Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Simponi Duka 30 tahun Tsunami Maumere Upaya meningkatkan Kewaspadaan Bencana

Gabriel Langga
11/12/2022 15:54
Simponi Duka 30 tahun Tsunami Maumere Upaya meningkatkan Kewaspadaan Bencana
Monumen Stunami yang dibangun mengenang peristiwa gempa dan Stunami tahun 1992 yang melanda Kabupaten Sikka, NTT.(MI/Gabriel Langga)

BESOK, Senin,12 Desember 2022, masyarakat Kabupaten Sikka, NTT merayakan 30 tahun gempa dan tsunami yang menimpa Kota Maumere. Dalam peristiwa tersebut tercatat belasan ribu orang dinyatakan meninggal dunia dan sekitar lima ratus orang hilang. Belum lagi, kerusakan bangunan yang menimpa ribuan rumah warga..

Untuk mengenang dan merefleksikan peristiwa gempa dan tsunami terdahsyat tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sikka bersama mitra Pentahelik yaitu pihak panitia penyelenggara Paroki Santo Yoseph Keuskupan Maumere, akan menyelenggarakan kegiatan bertajuk 'Simponi Ami Norang' mengenang 30 Tahun Tsunami Flores mulai dari 10 sampai 12 Desember 2022.

Pada kesempatan tersebut, Uskup Maumere, Mrg. Ewaldus Martinus Sedu mengisahkan peristiwa bencana tersebut dalam talk show  bertema "Budayakan Siaga, Kurangi Resiko Bencana" pada Sabtu (10/12) yang berlangsung di lapangan Katedral Santo Yosep, Maumere.

"Kami waktu itu berlari untuk selamatkan diri. Kami lari tidak bisa dan hampir jatuh karena goyang waktu itu sangat luar biasa. Kami selamatkan diri dengan memegang pohon. Pada saat itu, saya melihat beberapa bangunan sudah runtuh. Gempa waktu itu sangat dahsyat di tahun 1992," kisah Uskup Maumere

Ia juga menyaksikan langsung bagaimana warga yang tinggal di wilayah Kota Uneng melarikan diri dan menyatakan bahwa air laut sudah naik sehingga betapa panik waktu itu. "Saya lihat bagaimana warga berlari untuk mencari keluarga mereka, anak-anak mereka. Pada saat itu juga ada gempa susulan juga. Ada berita lagi air laut bakal naik lagi. Betapa paniknya warga saat itu," ujar uskup yang saat itu melayani sebagai pastor Paroki Santo Yoseph Maumere.

Dia sampaikan bahwa pada saat itu juga pengetahuan warga tentang gempa tidak ada. Bahkan berita-berita di media massa waktu itu  yang berkaitan dengan gempa dan tsunami tidak pernah ada sehingga ketika terjadi gempa dan tsunami di tahun 1992 membuat warga menjadi panik.

"Pada saat itu, kita lihat bagaimana kehancuran yang terjadi di Kota Maumere akibat gempa. Bagaimana mayat-mayat bergelimpangan di pasar-pasar. Siapa yang mau membantu, semua orang berusaha menyelamatkan diri masing-masing," ujar dia.

Ia sampaikan usai gempa itu semua warga berkumpul di lapangan Kota Baru untuk menyelamatkan diri. "Semua warga berkumpul di lapangan Kota Baru. Disana warga semua bersatu. Tidak ada orang kaya dan orang miskin. Semua bersatu di bawah tenda pengungsian," cerita Uskup Maumere

Sementara itu, Muhammad Sulahu seorang guru yang bertugas di Pulau Babi yang menjadi episentrum gempa bumi dan Stunami, mengisahkan sekitar pukul 13.00 wita terjadi goyangan gempa cukup keras. Dia meminta warga untuk berlari ke gunung. Pada  itu juga, kata dia, tiba-tiba air muncul dari bawah tanah sehingga kita berlari harus lompat-lompat karena takut masuk kedalam lubang air yang keluar itu.

"Pada saat itu juga, saya berteriak-teriak meminta masyarakat untuk berlari ke gunung. Saat gempa redah. Warga turun ke gunung dan pergi ke rumah mereka. Tiba-tiba saja air laut mulai naik dan datang seperti gelombang besar langsung menutup Pulau Babi hingga tenggelam.
Rumah-rumah warga sudah hanyut dan terapung seperti perahu. Pada saat air laut naik itu, saya masih ada di gunung," kisah dia.

Ketika air laut mulai surut, ia pun turun menuju ke rumah-rumah warga tetapi dirinya tidak melihat warga dikarenakan ada sebagian warga terbawa arus gelombang. "Jadi saya turun dari gunung dan melihat banyak mayat tergeletak mulai anak-anak dan orang dewasa. Saya pun menarik mayat-mayat tersebut dan ditutup dengan daun pisang," ujar dia.

Selanjutnya kata dia, ia pun menemukan sampan di atas laut dan mendayung menuju ke daerah Nebe untuk meminta bala bantuan tetapi sampai di Maumere juga dirinya melihat banyak bangunan rumah yang rusak. "Kan kalau di Maumere hanya merasakan gempa. Kalau di Pulau Babi gempa dan tsunami. Jadi paling banyak korban jiwa itu di Pulau Babi," kisahnya.

Sementara itu, Kepala BPBD Kabupaten Sikka, Yohanes Baptista Laba mengatakan acara Simponi Ami Norang mengenang 30 Tahun gempa dan tsunami ini sebenarnya merupakan sarana untuk membangkitkan kesadaran masyarakat  dan meningkatkan kewaspadaan melalui upaya mitigasi kesiapsiagaan. (OL-13)

Baca Juga: Dua Gempa Kuat Mengguncang NTT, Warga Sikka Panik

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya