Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Semarang, Jawa Tengah (Jateng) menyatakan bahwa telah terjadi anomali sehingga memunculkan embun beku atau embun upas di dataran tinggi Dieng, Banjarnegara pada musim penghujan.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Objek Wisata Dieng Sri Utami mengatakan bahwa embun upas atau embun beku muncul pada Selasa (4/1)
pagi. "Pada Selasa pagi, embun upas atau embun beku, muncul jam 05.30 WIB. Ini memang berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya. Sebab, biasanya embun beku muncul pada musim kemarau," elas Sri Utami.
Terkait dengan kemunculan embun beku, Stasiun Meteorologi BMKG Semarang menyatakan bahwa kemunculan embun beku merupakan anomali. "Kemunculan embun beku pada musim penghujan merupakan anomali. Sebab, massa udara pada saat musim penghujan umumnya lembap dan basah serta pengaruh Monsum Asia cukup besar," kata Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang Sutikno dalam rilis tertulis yang diterima Media Indonesia.
Menurutnya, fenomena embun upas sebenarnya merupakan fenomena yang biasa di bidang meteorologi. Pada umumnya, katanya, fenomena ini terjadi pada saat puncak kemarau pada Juli hingga Agustus. Namun demikian, bisa muncul di musim penghujan tahun ini yaitu pada tanggal 4 Januari 2022.
Dijelaskan oleh Sutikno, berdasarkan pantauan BMKG dari data AWS (Automatic Weather Station) yang terpasang di kawasan Candi Arjuna,
dalam tiga hari belakangan ini memang kondisi cuaca di wilayah pegunungan Dieng di dominasi kondisi cerah berawan sehingga pemanasan
cukup maksimal.
"Pada 1-4 Januari 2022, curah hujan yang rendah di bawah 1 mm, dengan tutupan awan sedikit. Sementara kelembapan udara terjadi perbedaan yang sangat signifikan pada siang hari yang rendah sekitar 75% dan malam hingga dini hari mencapai di atas 98%, dengan kecepatan angin cenderung lemah," ungkapnya.
Sutikno menerangkan, embun upas biasa terjadi akibat pengaruh menurunnya temperatur terhadap ketinggian. "Untuk wilayah dengan vegetasi yang bagus dengan tutupan tanaman rendah potensi terjadi embun upas cukup besar," ujar dia.
Hal itu terjadi, lanjut Sutikno, karena adanya pusat tekanan rendah di belahan bumi selatan katulistiwa. Selain itu, pola angin yang terbentuk
di wilayah Jateg divergen atau menyebar, sehingga pembentukan awan tidak maksimal dan kecepatan angin cenderung lemah.
"Selain itu, dinamika atmosfer lokal di kawasan Dieng dalam rentang waktu 1-4 Januari 2022, kondisinya mendukung terjadinya embun upas
karena hampir serupa saat musim kemarau. Dengan kondisi dinamika atmosfer seperti ini potensi terjadinya kabut yang bisa meningkat
menjadi embun upas sangat besar terjadi," tambahnya.
Salah seorang petani tanaman hias, Oktarina, mengatakan tidak semua daerah di Dieng terdampak embun beku. "Produksi tanaman hias dan bunga kami, Calla Dieng masih aman dari embun beku yang biasanya datang pada Juli hingga Agustus. Yang kasihan adalah petani kentang di sekitar Candi Dieng, mereka terdampak," katanya. (OL-12)
Kemunculan embun upas tahun ini terjadi lebih awal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yang umumnya berlangsung pada puncak musim kemarau, antara Mei hingga Agustus.
Berbeda dengan salju yang terbentuk sebagai partikel presipatasi di atmosfer, embun beku merupakan fenomena munculnya butiran es di permukaan.
Jika dibandingkan dengan embun beku sebelumnya, fenomena tersebut semakin meluas. Karena embun beku yang biasa disebut juga dengan embus upas tidak hanya di sekitar kawasan candi
Fenomena alam ini menarik banyak wisatawan yang beruntung berada di Dieng, sehingga mereka dapat menyaksikan langsung embun beku tersebut.
Embun beku kerap terjadi pada dini hari hingga pagi hari di daerah pegunungan dan lembah selama musim kemarau di Indonesia.
Bantuan terhadap masyarakat dan korban terdampak bencana embun beku dan hujan es di Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, mulai disalurkan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved