah perkotaan," kata Emilya kepada wartawan saat menyampaikan paparan tentang Bencana Hidrometerologi dan Perubahan Iklim dalam Sekolah Wartawan, Senin (13/3).

Akibat erupsi tersebut, abu erupsi Merapi dilaporkan terbang terbawa angin hingga sejumlah daerah di Kabupaten Magelang, Boyolali, Temanggung, Wonosobo dan Banjarnegara. Jarak luncur awan panas guguran terjauh mencapai 3,7 km ke arah Kali Bebeng.

Dosen Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi UGM ini menyebut proses erupsi di Gunung Merapi yang memiliki tinggi sekitar 2.900 MDPL ini tidak memengaruhi suhu di Yogyakarta dan sekitarnya.

"Namun, aerosol yang dihasilkan mungkin berpengaruh dalam menaikan maupun mengurangi suhu, tergantung angin," papar dia.

Kalau hal tersebut terjadi, erupsi tersebut diperkirakan sempat meningkatkan suhu di tingkat lokal kawasan Gunung Merapi dalam waktu yang tidak begitu lama, yaitu sekitar 1-2 jam.

Ia juga menyebutkan, penaikan suhu yang terjadi sekitar 1- 2 jam saat erupsi pada Sabtu lalu tidak meningkatkan potensi hujan di Yogyakarta dan sekitarnya. Lagi-lagi, untuk bisa mengakibatkan hujan dibutuhkan faktor-faktor yang lain. Guguran awan panas yang menuju arah Barat tidak meningkatkan aerosol yang menjadi inti kondensasi awan sehingga tidak menyebabkan hujan di Yogyakarta.

Emilya menuturkan minimnya dampak peningkatan suhu akibat erupsi Gunung Merapi, salah satunya dikarenakan Indonesia sebagai negara tropis dengan lapisan troposfer atau lapisan terendah atmosfer dengan ketebalan 18 Km. Hal ini menjadikan debu vulkanik di lapisan troposfer dapat langsung dilepaskan karena tidak masuk ke lapisan stratosfer atau lapisan kedua atmosfer bumi.

Baca juga:  Erupsi Merapi, Beberapa Wilayah Kab Semarang Dilanda Hujan Abu

Kondisi berbeda terjadi di negara-negara kawasan Eropa yang hanya memiliki lapisan troposfer 6 Km. Tipisnya lapisan troposfer menyebabkan debu vulkanik yang dihasilkan erupsi gunung di wilayah Eropa tidak hanya masuk ke lapisan troposfer namun hingga lapisan stratosfer.

Emilya mencontohkan saat erupsi Gunung Eyjafjallajoekull pada tahun 2010. Debu vulkanik dari erupsi tersebut masuk hingga lapisan stratosfer yang berdampak pada iklim di kawasan Eropa.

"Debu vulkanik erupsi masuk sampai lapisan stratosfer dan terjerat di sana. Dampaknya masih tersa sampai sekarang dimana musim dingin di Eropa lebih parah, begitupun saat musim panas menjadi sangat panas karena masih ada debu vulkanik di stratosfer. Kondisi ini berbeda dengan erupsi Merapi di tahun yang sama," pungkasnya.(M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya