Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Disayangkan Potensi Rumput Laut Nusa Penida Minim Sentuhan Teknologi

Arnoldus Dhae
10/8/2022 10:00
Disayangkan Potensi Rumput Laut Nusa Penida Minim Sentuhan Teknologi
Potensi rumput laut Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali sangat luar biasa, sayang minim sentuhan teknologi.(MI/Arnold)

POTENSI rumput laut Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali sangat luar biasa. Namun, diakui oleh para petani Nusa Penida, potensi yang besar tersebut hingga saat ini belum ada ada sentuhan teknologi dan permodalan untuk mengolah rumput laut menjadi bahan produksi atau kemasan dengan harga jual yang tinggi.

Akibatnya, banyak rumput laut yang dipanen dijual secara mentah ataupun kering kepada pengepul. Salah seorang petani rumput laut, I Nyoman Sudiatmika mengatakan, dari semua rumput laut yang dipanen di seluruh wilayah Kecamatan Nusa Penida misalnya, baru sebagian kecil yang
diolah menjadi sabun cuci, sabun mandi, kerupuk, minuman dan sebagainya. Belum semua diolah. Bahkan petani lebih banyak yang langsung menjualnya setelah panen.

"Semuanya diproduksi dengan manual. Dikerjakan secara manual. Dicampur, direbus, diaduk, secara manual. Hasilnya belum optimal. Pasarnya juga masih sedikit. Makanya banyak petani langsung menjualnya dengan harga miring, sekitar Rp40 ribu perkilogram," ujar Sudiatmika, Rabu (10/8).

Warga yang pada dasarnya merupakan petani rumput laut dibina untuk menjadi pengusaha yang memanfaatkan rumput laut sebagai bahan dasar untuk diolah menjadi produk baru yang bernilai jual. Namun kalau tidak ada teknologi yang membantu maka ini juga kesulitan besar. "Awalnya pengemasannya dilakukan apa adanya. Jadi tidak paham desain atau pemberian merk. Oleh Coral Triangle Center (eksekutor COREMAP-CTI) hadir membantu selama kurang lebih setahun,"  Sudiatmika yang juga ketua kelompok Good Story Farm Nusa Penida.

Sekalipun dikerjakan secara manual, beberapa petani mulai beralih menjadi pembuat produk turunan rumput laut. Bersama Sudiatmika yang awalnya petani rumput laut akhirnya beralih menjadi pemilik UMKM produsen sabun mandi, sabun cuci tangan, dan yang paling laku sabun cuci piring, yang mampu diproduksi 100 liter per hari.

"Produksi sabun cuci piring sehari 100 liter untuk menjadi 600 botol dan dijual Rp10.000. Ini berkat binaan, kami bisa menaikkan harga dari yang sebelumnya Rp8.000," ujarnya.

UMKM dari hasil budidaya rumput laut milik Sudiatmika itu kini di distribusi untuk seluruh kawasan Nusa Lembongan-Nusa Penida, utamanya untuk kebutuhan hotel yang kembali dipenuhi wisatawan, pun juga ia menjual produknya hingga lintas dataran ke Kota Denpasar.

Petani lainnya bernama Wayan Sariwaningsih mengaku jika dirinya bersama dengan beberapa ibu lainnya berhasil membuat kerupuk dari rumput laut. "Ini produksinya manual, kalau satu bungkus seperempat kilogram Rp15.000, sehari dua orang saja bisa hasilkan 5 kilogram," kata Sariwaningsih.

Sariwaningsih mengaku usahanya terbantu sejak bergabung dalam program COREMAP-CTI penghujung tahun lalu. "Ada perubahan artinya, lebih bisa naikkan harga. Mudah-mudahan kita bisa memproduksi lebih banyak kalau alatnya sudah ada dan yang lebih canggih," katanya.

Melihat potensi yang besar tersebut maka Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) yang merupakan satuan kerja Bappenas RI berkolaborasi dengan warga Bali khususnya kawasan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung untuk budidaya rumput laut melalui Coral Reef Rehabilitation and Management Program Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI). Direktur Eksekutif ICCTF Tonny Wagey mengatakan dalam proyek yang didukung oleh Asian Development Bank (ADB) ini berusaha memberikan dampak besar dalam waktu singkat.

"Kalau bicara proyek itu pendek, 2 tahun habis. Kuncinya adalah bagaimana agar bisa diterima masyarakat. Misal mereka sukses tapi lebih bagus kalau ada alat itu bukan di kita, tapi melalui swasta atau pemerintah daerah," kata Tonny.

Sebab, apa pun potensi yang ada di masyarakat, jika itu tidak berdampak bagi masyarakat maka itu tidak ada faedahnya. Bantuan yang dilakukan oleh ICCTF itu sifatnya jangka pendek tetapi dampaknya besar. Sementara yang diharapkan adalah agar ada keberlanjutan dari pihak pemerintah atau swasta yang senantiasa dibina dengan cermat. Tujuannya adalah agar petani dan masyarakat Nusa Penida menikmati efek yang ditimbulkan dari program tersebut. (OL-13)

Baca Juga: Kiat Sukses Petani Milenial Bertani Jahe Merah di Sruwen

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya