Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
SUATU siang, remaja asal Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto
Timur, Banyumas, Jawa Tengah, Falayesa, 17, mengirimkan pesan WA kepada
orang tuanya. Isi pesannya meminta uang supaya dikirimkan ke salah satu
aplikasi pembayaran digital. Tak perlu waktu lama, uang secara digital
telah terkirim.
"Kalau membayar dengan aplikasi digital, biasanya banyak diskon.
Misalnya di kafe sana, diskonnya dengan aplikasi pembayaran digital A,
sementara untuk kafe di sini pakai B. Tergantung lah, yang penting sudah
siap dengan pembayaran digital. Lumayan kok diskonnya. Tidak hanya itu,
kalau naik ojek online juga lebih mudah membayarnya. Biasanya juga lebih
murah dibanding dengan tunai," jelas Falayesa kepada Media Indonesia, Selasa (19/10).
Sebagai generasi pascamilenial atau generasi Z, Falayesa memiliki gaya
hidup yang berbeda. Tidak banyak uang tunai yang ada di dompetnya.
Sebab, hampir seluruh transaksi mulai dari ke kafe, supermarket sampai
naik angkutan daring semuanya dengan menggunakan aplikasi.
"Semuanya kan ada di sini, jadi akan lebih mudah," kata dia sambil menunjukkan telepon pintarnya.
Sementara mahasiswi S2 Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Fitria, mengakui lebih memilih transaksi secara digital. "Saya mengawali dari ATM. Jadi kalau belanja begitu lebih praktis menggunakan ATM. Kemudian jika transaksi lainnya dengan m-banking. Sekarang, sudah memakai keuangan digital, karena lebih praktis," katanya.
Alasan lainnya, lanjut Fitria, adalah ada cashback yang ditawarkan. Kalau dengan uang tunai, malah tidak ada. "Transaksi dengan aplikasi digital tidak hanya mudah, namun juga memiliki benefit. Saya memiliki beberapa aplikasi keuangan digital. Nah, kalau ke toko atau kafe, saya akan lihat, kira-kira cashback yang paling besar mana," ungkapnya.
Peluang ini ditangkap oleh pemilik kafe, usaha, warung makan, pasar, tempat wisata dan lainnya. Bahkan, warung makan di pelosok pun juga memasang peralatan untuk transaksi digital. Sebab, kalau tidak, nantinya akan kerepotan.
"Warung saya di Cilongok, jauh dari kota. Tetapi karena di sini sinyal bagus,
maka transaksi digital dapat dilayani. Tamu-tamu kami kebanyakan dari
kota, sehingga mau tidak mau, saya harus beradaptasi,�ujar Ainun, salah
seorang pemilik warung makan di Cilongok, Banyumas.
Ainun mengatakan keberhasilan warung makan, tidak hanya ditentukan oleh
rasa dan suasana semata, melainkan tidak merepotkan pengunjung. "Tentu
saja, rasa menjadi hal utama dengan suasana warung yang nyaman. Ini
pasti akan dicari orang, meski berada di pelosok. Namun, yang tidak kalah penting adalah memberikan pelayanan lengkap kepada para tamu, salah satunya adalah menyediakan pembayaran non tunai. Tamu-tamu saya juga senang, bahkan agak heran juga sudah melayani transaksi digital," ungkapnya.
Baginya, layanan digital memang lebih praktis, tetapi juga memberikan keuntungan bagi pemilik warung. "Saya tidak lagi dipusingkan dengan
adanya uang palsu. Jadi, lebih aman dan saya tidak rugi," tandasnya.
Pemda Diwajibkan
Dalam kesempatan terpisah, Sekretaris Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Wakhyono mengatakan bahwa wisata yang dikelola oleh Pemkab Banyumas sudah harus cashless, sehingga menggunakan transaksi digital.
"Kalau pemkab, sekarang hukumnya wajib. Sebab, hal ini untuk transparansi dan akuntabilitas. Dengan transaksi digital, dibuatlah sistem agar langsung masuk ke rekening keuangan umum daerah (RKUD). Jadi, kami tidak lagi memegang uang, semuanya langsung masuk kas daerah. Tidak ada lagi KKN," tegasnya.
Wakhyono juga mengatakan dengan adanya transaksi digital, bakal memudahkan masyarakat. “Masyarakat akan lebih mudah, apalagi saat ini transaksi digital semakin menjadi gaya hidup masyarakat, terutama milenial. Dan pada era pandemi seperti sekarang, dengan transaksi non tunai akan mengurangi risiko penularan," ungkapnya.
Bahkan, lanjutnya, hampir 90% dari 109 objek wisata yang ada di Banyumas sudah menggunakan cashless. "Yang penting ada sinyal, maka pengelola wisata dapat melayani transaksi digital. Tetapi pengelola juga masih melayani secara tunai. Ada dua metode pembayaran," katanya.
Kantor Bank Indonesia (BI) Purwokerto juga terus mendorong Banyumas go digital, salah satunya dengan memasyarakatkan transaksi pembayaran non tunai melalui implementasi Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS).
"QRIS resmi diluncurkan 17 Agustus 2019 dan efektif diimplementasikan secara nasional pada 1 Januari 2020. Dengan adanya QRIS ini, diharapkan akan memudahkan bagi masyarakat untuk bertransaksi," kata Kepala BI Purwokerto Samsun Hadi.
Hal ini sesuai dengan tagline QRIS, yakni Unggul. Kepanjangannya adalah
Universal karena dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat, Gampang karena transaksi mudah dan aman, Untung karena satu QR untuk semua aplikasi serta Langsung sebab transaksinya cepat dan seketika.
Samsun mengatakan sebagai regulator di bidang sistem pembayaran, BI telah menavigasi sistem pembayaran melalui blue print sistem pembayaran 2025 (BSPI 2025), yang menjadi salah satu fondasi transformasi bagi bank sentral. Agar eksistensi dan kebijakannya selalu relevan dengan perubahan lingkungan strategis sebagai dampak perkembangan digital ekonomi dan sistem pembayaran.
"Hingga 1 oktober 2021 total merchant QRIS wilayah Eks Karesidenan Banyumas tercatat 122 ribu menchant,." ujarnya.
Dengan adanya QRIS, maka ada standarisasi standarisasi berbagai macam QR code yang telah diterbitkan oleh beragam penyelenggara jasa sistem yaitu pembayaran menjadi satu jenis QR code. "Sehingga transaksi digital menggunakan lebih QRIS menjadi lebih cepat, aman dan mudah karena dapat diakses oleh berbagai macam platform pembayaran baik mobile banking dan dompet digital yang telah berkembang saat ini. BI menargetkan transaksi menggunakan QRIS 2%-3% dari total transaksi uang elektronik,"tandasnya. (OL-13)
Baca Juga:
Rumah Pendidikan menyediakan layanan spesifik bagi berbagai pemangku kepentingan pendidikan, mulai dari Ruang Guru dan Tenaga Kependidikan, Ruang Murid, Ruang Bahasa, hingga Ruang Sekolah.
Penetrasi asuransi masih rendah di kisaran 1,4%-2,7%. Kesenjangan perlindungan tetap menjadi tantangan besar, terutama di daerah perdesaan dan terpencil.
Transcosmos Indonesia (TCID), penyedia layanan omni channel contact center dan digital marketing, merayakan 12 tahun kiprahnya di Indonesia.
ADA sejumlah tantangan digitalisasi yang dihadapi oleh dewan kemakmuran masjid (DKM), seperti belum optimalnya pemanfaatan website dan terbatasnya literasi digital pengurus DKM.
DI tengah dunia yang semakin sibuk dan bising, kemampuan untuk mendengarkan menjadi keterampilan yang makin langka dan sering kali diabaikan.
Langkah ini merupakan strategi Aleph untuk memperkokoh posisi sebagai pemimpin transformasi digital yang menghubungkan pasar global dengan kawasan Asia Pasifik.
Tiap pelaku UMKM menerima bantuan senilai Rp5 juta dalam bentuk barang, seperti rak display serta komoditas pangan berupa beras, gula, dan minyak goreng.
Potensi cuaca ekstrem di 13 daerah di Jawa Tengah berlangsung hingga Selasa (8/7) yakni Banyumas hingga Salatiga,
peserta BPJS Kesehatan yang terdampak penonaktifan masih memiliki kesempatan untuk mengaktifkan kembali keanggotaannya dan tetap bisa mendapatkan layanan kesehatan lewat dinsos.
SPMB 2025 tingkat SMP di Banyumas, Jawa Tengah tahun ajaran 2025/2026 menuai banyak sorotan dari para orangtua karena server sempat down.
Pemerintah Kabupaten Banyumas meluncurkan Program Semangat Penanganan Anak Tidak Sekolah (Sipatas) sebagai langkah percepatan penanganan anak putus sekolah.
HUJAN dengan intensitas sedang hingga tinggi yang disertai angin kencang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Banyumas pada Rabu (4/6) sore,.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved