Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
SAMPAI saat ini, masih ada wilayah di Indonesia yang kesulitan air bersih. Hal itu juga dirasakan warga yang tinggal di sekitar lereng Gunung Rokatenda, Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Wilayah Pulau Palue itu sama tidak memiliki sumber mata air sehingga air menjadi barang yang mahal karena Pulau Palue adalah daerah yang gersang dan tandus.
Namun, dari wilayah gersang dan tandus, warga yang ada di delapan desa di pulau tersebut tidak hilang akal. Mereka memanfaatkan sumber uap panas bumi yang ada di wilayah tersebut untuk dikonversi menjadi air yang layak dikonsumsi. Hal itu disaksikan mediaindonesia.com saat berada di Kampung Poa, Desa Rokirole, beberapa hari lalu.
Baca juga: Sajian Kopi Lokal dan Hasil Bumi Pegunungan Meratus Warnai HUT Walhi
Untuk memperoleh setetes air dari uap panas bumi tidaklah mudah. Sekitar pukul 18.00 wita, terlihat sejumlah warga mulai dari perempuan hingga anak-anak mendatangi lokasi panas bumi dengan membawa jerigen untuk mengambil air.
Selanjutnya, mereka menyusuri bambu-bambu yang telah terpasang yang digunakan untuk menyuling uap panas bumi. Hal itu karena di dalam bambu ini mengalir uap panas bumi yang menjadi sumber air bersih.
Setibanya di bambu-bambu tersebut, mereka mulai mengambil air karena di bawah ujung bambu diletakan jeriken yang berkapasitas 35 liter, yang digunakan untuk menampung air yang sudah diletakan seharian penuh. Setetes air dari ladang uap panas bumi itu telah selamatkan mereka sejak ratusan tahun hingga sekarang.
Salah satu warga Kampung Poa, Desa Rokirole, Kanda mengatakan, sejak dari zaman nenek moyang hingga sekarang, warga menggantungkan hidup pada tetes air yang disuling dari ladang panas bumi untuk dikonsumsi setiap harinya.
Hal itu karena wilayah Palue tidak memiliki sumber mata air.
"Kebiasaan mengembunkan uap panas bumi dilakukan sejak dulu. Dulu warga juga mencari air dari batang pisang. Tetapi, kini tidak lagi sejak mendapatkan air dari uap panas bumi," katanya.
Dia menuturkan, untuk memperoleh air dari panas bumi itu, terlebih dahulu, warga harus mencari sumber panas bumi dengan menggunakan besi yang ditusukan di tanah.
Selanjutnya, kata dia, apabila ujung besi itu panas, warga langsung menggali dengan menggunakan linggis.
"Kita gali dengan kedalaman 40 sampai 50 sentimeter. Sesudah itu, kita tancapkan batang bambu ke dalam tanah yang mengandung panas bumi. Terus uap bumi itu masuk ke dalam lubang bambu dan sampai di lubang bambu terus membentuk embun dan mengalir lewat bambu dan menjadi air," ujar dia.
Dia menuturkan satu bilah bambu biasanya menghasilkan rata-rata satu jerigen air yang berukuran 35 liter.
"Biasa sekitar pukul 18.00 wita , kita sudah pergi ambil air dengan menukarkan jerigen yang sudah kita letakan di lokasi uap panas bumi. Dalam sehari itu hanya bisa 20 liter sampai 35 liter air. Air yang diambil itu hanya bisa untuk minum saja," ungkap dia.
Dia mengatakan untuk mandi dan mencuci, warga mengandalkan air hujan karena hampir semua warga memiliki bak penampung air hujan.
"Kita kesulitan air itu kalau di musim kemarau. Jadi air dari uap panas bumi ini diambil untuk minum saja," papar dia.
Menurut Kanda, warga memanfaatkan uap panas bumi menjadi air minum. Sejauh ini, warga merasa air dari uap panas menyegarkan tubuh dan dapat menyembuhkan penyakit kulit.
"Airnya hangat, dapat langsung diminum dan tidak perlu dimasak. Terkadang kalau dapat banyak, air juga untuk mandi. Gatal-gatal bisa sembuh," pungkas dia sambil meminta mediaindonesia.com menikmati air dari uap panas bumi itu. (OL-1)
Vinilon membangun sistem perpipaan dari hulu ke hilir dan sarana air bersih yang memadai sepanjang 4,5 km di Desa Banuan, Nusa Tenggara Timur.
210 pondok pesantren di wilayah Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur menunjukkan bahwa hanya 54% pesantren yang memiliki akses terhadap air bersih yang layak,
Tujuannya untuk menarik investasi asing dari beberapa negara, seperti Turki, Tiongkok, dan Eropa yang memiliki minat berinvestasi di bidang air di Tanah Air.
Selama bertahun-tahun, masyarakat di wilayah Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen sangat bergantung pada suplai air donasi dari perusahaan yang berada di sekitar warga.
Kondisi ini menuai keluhan dari warga. Rani, 36, warga Perumahan Taman Raya, mengaku kesulitan menjalani aktivitas sejak pagi lantaran air di rumahnya tidak mengalir.
Sungai Akelamo dan Danau Karo, dua sumber air warga Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, menunjukkan kualitas yang sangat baik.
Kematian tragis ibu hamil Maria Yunita dan bayinya di Kabupaten Sikka, NTT, memicu kecaman keras dari masyarakat dan organisasi masyarakat sipil di wilayah tersebut.
Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka mendukung penuh pelaksanaan Festival Maumerelogia 5 yang akan berlangsung pada 15-24 Mei 2025.
Sebanyak empat orang yang diduga sebagai aktor intelektual di balik kasus Hak Guna Usaha (HGU) Tanah Nangahale di Kecamatan Talibura, Kabupaen Sikka, dilaporkan ke Polda NTT.
SEJAK tanggal 25 Januari 2025 hingga hari ini, publik masih dikejutkan oleh drama tanah HGU Nangahale di Maumere, Kabupaten Sikka-Flores.
Gempa dan tsunami yang pernah melanda Teluk Maumere, Kabupaten Sikka pada 12 Desember 1992 silam masih menyisakan jejak geologi yang patut menjadi pembelajaran.
SEKTOR pariwisata sangat potensial untuk menambah pendapatan masyarakat serta meningkatkan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved