Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Bandara Jenderal Besar Soedirman, Harapan untuk Memajukan Perekonomian

Lilik Darmawan
15/3/2022 21:15
 Bandara Jenderal Besar Soedirman, Harapan untuk Memajukan Perekonomian
Bandara Jenderal Besar Soedirman di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah(MI/LILIK DARMAWAN)

 

SEKITAR 10 bulan lalu, tepatnya 3 Juni 2021, pesawat Citilink jenis ATR
72-600 mendarat mulus di Bandara Jenderal Besar Soedirman (JBS) di
Purbalingga, Jawa Tengah.

Hari itu menjadi tonggak sejarah penerbangan komersial, karena untuk pertama kalinya pesawat dari Surabaya, jawa Timur, mendarat di Purbalingga.  

Setelah mendarat, pesawat kembali take off menuju Jakarta. Pembangunan bandara sudah sesuai dengan rencana.

Bahkan, delapan hari berikutnya yakni Jumat (11/6/2021) Presiden Joko
Widodo menyempatkan mampir di Bandara JBS. Presiden menyambut baik
pengoperasian Bandara JBS.

Ia berharap kehadiran Bandara JBS akan mampu menumbuhkan ekonomi daerah, tidak hanya Purbalingga, melainkan juga wilayah-wilayah sekitarnya.

Kehadiran Bandara JBS bisa memberikan kontribusi dalam mempercepat
pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan aksesibilitas masyarakat di
wilayah Provinsi Jawa Tengah, khususnya bagian barat dan selatan.

"Kita harapkan bandara ini akan memberikan kontribusi menumbuhkan
ekonomi, tidak hanya di Kabupaten Purbalingga tetapi juga di Banyumas,
Cilacap, Banjarnegara, Wonosobo, dan juga daerah sekitarnya termasuk
Kebumen. Kita harapkan mobilitas orang, mobilitas barang, mobilitas logistik akan lebih baik sehingga akhirnya akan memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi pada wilayah di Jawa Tengah bagian selatan ini," papar Presiden, ketika itu.

Bandara kebanggan warga Purbalingga dan kota-kota sekitarnya itu
dibangun oleh PT Hutama Karya (Persero). Direktur Operasi I Hutama Karya Novias Nurendra mengatakan bahwa dalam pengerjaan proyek ini Hutama Karya  mengerjakan runway 1.600 m x 30 m (flexible) sebagai landasan pacu dan taxiway 70 m x 13 m sebagai jalan penghubung antara runway ke apron.

Selain itu, mereka juga membangun apron 100 m x 76 m yang digunakan sebagai tempat parkir pesawat terbang serta sarana pendukung lainnya.

"Kami telah memulai pembangunan bandara ini sejak 2019 lalu. Meski
dalam perjalanan pembangunannya dihadapkan dengan pandemi covid-19,
namun atas komitmen dan kerja cerdas Insan Hutama Karya dengan tetap
menerapkan protokol kesehatan di lingkungan proyek, pembangunan Bandara
JB Soedirman dapat rampung sesuai target," ujar Novias.

Hutama Karya berkomitmen untuk terus memberikan deliverable yang baik
untuk menjaga kepercayaan pemilik dan pemangku kepentingan atas proyek-proyek jasa konstruksi yang dikerjakan oleh perusahaan.

"Kami melakukan inovasi dalam pembangunan proyek, di antaranya adalah perubahan perbaikan tanah dasar. Dari semula  vertical drain ke teknik Kolom Grout Modular (KGM) yang memperkuat modulus kekakuan asli tanah dan mempercepat proses kelanjutan pekerjaan struktur atas tanah yang terdiri dari sirtu 40 cm, aggregate A 25 cm, AC-BC 6 cm & AC-WC 4 cm," jelasnya.

Dia berharap, kehadiran Bandara JB Soedirman garapan Hutama Karya ini
tidak hanya mempermudah mobilitas masyarakat saja, tapi juga mengakomodasi peningkatan arus barang dan jasa yang lebih baik.

Prospektif

Proses perjalanan pembangunan bandara JBS cukup panjang, karena membutuhkan waktu 15 tahun. Ide pembangunan bandara digulirkan oleh Bupati Purbalingga Triyono Budi Sasongko pada 2006.

Saat gagasan itu mengemuka, banyak orang yang tidak percaya akan berhasil, bahkan muncul nyinyiran.
 
Waktu yang kemudian menjawab. Karena, saat ini, Bandara JBS benar-benar
menjadi sebuah kenyataan. Prosesnya memiliki sejarah yang panjang.

"Dirintis sejak 2006 dan akhirnya mimpi besar masyarakat Purbalingga memiliki bandara menjadi kenyataan pada saat hari lahirnya Pancasila, 1 Juni. Tentunya, bandara ini dibuat untuk seluruh masyarakat  dan kita masih punya PR untuk bersama-sama agar bandara ini kian berkembang," kata Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi.

Kehadiran Bandara JBS tidak menjadikan Purbalingga egois. Mereka justru menyatukan dan mengukuhkan kebersamaan dengan kabupaten-kabupaten di sekitarnya.

Bupati Purbalingga juga menegaskan bahwa Bandara JB Soedirman tidak hanya untuk masyarakat Kabupaten Purbalingga, tetapi juga masyarakat kabupaten di Jawa Tengah bagian selatan.

Menurut Bupati, salah satu yang sangat mungkin dikembangkan adalah
sektor pariwisata. "Pariwisata merupakan sektor potensial hampir seluruh kabupaten dan kota  di Jateng bagian barat-selatan. Mudah-mudahan keberadaan bandara ini sebagai penunjang ke depannya dapat memberikan dampak signifikan, dampak yang baik untuk kesejahteraan masyarakat khususnya di Jateng bagian barat-selatan," ujarnya.

Tidak hanya Purbalingga yang menyambut kehadiran Bandara JBS, tetapi
juga masyarakat sekitarnya seperti Banyumas, Kebumen dan Banjarnegara.

Bupati Banyumas Achmad Husein menyebut kehadiran Bandara JBS yang merupakan blessing in disguise atau berkah terselubung untuk Banyumas. Karena itu, Pemkab Banyumas tidak segan-segan membangun jalan tembus dari Kota Purwokerto menuju Bandara JBS.

Jalan cukup bagus karena beton mulai dari Kalibagor sampai ke perbatasan di Jembatan Linggamas. Jembatan tersebut dibangun oleh Pemkab Banyumas, Purbalingga, dan Pemerintah Provinsi Jateng, yang merupakan bentuk sinergi antarpemerintah daerah.

Optimistis


Namun dalam perjalanan, tidak semua bisa berjalan mulus. Saat ini, tidak ada penerbangan di Bandara JB Soedirman. Kondisi itu terjadi  sejak Desember tahun lalu.

Hal itu terjadi, karena pandemi yang masih terjadi. Meski demikian, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan  Pariwisata (Dinporapar) Purbalingga Prayitno optimistis kehadiran bandara akan meningkatkan kunjungan wisata.

"Pekan lalu, kami juga telah rapat dengan Angkasa Pura (AP) II mengenai rute-rute yang ramai. Selain itu juga ada penjajakan dengan maskapai yang melayani di Bandara JBS," ujar Prayitno, Senin (14/3).

Ke depan, lanjut Prayitno, harapannya tidak hanya satu maskapai saja,
melainkan ada maskapai lain yang mendarat di JBS. "Mudah-mudahan, pandemi benar-benar semakin hilang, sehingga wisata ke Purbalingga juga akan kembali bergairah. Kalau melihat tren, dalam dua bulan awal 2022 sudah mulai menggeliat. Pada Februari, misalnya, kunjungan ke objek wisata yang dikelola oleh BUMD Purbalingga mengalami peningkatan. Dari target 35 ribu, jumlah kunjungan telah mencapai 84 ribu orang," paparnya.

Dia berharap, dengan kasus covid-19 yang kian menurun, kemudian ada
pelonggaran aturan dengan tidak adanya tes PCR dan swab antigen bagi
yang telah menjalani vaksin lengkap, pihaknya berharap ada lagi
maskapai yang datang ke JBS.

"Saat ini sudah tidak ada swab antigen maupun tes PCR bagi mereka yang sudah vaksin. Jadi, saya kira penerbangan akan kembali bergairah. Tentu saja, kami berharap kunjungan wisata di Purbalingga juga meningkat," jelas Prayitno.

Tahun lalu, destinasi wisata Purbalingga dikunjungi sebanyak 1,03 juta
dari target sebanyak 1,3 juta wisatawan. Pendapatan yang masuk mencapai
Rp11 miliar. Tahun 2022, target kunjungan sebanyak 1,8 juta pengunjung.

"Semoga bisa dan bandara akan menjadi salah satu kuncinya," tandas Prayitno. (N-2)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya