Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Melawan Stunting, HaloPuan Gencarkan Penanaman Tanaman Kelor

Mediaindonesia.com
13/1/2022 10:56
Melawan Stunting, HaloPuan Gencarkan Penanaman Tanaman Kelor
Penanaman bibit kelor dilakukan di Kelurahan Babakan Surabaya, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, dalam acara Gerakan Melawan Stunting.(Ist)

LEMBAGA sosial Ketua DPR RI Puan Maharani, HaloPuan, menggencarkan penanaman kelor di desa-desa guna melawan stunting, atau kondisi gagal tumbuh karena gizi buruk kronis.

Pada Rabu (12/1), penanaman bibit kelor dilakukan di Kelurahan Babakan Surabaya, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat, dalam acara Gerakan Melawan Stunting.

Wakil Ketua DPRD Kota Bandung, Achmad Nugraha, bersama Anggota DPR RI Junico BP Siahaan, Lurah Kiaracondong Omi Rosmiati, dan Koordinator HaloPuan, Poppy Astari menanam satu bibit kelor di “Buruan SAE” (lahan pertanian kota), di depan kantor Kelurahan Babakan Surabaya.

“Ini bukti Ibu Puan Maharani dan PDI Perjuangan peduli pada hal-hal kecil tapi penting di tengah rakyat,” ujar Achmad Nugraha dalam keterangan pers, Kamis (13/1).

HaloPuan membawa 15 bibit kelor yang diserahkan kepada 15 RW di Babakan Surabaya. Poppy Astari mengatakan penanaman kelor ini dilakukan agar warga bisa secara mandiri memenuhi kebutuhan pangan, terutama dalam melawan stunting.

“Kelor sudah teruji mampu mengatasi malnutrisi di sejumlah negara di Afrika, dan di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, pemanfaatan bubuk daun kelor berhasil menurunkan angka stunting,” tambahnya.

Di Kota Bandung, angka stunting sebenarnya berada di bawah angka rata-rata nasional, yakni 8,93 persen pada 2021 (prevalensi nasional sekitar 27 persen).

Namun demikian, menurut Poppy, Gerakan Melawan Stunting tidak hanya menyasar balita yang mengalami stunting. “Kita justru harus berupaya mencegah stunting sebelum kondisi ini terjadi pada siapa pun,” katanya.

Oleh karena itu, gerakan HaloPuan ini memiliki sasaran warga dengan sejumlah kriteria. Mereka tentu saja balita yang mengalami stunting, ibu menyusui, ibu hamil, pasangan usia subur, calon pengantin, dan kader-kader posyandu.    

Mereka sebelumnya telah didata oleh kader posyandu di tingkat RW, kader partai, kader PKK, dan pihak kelurahan. Dengan terus menyosialisasikan bahaya stunting,

Puan Maharani melalui HaloPuan berharap kesadaran akan gizi seimbang bisa tumbuh di tengah masyarakat sejak awal. Sebab, keseimbangan gizi pada periode emas 1.000 hari pertama kehidupan sangat penting dalam melawan stunting.

Selain harus dilawan sejak awal, stunting juga harus dilawan bersama-sama. “Ibu Puan Maharani menyadari bahwa kita tak bisa menyerahkan penanganan masalah stunting kepada pemerintah semata,” kata Poppy. D

ibutuhkan kesadaran seluruh pihak. Karena itulah, HaloPuan bergerak bersama sebanyak mungkin pihak. “Bukan hanya kader PDI Perjuangan di tingkat anak cabang, ranting, dan anak ranting, tapi juga terutama kader posyandu dan kader PKK.”

Camat Kiaracondong, Rina Dewi Yanti, menyambut baik gerakan HaloPuan. Dia mengatakan, kegiatan ini juga merupakan ibadah.

“Ibadah bukan hanya salat. Mengikuti penyuluhan juga ibadah. Saya berharap ibu-ibu menyimak dan melaksanakan apa yang akan disampaikan dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh HaloPuan dan PDI Perjuangan ini,” ujarnya.

Sementara itu Junico “Nico” BP Siahaan, anggota DPR RI Dapil Kota Bandung dan Kota Cimahi, menyatakan stunting bukan masalah sepele. “Kita ingin Indonesia Emas 2045 diisi oleh generasi-generasi sehat dan cerdas," katanya.

"Karena itu, kita bersama punya PR supaya asupan anak-anak kita bergizi, sehingga mereka bebas dari stunting,” kata Nico yang menekankan kepada ibu-ibu peserta kegiatan agar berupaya membuat makanan sendiri untuk anak-anak mereka.

Relawan HaloPuan Muhammad Chotim menjelaskan bahwa bubuk daun kelor bisa diolah menjadi berbagai menu makanan yang enak dan menarik. Selain kaya mikronutrisi, protein, dan karbohidrat, bubuk kelor tak akan mengubah rasa makanan atau masakan.

Dia menunjukkan puding bubuk daun kelor yang diolah oleh kader PKK Babakan Surabaya. “Sebelumnya, di Kota dan Kabupaten Cirebon, ibu-ibu PKK dan posyandu mengolah bubuk daun kelor menjadi bubur sumsum,” katanya. (RO/OL-09)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya