Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
SEBAGIAN besar nelayan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat tidak lagi melaut dalam sepekan terakhir. Hal ini disebabkan cuaca buruk yang melanda kawasan perairan.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Indramayu, Dedi Aryanto, menjelaskan sejak Kamis (22/12) lalu nelayan di Kabupaten Indramayu sudah tidak lagi melaut. "Mereka memilih untuk menyandarkan kapal," tutur Dedi, Rabu (28/12).
Cuaca buruk, angin kencang yang membuat ketinggian gelombang bisa mencapai di atas 3 meter di laut membuat nelayan memilih untuk tidak melaut. Dijelaskan Dedi, 80 persen kapal nelayan saat ini ditambatkan di muara dan pelabuhan.
Sedangkan sisanya masih berada di laut. Kapal-kapal tersebut ada yang berlindung di sejumlah pulau yang cukup aman dan ada pula yang berlabuh di pelabuhan terdekat dimana mereka mencari ikan. "kapal-kapal dari Indramayu ada yang berlayar di perairan Papua, Natuna hingga Kalimantan," tutur Dedi.
Cuaca buruk, yang oleh nelayan setempat disebut sebagai musim baratan, biasanya berlangsung dua minggu hingga satu bulan. "Tapi kami terus memantau prakiraan cuaca dari BMKG," tutur Dedi.
Selama tidak melaut, otomatis nelayan tidak mendapatkan penghasilan. Mereka hanya melakukan pekerjaan memperbaiki kapal atau jaring.
Sekitar tiga tahun lalu, lanjut Dedi, nelayan yang tidak melaut mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa beras. Jumlahnya pun lumayan
untuk makan keluarga.
"Kami berharap sekarang pemerintah juga bisa membantu nelayan yang tidak melaut saat ini,� tuturnya. Terutama nelayan-nelayan kecil yang kehidupan mereka sangat bergantung dari mencar ikan di laut. (OL-15)
Waspadai gelombang tinggi di perairan selatan, karena berisiko terhadap kegiatan pelayaran seperti kapal nelayan, tongkang, kapal barang dan penumpang.
DINAS Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta meniadakan layanan angkutan kapal menuju Kepulauan Seribu pada Selasa, 1 Juli 2025 karena terdapat risiko gelombang tinggi.
Cuaca ekstrem kembali berpotensi di tujuh daerah di Jawa Tengah yakni Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Wonosobo dan Bumiayu.
Gelombang tinggi di perairan Jawa Tengah juga menjadi ancaman serius terhadap kegiatan pelayaran karena cukup berisiko tinggi.
Gelombang tinggi di perairan selatan yakni 2,5-4 meter masih berlangsung, sehingga hal ini cukup berisiko terhadap kegiatan pelayaran.
cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang dan sambaran petir berpotensi terjadi sehingga warga diminta waspada bencana banjir, longsor, dan lainnya
“Diduga ledakan terjadi karena gesekan serbuk korek api saat bom ikan dirakit dalam botol saus tomat, hingga memicu percikan api,”
PENURUNAN permukaan tanah dan kenaikan permukaan laut menyebabkan migrasi besar-besaran para nelayan dari Pantura, khususnya daerah Indramayu, Cirebon, dan Tegal ke Jakarta.
Enam nelayan itu dilaporkan hilang sejak 15 Mei 2025 saat menangkap ikan mengunakan KM Berkat Baru di perairan selatan Pulau Rote.
AKTIVITAS penangkapan ikan mengunakan bahan peledak masih terus berlangsung di perairan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Para nelayan di wilayah terdampak mengatakan kekhawatiran mereka terhadap kondisi cuaca yang memburuk.
BMKG selalu mengimbau masyarakat untuk selalu waspada, terutama bagi nelayan yang beraktivitas dengan moda transportasi seperti Perahu Nelayan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved