Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Puluhan Rumah di Tulungagung Retak akibat Pergerakan Tanah

Mediaindonesia.com
13/10/2022 23:08
Puluhan Rumah di Tulungagung Retak akibat Pergerakan Tanah
Relawan memotong pohon pinus yang tumbang di Pantai Gemah, Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (11/10), akibat banjir bandang.(ANTARA/STR/Destyan Sujarwoko)

PULUHAN rumah warga di dua desa Kecamatan Tanggunggunung, KabupatenTulungagung, Jawa Timur mengalami retak-retak pada lantai maupun struktur bangunan terdampak pergerakan tanah (likuefaksi) di lingkungan permukiman mereka selama beberapa hari terakhir.
 
Bupati Tulungagung Maryoto Birowo yang meninjau langsung dampak likuefaksi di Desa Tanggunggunung dan Ngepoh, Kecamatan Tanggunggunung, Kamis (13/10), mengatakan, kejadian tanah gerak di wilayah permukiman itu menjadi atensi (perhatian) pemerintah daerah.
 
"Kami akan segera menerjunkan tim ahli untuk mengevaluasi struktur tanah serta aman/tidaknya daerah di sini untuk hunian," kata Maryoto
usai meninjau dampak tanah gerak di Desa Tanggunggunung dan Ngepoh, Kecamatan Tanggunggunung.
 
Menurut dia, analisa ini sangat diperlukan pemerintah daerah sebelum mengambil keputusan, apakah kedua pemukiman masih bisa dijadikan sebagai lokasi hunian atau tidak. Jika masih bisa mereka akan membantu proses renovasi rumah warga.
 
"Jika tidak berarti harus ada opsi relokasi," lanjutnya.


Baca juga: Banjir Rendam Ratusan Rumah di Pacitan, 350 KK Terisolasi

 
Plt Camat Tanggunggunung, Heru Junianto, merinci, di Desa Tanggunggung, total rumah warga yang mengalami retak dampak pergerakan tanah ini ada 53 kepala keluarga (KK).
 
Sementara di Desa Ngepoh yang mengalami kerusakan struktur bangunan akibat likuefaksi ada delapan rumah.
 
"Kalau yang parah (di Desa Tanggunggunung dan Ngepoh) ada 11 rumah, sehingga penghuninya memilih mengungsi," terang Sugeng.
 
"Untuk warga yang mengungsi di rumah dinas Kecamatan Tanggunggunung ada sekitar sembilan KK atau 24 jiwa. Sedangkan untuk warga yang lain, mengungsi di rumah saudaranya. Rumah warga yang mengalami retakan, akan ditinggalkan ketika malam hari atau ketika turun hujan," ujarnya.
 
Disebutkan, retakan ini mulai terjadi sejak Minggu (9/10). Munculnya retakan di rumah warga tersebut dipicu oleh curah hujan yang tinggi, sehingga menyebabkan longsor di dekat permukiman warga.
 
Dari kejadian tersebut, beberapa rumah warga mulai mengalami retakan pada dinding hingga fondasi rumah warga.
 
"Jadi setelah terjadi longsor, membuat tanah yang berada di permukiman warga bergerak dan ambles ke bawah. Sehingga membuat fondasi dan dinding rumah warga mengalami retakan," jelasnya. (Ant/OL-16)
 
 
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya