Covid-19 Belum Usai, Dinkes Sikka Bersiap Hadapi DBD

Gabriel Langga
23/6/2021 09:00
Covid-19 Belum Usai, Dinkes Sikka Bersiap Hadapi DBD
Pasien DBD tengah dirawat disalah satu layanan kesehatan masyarakat.(Antara)

DI tengah tekanan kasus peningkatan Covid-19, Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur juga mempersiapkann percepatan eliminasi untuk menekan kasus demam berdarah dengue (DBD).

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus mengatakan, pada tahun 2020 kasus DBD di wilayahnya tertinggi di Indonesia. Pemerintah berlakukan KLB DBD karenan jumlah kasus DBD mencapai 1.816 dengan kematian akibat DBD sebanyak 16 orang.

Untuk Januari sampai Juni tahun 2021, kata dia, di Kabupaten Sikka tercatat ada 110 kasus DBD dengan nol kasus kematian. "Kalau kita bandingkan dengan tahun 2020 memang kasus DBD mengalami penurunan drastis," ujar Petrus Herlemus, Selasa (22/6).

Kondisi tersebut, ungkap Petrus, jangan membuat lengah meski penurunan kasus DBD tahun ini jauh dibandingkan tahun 2020. Pihaknya tetap ingin mencapai target Kabupaten Sikka nol kasus DBD. Untuk itu, Dinkes sedang fokus percepatan eliminasi DBD.

"Momen sekarang adalah tepat kita melakukan percepatan eliminasi DBD sehingga di Sikka ini tidak ada lagi kasus DBD apalagi angka kematian" ujar dia.

Dia pun menyatakan, percepatan eliminasi DBD ini dilakukan dengan metode sahabat sehat. Yang mana satu sahabat sehat mendampingi 50 sampai 100 rumah sambil berkomunikasi dengan lintas sektor untuk menggerakan cara eksternalnya.

"Kalau angka bebas jentik nyamuk 99 persen atau 100 persen maka diyakini kita mampu mengeliminasi. Maka semua kemampuan harus kita kerakan agar kita bisa mengeliminasi DBD ini," papar dia.

Menurut dia, saat ini di dinas sudah bergerak maksimal. Tinggal sekarang bagaimana kita mengoptimalkan peran lintas sektor mulai desa, kelurahan,
dusun hingga RT dan RW serta masyarakat.

Disampaikannya dalam hal pengendalian penularan DBD mengedepankan pemberdayaan masyarakat. Yang mana satu rumah satu Jumantik dengan didampingi oleh satu sahabat sehat yang berasal dari tenaga kesehatan setempat.

"Nantinya setiap dua minggu, Jumantik dan sahabat sehat melaporkan pemantauan mereka di lapangan. Kami yakin keduanya bergerak dalam satu atau dua tahun maka kita mampu mengeliminasi DBD karena tidak ada penularan lokal," ucapnya.

Kemudian, jelas Petrus, untuk deteksi dini, semua tenaga kesehatan di puskesmas akan melaporkan 24 jam kepada Dinas Kesehatan sehingga apabila ada kasus signifikan maka Tim gerak cepat akan diturunkan ke setiap puskesmas untuk mendampingi 24 jam. Selain itu, pihaknya juga membentuk teknologi tepat guna dan inovasi.

Dengan strategi di atas, menurut Petrus, Kabupaten Sikka mampu mengeliminasi kasus DBD sehingga kedepannya Sikka tidak ada lagi kasus DBD. "Ini butuh keseriusan kita semua untuk terlibat bersama sehingga di Sikka bisa bebas dari kasus DBD," ujar dia. (OL-13)

Baca Juga: Graha Wisata Ragunan Pulangkan 23 Pasien Covid-19



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya