Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Menghidupkan Kembali Seni Wayang dan Topeng Banjar

Denny Susanto
05/10/2021 13:51
Menghidupkan Kembali Seni Wayang dan Topeng Banjar
Tari Topeng Banjar(MI/Denny Susanto)

JELANG senja, kawasan wisata alam Pagat di Kecamatan Batu Benawa kembali ramai dikunjungi warga untuk menyaksikan pagelaran tari topeng Banjar. Ini merupakan rangkaian dari kegiatan launching kopi lokal Pegunungan Meratus sekaligus menandai dibukanya kembali obyek wisata alam Pagat yang selama dua tahun terpaksa ditutup karena aturan terkait pandemi covid 19.

Alunan suara gamelan dan musik karawitan mengiringi tarian topeng banjar yang dibawakan seorang penari wanita bernama Yulanda dengan lemah gemulai. Pendopo kecil yang dijadikan lokasi pementasan tarian topeng pun ramai dipadati warga yang ingin menyaksikan langsung tarian topeng khas banjar ini.

Yulanda menarikan tari topeng karakter Patih. Tari topeng sendiri ada bermacam-macam sesuai jenis topeng yang digunakan sang penari. Ada beberapa jenis tari topeng yang sering ditampilkan seperti Pamindu, Patih, Kalana, Gunung Sari, Pinambi, Temanggung, dan Panji.

"Pagelaran wayang dan tari topeng banjar ini kita tampilkan dengan sederhana karena berbagai keterbatasan. Kami mengapresiasi upaya Pemda untuk melestarikan seni budaya yang kini semakin ditinggalkan," ungkap Koordinator Pagelaran Wayang dan Tari Topeng Banjar Arie Yuandani.

Baca juga:  Wayang Topeng Malangan bukan sekadar Seni Tradisi

Sehari sebelumnya juga digelar Wayang Kulit Banjar dengan dalang Radiman Dimansyah. Pagelaran wayang yang memasukkan cerita tentang batara kala dan pengerusakan kawasan hutan meratus ini menampil ratusan wayang kulit berusia tua dan bernilai sejarah.

Serupa dengan wayang kulit Jawa pada umumnya, bentuk pertunjukan maupun tokoh pewayangan yang digunakan juga sama berasal dari lakon mahabarata. Selain itu ada juga sesajen berupa dupa dan kue (wadai) 41 macam seperti wajik, dodol, kelapa, telor, pisang, tak ketinggalan kopi pahit.

Ratusan wayang kulit berusia tua bernilai sejarah peninggalan para dalang sebelumnya, perangkat gamelan dan topeng juga dipamerkan. Arie, seniman banjar yang lama bermukim di Bali ini menceritakan bahwa seni wayang dan tari topeng Banjar sudah berusia ratusan tahun, seiring masuknya budaya Jawa ke tanah Borneo pada jaman kerajaan Majapahit.

Plt Sekretaris Daerah Ahmad Yani yang juga dikenal sebagai seorang seniman dan pecinta lingkungan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, mengatakan, pagelaran wayang dan tari topeng banjar merupakan salah satu upaya untuk melestarikan seni budaya daerah yang terancam punah.

Desa Barikin, Kecamatan Haruyan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dikenal sebagai kampung seniman. Sebagian besar warga bisa memainkan gamelan, menari topeng hingga membuat topeng yang diwariskan secara turun temurun.

Di desa ini pula mendiang Astaliah seorang maestro tari topeng banjar tinggal. Keturunan Astaliah tidak ada yang menjadi penerus menari topeng. Kini keahlian tari topeng diteruskan keturunan dari penopengan Sabariah, istri dari almarhum Dalang Buserajudin, turun ke penari topeng Ningsih dan turun lagi sekarang ke generasi muda Yelsa Amanda dan Yulanda.

Kini masyarakat dan para pemuda Desa Barikin berupaya menghidupkan kembali seni tari topeng banjar. Kesenian wayang dan tari topeng banjar berkembang pada jaman kerajaan Nagara Daha dan Kesultanan Banjar.(OL-5)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya