Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
RASA penat selama berada dalam kendaraan roda empat saat menelusuri ruas jalan berkelok dari Kota Manado ke Kota Tomohon, Sulawesi Utara, selama hampir dua jam sekejap hilang.
Kesejukan di areal perkebunan Desa Kumelembui, Kecamatan Tomohon Timur, tepatnya di Tuur Mahasering yang berada di atas ketinggian sekitar 1.200 dari permukaan laut sanggup menghilangkan kelelahan.
Udara yang bersih, dingin saat angin berembus membuat para pelancong merasa betah menikmati suasana alam yang sedikit jauh dari permukiman penduduk.
Sebelum tiba di lokasi wisata alam tersebut, para pelancong disuguhi suasana pemandangan tanaman pekebunan petani hotikultura yang tampak tertata rapih di sepanjang pinggiran jalan di Desa Rurukan.
"Sangat hebat ya ide yang membuat objek wisata alam di lokasi perkebunan pohok enau di atas bukit perkebunan Mahesering ini," kata Tommy Sampelan, seorang pengunjung di lokasi wisata tersebut.
Ide pembuatan obyek wisata di perkebunan pohom enau, bermula pemikiran iseng dari sekelompok warga Kota Tomohon, bersama pemilik lahan bernama Jefri Polii.
Awalnya, di tempat ini sebelum dibuat objek wisata, pemilik perkebunan pohon enau itu bersama delapan rekannya sering kongkow di waktu senggang di lokasi ini, menjauh dari hiruk pikuk suasana di Kota Tomohon.
Kala itu, bersamaan dengan kebijakan pemerintah memberlakukan work from home (WFH) akibat pandemi covid-19, pada Maret 2020.
Acara pribadi
"Saya memang sejak dulu pencinta lingkungan. Setiap akhir pekan sering datang bersama teman teman ke lokasi perkebunan ini santai menikmati panorama alam. Ya, buat acara kecil-kecilan, seperti membakar ubi, pisang rebus, ikan bakar, sambil minum miras tradisonal Cap Tikus sedikit biar badan terasa hangat. Menghindari keramaian Kota Tomohon menghidari wabah covid-19," kata Jefri, pemilik perkebunan tersebut.
Saat kongkow-kongkow itu, muncul ide lokasi ini dibuat tempat wisata alam tanpa merusak lingkungan hidup, sebagai penyangga air hujan. Sebab, berada di atas bukit bersebelahan dengan Gunung Api Mahawu yang tidak aktif.
"Saya desain sendiri tempat ini. Buat jalan setapaknya bagaimana ke lokasi, kemudian pondok tempat kunjungan warga dengan bambu dan atap rumbia," katanya.
Awal Maret 2022, Jefri mengaku fokus pada niatnya lahan perkebunan pohon enau dijadikan obyek wisata alam. "Saya diskusi dengan teman teman wartawan untuk membantu promosikan, bila tempatnya sudah siap beroperasi," ujarnya.
Dengan modal usaha Rp1,2 miliar, lahan perkebunan tersebut selama enam bulan pekerjaan disulap dan sudah menjadi objek wisata. Bahkan, oleh pemerintah Kota Tomohon, lokasi ini kini ditetapkan sebagai salah satu destinasi wisata di Sulawesi Utara.
"Luas areal lokasi perkebunannya awalnya 1 hektare. Dalam kurung waktu satu bulan saja beroperasi yakni Oktober 2020, modal saya Rp1,2 milar sudah kembali. Itu karena pengunjungnya banyak menikmati suasana alam bebas. Puji Tuhan," katanya.
Tiket Rp15 ribu
Padahal awalnya, lanjut Polii, pada 1990 lahan seluas satu hektare ini akan dibuat kawasan konservasi hutan dengan menanam 600 bibit pohon enau. Tapi, dengan ide tersebut berubah menjadikan lokasi itu sebagai objek wisata alam tanpa merusak lingkungan.
"Saat ini dengan pendapatan hasil usaha tersebut. Saya dapat membeli lahan 2 hektare di sekitarnya, menambah dan menenanam bibit pohon enau," jelasnya.
Pemantauan di lokasi tersebut, kunjungan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara memadati lokasi obyek wisata yang diberi nama Tuur Mahasering. Apalagi di hari libur pengunjung tumpah ruah. Di samping menyaksikan keunikan sejumlah pondok terbuat dari bambu ditutupi atap daun rumbia, juga melihat Kota Tomohon dan Danau Tondano dari puncak.
Udara dingin serta hembusan angin juga membuat para pengunjung betah. Ongkos masuk ke lokasi itu relatif murah. Setiap orang pengunjung dibebankan Rp15 ribu.
Ditambah lagi, para pelayannya yang berjumlah 18 orang murah senyum. "Mari pak silakan pilih tempat," kata mereka sambil menawarkan minuman tradisional saguer (air nira) atau Cap Tikus satu sloki untuk menghangatkan dan menyegarkan badan saja.
"Karena udaranya dingin," tambah sang karyawan.
Semua menu yang disajikan 100% halal. Di antaranya kue trandisional cucur, onde onde, pisang goreng, tahu isi, dan nasi goreng ikan roa, dan nasi goreng ikan cakalang.
"Pendapatan setiap bulan Rp200 juta dipotong dengan biaya pemeliharaan lokasi sekitar Rp30 juta sampai Rp35 juta. Upah karyawan di luar itu," jelas Polii.
Di lokasi tersebut para pengunjung juga bisa menyaksikan proses penyulingan air nira menjadi minuman keras beralkohol tradisional Cap Tikus.
"Kami melarang para pengunjung membawa miras Cap Tikus. Ada pengunjung yang berkeinginan membeli miras Cap Tikus buat oleh-oleh, tapi tidak diperjualbelikan. Cukup minum sedikit saja saat tiba di lokasi ini. Takutnya kalau kebanyak minum Cap Tikus dengan kadar alkohol 45%-50% bisa mabok," katanya sambil tersenyum.
Kini lokasi wisata alam ini ramai dikunjungi wisatawan. Penataan dan kebersihannya membuat pengunjung betah berlama-lama. (N-2))
Pariwisata hijau merupakan jalur penting untuk melestarikan lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi, serta menjadi alat untuk mencapai kemakmuran yang merata.
Korea Utara membuka kawasan wisata pantai berskala besar. Proyek wsata ini disebut sebagai proyek unggulan Kim Jong Un.
Mawatu Resort, anak perusahaan Vasanta Group, secara resmi mengumumkan kemitraan strategis dengan Cinema XXI untuk menghadirkan bioskop pertama di Pulau Flores.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan signifikan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia sepanjang Mei 2025.
Dinas Pariwisata Pemkab Raja Ampat meminta pengelola homestay di Raja Ampat untuk menerapkan pariwisata berkelanjutan yang mudah dilakukan dalam kegiatan sehari-hari.
Ariston berharap selalu ada support dari Peradi Pergerakan baik dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun kebutuhan hukum bagi masyarakat Samosir
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved