Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Jelang Puncak Musim Kemarau, Sumsel Ingatkan Waspada Karhutla

Dwi Apriani
31/7/2022 17:25
Jelang Puncak Musim Kemarau, Sumsel Ingatkan Waspada Karhutla
Kebakaran hutan dan lahan di Lembata, Nusa Tenggara Timur, hanguskan belasan hektare kawasan hutan, Senin (25/7).(MI/ALEXANDER PT)

AGUSTUS dan September merupakan bulan puncak musim kemarau. Hal ini berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan mengingatkan kepala daerah yang wilayahnya rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) agar waspada.

Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemprov Sumsel, Edward Chandra, mengatakan, semua kepala daerah, instansi terkait serta stakeholder dari tingkat pusat sampai daerah, untuk mengintensifkan kesiapsiagaan terhadap karhutla.

"Seperti yang diketahui di Sumsel apa yang diarahkan sudah jalan, dilakukan patroli, pengecekan di daerah rawan karhutla, persiapan penanganan karhutla dan lain-lain," kata Edward, Sabtu (30/7).

Apalagi, lanjut Edward, Indonesia akan menyambut ajang internasional Presidensi G20, karenanya Sumsel yang menjadi daerah yang pernah mengalami kebakaran hebat tidak lagi boleh menjadi daerah penghasil bencana kabut asap, termasuk jangan mengirimkan asap ke negara tetangga.

Untuk itu, kata dia, diperlukan upaya-upaya kesiapan dari tingkat daerah pembentukan satgas, posko, kesiapan personel, dan lain-lain.


Baca juga: Pemprov Sumsel Siap Laksanakan Vaksin Booster Kedua untuk Nakes


Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumsel Iriansyah menambahkan, pada prinsipnya di Sumsel sudah siaga Karhutla dalam artian mempersiapkan personel dan peralatan.

"Karena kebakaran ini biasanya terjadi di kabupaten/kota, maka kesiapsiagaan diutamakan dari desa kalau ada titik api langsung
dipadamkan," ungkapnya.

Menurutnya, provinsi sudah menetapkan status siaga, dan juga membentuk satuan tugas pokok yang dipimpin gubernur dan satgas operasinya danrem.

Ada juga subsatgas untuk pemadam darat, pemadaman udara, penegakan hukum, sosialisasi, kesehatan masyarakat bahkan satgas doa.

"Saat ini titik asap di Sumsel sedikit berkurang dari tahun lalu dan masih terkendali. Mudah-mudahan terkendali sampai berakhirnya puncak kemarau," katanya.

Apalagi masih ada potensi hujan, jadi lahan gambut masih ada basah dan tidak mudah terbakar. Untuk yang lahan kering dilakukan pembasahan, karena di lahan kering sangat penting untuk dibasahi.

Untuk itu juga sudah diimbau HTI perkebunan untuk membuat kanal blocking, embun, sumur bor, dan lain-lain. Kalau airnya tersedia bisa digunakan, jika ada kebakaran.

"Untuk helikopter sudah ada enam, empat untuk water bombing dan dua untuk patroli. Sejauh ini helikopter yang ada sudah cukup, namun jika diperlukan bisa diajukan tambahan itu menyesuaikan kondisi," pungkasnya. (OL-16)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya