Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Pembatik Sanggar Lintang Malang Ciptakan Motif Korona Saat Isoman

Bagus Suryo
25/7/2021 11:40
Pembatik Sanggar Lintang Malang Ciptakan Motif Korona Saat Isoman
Indra dan Ita Fitriyah, pemilik Sanggar Batik Lintang di Desa Ngijo, Kabupaten Malang, sedang mengerjakan motif korona.(MI/Bagus Suryo)

PEMBATIK di Sanggar Batik Lintang, Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tetap produktif dan kreatif kendati menjalani isolasi mandiri (isoman) akibat terpapar covid-19. Saat isoman, pembatik di sanggar itu menciptakan motif baru batik korona.

Selama pandemi, para pembatik tak menyerah. Apalagi berputus asa meski kondisi sedang susah. Justru, mereka produktif, kreatif dan bersemangat berkarya. Indra, penyintas covid-19 kategori orang tanpa gejala (OTG). Ia menjalani isoman selama dua pekan lalu seusai hasil tes swab mandiri dinyatakan positif. Bapak dua anak ini sempat merasakan lemas sesaat, tapi akhirnya berhasil sembuh.

"Saya tidak menyerah saat isoman. Justru cepat sembuh dengan terapi membatik," tegas Indra, pemilik Sanggar Batik Lintang, Minggu (25/7).

Mantan wartawan olahraga itu sejak 2014 menggeluti usaha batik, kini tetap eksis dan berdaya. Selama pengobatan, ia tak ingin berlama-lama berada di tempat tidur. Saat waktu senggang dan tak merasa kelelahan, Indra tekun dan telaten mencelupkan canting ke lilin cair. Perlahan tapi pasti, kain berukuran 2,3 meter x 1,2 meter penuh warna.

Batik motif korona ia hasilkan bersama sang istri, Ita Fitriyah. Suami istri itu membatik di tempat berbeda. Indra membatik di galeri saat 
isoman, Ita di rumah merawat anak. Keduanya saling berkomunikasi dan berdiskusi melalui telepon pintar sembari menggoreskan ujung canting ke kain katun warna dasar putih lengkap dengan motif korona.

"Kami tetap produktik, kreatif dan berdaya meskipun menjalani isoman," katanya.

Bagi Indra dan Ita, membatik selama isoman bisa menjadi terapi untuk cepat sembuh. Sebab, membatik itu kehidupan mereka. Para pembatik, lanjut Indra, sudah terbiasa memegang canting. Kebiasaan itu tak mudah ditinggalkan begitu saja.

"Setiap goresan ada doa seiring dengan napas, gerak canting dan laku batin menghasilkan warna dan karya," imbuhnya.

Batik bermotif korona ini yang pertama dan terakhir. Indra memaknai motif itu merupakan doa agar pandemi covid-19 cepat berakhir. ''Motif batik korona ini satu-satunya, nanti kita lelang. Uangnya disumbangkan untuk anak yatim piatu," ujarnya.

Menurut Ita Fitriyah, humas komunitas batik Malang sekaligus asesor utama batik, menyatakan para pembatik merasakan betul imbas pandemi. Produksi menurun, daya beli pun sempat anjlok. Hal serupa dirasakan sekitar 1.500 pembatik lainnya di Kabupaten Malang. "Stok batik banyak yang menumpuk di gelari," tuturnya.

Namun, para pembatik saling menguatkan, memotivasi, dan berkomunikasi termasuk berbagi orderan. Para pekerja membatik di rumah masing-masing. Sanggar Batik Lintang memberdayaan masyarakat dan mengembangkan kemitraan karena membatik itu pekerjaan padat karya.

Penjualan pun lewat daring menuai hasil cukup lumayan. Alhasil, ada saja rezeki bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Ita mengatakan cukup beruntung lantaran produk batik garapannya diborong Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, saat gelar inovasi teknologi pada Sabtu (26/6) lalu. Mentan SYL membeli motif Parang Arjuno, Tlogosari dan Karangploso Sari seharga Rp3 juta. Ketiganya batik khas Karangploso, Kabupaten Malang.

Bahkan, Sanggar Batik Lintang mendapatkan pesanan motif Wali Songo dari Universitas Islam Malang (Unisma) untuk seragam resmi kampus itu. Motif Wali Songo dipatenkan, kini mengantongi hak atas kekayaan intelektual. "Kami mendapatkan royalti," katanya.

Kini, pembatik melanjutkan kehidupan pascaisoman. Mereka produktif bekerja karena pandemi covid-19 bukan akhir dari segalanya. (BN/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya