Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

UNNES Berikan Gelar Doktor Honoris Causa untuk Moeldoko

Mediaindonesia.com
23/10/2022 07:20
UNNES Berikan Gelar Doktor Honoris Causa untuk Moeldoko
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (kanan) menerima anugerah gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Negeri Semarang (UNNES).(Dok.KSP)

KOMPETISI menjadi salah satu kunci bagi sebuah negara jika ingin maju dan berkembang. Sudah banyak contoh di dunia yang menunjukan sebuah negara bisa maju karena berkompetisi dengan negara lain.

Hal itu diungkapkan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko pada orasi ilmiahnya seusai menerima anugerah gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) di Auditorium Prof. Wuryanto UNNES, Sabtu (22/10).   

Gelar kehormatan untuk Moeldoko diberikan dalam bidang Manajemen Strategi Pembangunan Sumber Daya Manusia, program studi Ilmu Manajemen Pascasarjana UNNES.  Moeldoko membeberkan konsep kempimpinan menuju Indonesia maju pada 2045. Konsep tersebut diberi nama, M-Leadership, yakni Move (Bergerak), Motivate (Memotivasi), dan Make a Difference (Membuat sebuah Perbedaan).

“Di dalam ketiga dunia ini saya menemukan irisan penting, yakni efisiensi untuk memenangi kompetisi dan berani untuk tak mau kalah dari yang lain,” kata Moeldoko.

Mewujudkan Indonesia Maju 2045, tutur dia, Indonesia harus keluar dari zona nyaman dan menciptakan area kompetisi berupa kecepatan, keunggulan, pembeda, harga, dan merebut pasar di negeri sendiri.  Ia mencontohkan, bagaimana Amerika Serikat berkompetisi dengan Rusia dalam bidang sains dan politik. Begitu juga dengan Korea, yang mampu melahirkan teknologi dan sumber daya manusia yang unggul, meski tidak memiliki kekayaan sumber daya alam.

“Indonesia lengkap, punya sumber kekayaan yang melimpah, teknologi, juga punya banyak manusia. Kita harus bisa mengelolanya dengan baik, dan berani melompat menjadi bangsa yang lebih maju. Untuk itu, kita harus menciptakan kompetisi.”
 
Ia mengingatkan, saat ini Indonesia menghadapi tantangan global yang dinamis.  Indonesia harus bisa menjawab tantangan fenomena global yang berubah sangat cepat, penuh risiko, kerumitan luar bisa, dan penuh dengan kejutan. Di tambah lagi dengan munculnya ancaman krisis pangan, energi, dan keuangan.

Sementara pada domestik, lanjut Moeldoko, Indonesia masih memiliki persoalan terkait daya saing di tingkat dunia. Seperti pada Indeks Modal Manusia atau Human Capital Index (HCI) dan Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI). Di mana untuk HCI, Indonesia menempati posisi 96 dari 174 negara, dan HDI di posisi 107 dari 189 negara di dunia.

Menjawab tantang itu semua, tegas Moeldoko, kepempinan Indonesia ke depan harus berani memimpin perubahan dengan bersenjatakan tiga hal. Pertama, kemampuan menumbuhkan sense of urgency atau kesadaran akan bahaya yang menanti jika mempertahankan kondisi yang ada. Kedua, kemampuan menunjukkan visi yang jelas kepada anggota organisasi, dan ketiga, yakni kemampuan menjadi teladan atau role model di dalam perubahan.

Sementara itu, Rektor UNNES Prof. Dr. Fathur Rokhman Mhum mengatakan, pemberian gelar Doktor kehormatan untuk Moeldoko, tidak  terlepas dari kontribusimya dalam membangun sumber daya manusia, energi, dan pangan, guna menghadapi kompleksitas krisis, tantangan global, dan ketidakpastian dunia modern.

Pemikiran dan terobosan Moeldoko, lanjut dia, diwujudkan dengan melakukan inovasi ketahanan pangan melalui budiaya tanaman sorgum, mendorong transformasi menuju sumber energi baru terbarukan dengan pengembangan mobil listrik, dan pemberdayaan masyarakat lewat program reforma agraria. (RO/A-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya