Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KASUS Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Pematangsiantar mengalami peningkatan sejak Januari 2022 hingga April 2022. Ini jika dibandingkan dengan jumlah kasus DBD tahun sebelumnya.
Hal ini seperti disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar Sumatra Utara, Erika Silitonga kepada Media Indonesia, Rabu (18/5).
Erika membeberkan pada kasus DBD Januari 2021, masih 4 orang menderita DBD dan 1 meninggal dunia. Tetapi pada Januari 2022 mengalami peningkatan sebanyak 47 orang dengan tiga meninggal dunia.
Sementara untuk Februari 2021 kasus DBD hanya 2 orang dan meninggal dunia akibat kasus DBD ada 1 orang. Sedangkan Februari 2022 kasus DBD meningkat menjadi 24 orang dan meninggal dunia akibat kasus DBD turun menjadi nihil.
Lalu pada Maret 2021 kasus DBD sebanyak 7 orang sementara untuk Maret 2022 meningkat 39 orang. Kasus meninggal dunia akibat DBD Maret 2021 sebanyak 2 orang sementara Maret 2022 meninggal dunia akibat kasus DBD menurun hanya 1 orang.
Kemudian kasus DBD pada April 2021 ada 8 orang sementara April 2022 meningkat menjadi 28 orang, pun demikian kasus kematian akibat DBD pada tahun lalu April 2021 hanya 1 orang sementara untuk April 2022 meningkat sebanyak 2 orang.
Dalam penanggulangan DBD, kata Erika, yang paling penting adalah di tingkat level individu dan seluruh elemen masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
"Oleh karena itu sangat diharapkan peran serta seluruh elemen masyarakat dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui 3M plus baik di rumah tempat tinggal, sekolah, perkantoran, tempat ibadah dan lain-lainnya. Lalu melaksanakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, Juru Pemantau Jentik (G1R1J)," kata Erika kepada Media Indonesia, Rabu (18/5).
Erika mengakui dalam kegiatan pemberantasan nyamuk dewasa, Dinas Kesehatan Pematangsiantar telah melaksanakan kegiatan fogging atau pengasapan dari Januari - April 2022 masing-masing 2 siklus pada 21 fokus di seluruh kota Pematangsiantar.
Sebelumnya Plt Wali Kota Pematangsiantar Susanti Dewayani dalam Rapat Koordinasi Pemerintah Kota Pematangsiantar di Ruang Serbaguna Bappeda Kota Pematangsiantar kemarin menyampaikan dalam penanggulangan dan mencegah penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue, dia meminta semua Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kota Pematangsiantar untuk berperan serta secara aktif melakukan Sosialisasi 3 M Plus di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing.
Demikian juga kepada para Camat dan Lurah beserta perangkatnya, harus secara masif melakukan kegiatan sosialisasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan mengajak tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, dan mengaktifkan kembali pokjanal DBD yang ada di kelurahan. Demikian juga kepada Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar melalui Puskesmas agar melakukan pendekatan gerakan 1 rumah 1 jumantik (juru pemantau jentik).
Di samping pandemi covid-19 ungkap Susanti, saat ini juga sedang menghadapi KLB Hepatitis Akut yang belum diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
"Alhamdulliah, Puji Tuhan, memang saat ini di Kota Pematangsiantar, belum ditemukan kasus hepatitis akut, namun saya meminta kita semua untuk tetap waspada, dan menjadi tugas kita bersama untuk melakukan Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tengah-tengah masyarakat," pesannya.
Berdasarkan petunjuk dari Kementerian Kesehatan, Susanti menerangkan ada beberapa cara untuk mencegah anak terjangkit dari hepatitis akut baik pada saluran cerna maupun pada saluran napas.
"Pencegahan pada saluran cerna dapat dilakukan dengan cara rutin mencuci tangan pakai sabun, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan dengan orang lain, menghindari kontak dengan orang sakit, serta menjaga kebersihan rumah dan lingkungan. Sedangkan pencegahan pada saluran napas dapat dilakukan dengan cara mengurangi mobilitas, menggunakan masker jika bepergian, menjaga jarak dengan orang lain, serta menghindari keramaian atau kerumunan," tandasnya. (AP/OL-10)
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Sejumlah faktor turut memperparah penyebaran penyakit DBD yakni tingginya mobilitas penduduk, perubahan iklim, dan urbanisasi.
DOKTER spesialis penyakit dalam dr. Dirga Sakti Rambe menyebut terdapat penjelasan mengapa kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia sulit sekali dihentikan.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) melaporkan hingga 2 Juni 2025 terdapat 277 kasus kematian akibat DBD dari 63.014 kasus incidence rate dari berbagai daerah.
Hari Kesadaran Kekerasan terhadap Lansia Sedunia diperingati WEAAD pertama kali diperingati pada 15 Juni 2006 dan diakui oleh PBB.
Jika jus jambu sudah terbukti secara ilmiah menaikkan trombosit, terapi dengue sudah sejak lama akan menggunakan jus ini.
Pada 2024, Kasus DBD di Kabupaten Purwakarta sebanyak 1,088 dengan 14 kematian.
KASUS demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada 2025 hingga minggu ke-25 sebanyak 355 kasus dan tiga meninggal.
Bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bandung dan Dinas Kesehatan Kota Bandung, perusahaan menggelar program kolaboratif bertajuk “Gerakan Berantas Nyamuk Bersama
Musim hujan membuat kasus DBD meningkat. Salah satu penyebabnya, kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan masih rendah.
Dinas Kesehatan Kota Semarang, kecamatan hingga kelurahan serta seluruh warga dan relawan terus gencar melakukan pemberantasan jentik nyamuk setiap pekan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved