Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Meski Harus Menunggu Seharian, Air dari Ladang Uap Panas Bumi Selamatkan Warga Palue

Gabriel Langga
16/10/2021 10:30
Meski Harus Menunggu Seharian, Air dari Ladang Uap Panas Bumi Selamatkan Warga Palue
Warga kampung Poa pergi mengambil air uap panas bumi untuk dikonsumsi.(MI/Gabriel Langga)

SAMPAI saat ini, masih ada wilayah di Indonesia yang kesulitan air bersih. Hal itu juga dirasakan warga yang tinggal di sekitar lereng Gunung Rokatenda, Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. 

Wilayah Pulau Palue itu sama tidak memiliki sumber mata air sehingga air menjadi barang yang mahal karena Pulau Palue adalah daerah yang gersang dan tandus.

Namun, dari wilayah gersang dan tandus, warga yang ada di delapan desa di pulau tersebut tidak hilang akal. Mereka memanfaatkan sumber uap panas bumi yang ada di wilayah tersebut untuk dikonversi menjadi air yang layak dikonsumsi. Hal itu disaksikan mediaindonesia.com saat berada di Kampung Poa, Desa Rokirole, beberapa hari lalu.

Baca juga: Sajian Kopi Lokal dan Hasil Bumi Pegunungan Meratus Warnai HUT Walhi

Untuk memperoleh setetes air dari uap panas bumi tidaklah mudah. Sekitar pukul 18.00 wita, terlihat sejumlah warga mulai dari perempuan hingga anak-anak mendatangi lokasi panas bumi dengan membawa jerigen untuk mengambil air. 

Selanjutnya, mereka menyusuri bambu-bambu yang telah terpasang yang digunakan untuk menyuling uap panas bumi. Hal itu karena di dalam bambu ini mengalir uap panas bumi yang menjadi sumber air bersih. 

Setibanya di bambu-bambu tersebut, mereka mulai mengambil air karena di bawah ujung bambu diletakan jeriken yang berkapasitas 35 liter, yang digunakan untuk menampung air yang sudah diletakan seharian penuh. Setetes air dari ladang uap panas bumi itu telah selamatkan mereka sejak ratusan tahun hingga sekarang.

Salah satu warga Kampung Poa, Desa Rokirole, Kanda mengatakan, sejak dari zaman nenek moyang hingga sekarang, warga menggantungkan hidup pada tetes air yang disuling dari ladang panas bumi untuk dikonsumsi setiap harinya.

Hal itu karena wilayah Palue tidak memiliki sumber mata air.

"Kebiasaan mengembunkan uap panas bumi dilakukan sejak dulu. Dulu warga juga mencari air dari batang pisang. Tetapi, kini tidak lagi sejak mendapatkan air dari uap panas bumi," katanya.

Dia menuturkan, untuk memperoleh air dari panas bumi itu, terlebih dahulu, warga harus mencari sumber panas bumi dengan menggunakan besi yang ditusukan di tanah. 

Selanjutnya, kata dia, apabila ujung besi itu panas, warga langsung menggali dengan menggunakan linggis.

"Kita gali dengan kedalaman 40 sampai 50 sentimeter. Sesudah itu, kita tancapkan batang bambu ke dalam tanah yang mengandung panas bumi. Terus uap bumi itu masuk ke dalam lubang bambu dan sampai di lubang bambu terus membentuk embun dan mengalir lewat bambu dan menjadi air," ujar dia.

Dia menuturkan satu bilah bambu biasanya menghasilkan rata-rata satu jerigen air yang berukuran 35 liter. 

"Biasa sekitar pukul 18.00 wita , kita sudah pergi ambil air dengan menukarkan jerigen yang sudah kita letakan di lokasi uap panas bumi. Dalam sehari itu hanya bisa 20 liter sampai 35 liter air. Air yang diambil itu hanya bisa untuk minum saja," ungkap dia.

Dia mengatakan untuk mandi dan mencuci, warga mengandalkan air hujan karena hampir semua warga memiliki bak penampung air hujan. 

"Kita kesulitan air itu kalau di musim kemarau. Jadi air dari uap panas bumi ini diambil untuk minum saja," papar dia.

Menurut Kanda, warga memanfaatkan uap panas bumi menjadi air minum. Sejauh ini, warga merasa air dari uap panas menyegarkan tubuh dan dapat menyembuhkan penyakit kulit. 

"Airnya hangat, dapat langsung diminum dan tidak perlu dimasak. Terkadang kalau dapat banyak, air juga untuk mandi. Gatal-gatal bisa sembuh," pungkas dia sambil meminta mediaindonesia.com menikmati air dari uap panas bumi itu. (OL-1) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik